03

421 43 0
                                    

JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT⚠

Dengan muka masam, Amel mengantar Adam menuju kamar yang akan ditempatinya untuk beberapa hari kedepan. Setelah penjelasan dari Bundanya, Amel akhirnya mengalah dan 'membiarkan' Adam untuk tinggal di rumahnya hingga pria itu mendapatkan apartemen.

"Ini kamar lo. Ada kamar mandinya juga. Kalau ada yang kurang bisa lo benahin sendiri," jelas Amel ketus.

"Oke, makasih."

"Kok lo gak marah gue ngomong lo-gue?," tanya Amel.

"Bukan di sekolah juga kan? Gak ada peraturan juga. Ya jadi sebebas lo aja," jawab Adam. Pria itu juga ikut-ikutan memanggil dengan sebutan lo-gue.

"Serah lo deh. Mau di sekolah, di rumah, atau kolong jembatan sama aja bagi gue. Inget, lo di sini cuman sampai lo nemuin apartemen yang cocok, dan gue harap secepatnya," kata Amel.

"Gak ada sopan-sopannya sama orang tua," gumam Adam.

"Apa kata lo?!"

"Gak," jawab Adam singkat. Pria itu langsung masuk ke kamar dan menutupnya. Amel mendengus kesal.

"Awas aja tuh guru baru. Untung aja karena Bunda. Kalau ini rumah gue yang beli, gue usir tuh orang. Biar jadi gembel sekalian."

"Gue denger!"

"BODO AMAT!"

Amel menghentakkan kakinya kesal dan menuju kamarnya di lantai atas.

Amel menutup pintu kamarnya dan mehempaskan tubuhnya ke kasur. Gadis itu masih saja merutuk. Sunggu sebuah kesialan hari ini! Ia pikir hari ini akan baik-baik saja, namun semua itu hanya khayalan belaka. Amel meraih ponselnya yang tak jauh dari tempatnya berada. Gadis itu membuka chat group bersama Tiara dan Lala. Ia ingin menceritakan kesialan yang menimpanya kini. Namun, jarinya seketika berhenti ketika ingin mengetik kata pertama.

Bagaimana jika Tiara dan Lala malah meledeknya? Atau bagaimana jika mereka tidak sengaja menyebarkannya ke orang lain, lalu satu sekolah tahu? Bagaimana jika seisi sekolah nanti membicarakannya?

"Gue gak mau!," seru Amel. Ia langsung menutup layar ponsel dan menjauhkannya. Pokoknya tidak boleh ada satu pun orang di sekolah yang tahu bahwa Ia berada satu rumah dengan Adam!

******

Pagi ini Amel sudah bersiap untuk sekolah. Gadis itu menyandang tas sekolahnya dan menuju lantai bawah untuk sarapan. Di ruang makan ada Bunda, Livia, Bi Thia, asisten rumah tangga di rumah Amel, dan seorang yang layaknya sebuah titik hitam di kertas putih bersih, Adam. Ketidakhadiran Ayah Amel memang sudah biasa, karena beliau biasanya memang pergi sangat pagi.

"Pagi, Sayang," sapa Bunda Amel.

"Pagi, Bun, Liv, Bi Thia," sapa Amel sambil mengambil gelas susunya yang ada di atas meja makan.

"Loh, Kakak gantengnya gak di sapa, Kak?," goda Livia.

BRUSHH!

Dengan spontan Amel menyemburkan susu yang sedang diminum olehnya. Dan tragisnya, semburan itu kena Adam!

"Astaga, Amel!," tegur Bunda Amel. Dengan cepat Bunda mengambil tisu dan memberikannya kepada Adam. Amel yang syok menutup mulutnya dengan kedua tangan.

Adam dengan cepat membersihkan pakaiannya yang terkena semburan susu. Cowok itu menghela nafas.

"Tante, Adam permisi ganti baju dulu. Amel nanti tunggu aja di depan, nanti Adam nyusul," kata Adam datar.

"Ya sudah kalau begitu. Maaf ya nak Adam. Amel memang anaknya seperti itu," kata Bunda Amel tidak enak.

"Iya Tante gak apa-apa. Adam permisi dulu."

Who Knows?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang