JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT⚠
Jam sudah menunjukkan pukul jam delapan kurang lima menit. Pak Manus sudah menyerahkan surat dispensasi untuk Amel dan Nabil sejak beberapa menit yang lalu. Amel melirik ke arah jam yang ada di kelasnya. Gadis itu menghembuskan nafas, lalu melirik ke arah Nabil. Nabil memberi kode untuk mengajak sahabatnya itu segera meninggalkan kelas. Dengan terpaksa, Amel pun mengangguk dan beranjak dari tempat duduknya, diikuti Nabil.
"Bu, kita berdua izin meninggalkan pelajaran soalnya mau TM kejuaraan voli. Surat dispensasinya yang diantar Pak Manus tadi," kata Nabil pada guru yang sedang mengajar di kelas Amel saat itu.
"Atas nama Ameliana sama Muhammad Nabil ya?," tanya guru itu.
"Iya Bu."
"Oke, silahkan keluar."
"Terima kasih, Bu," kata Amel dan Nabil berbarengan.
Kedua sahabat itu keluar dari kelas. Nabil menghembuskan nafas lega, sedangkan Amel tetap memasang muka juteknya. Nabil yang menyadari raut wajah sahabatnya itu terkekeh geli.
"Segitunya lo gak suka sama guru baru itu, Mel? Udahlah, bawa santai aja. Anggap aja lo cuma sama gue, oke? Kita dispen, coy. Harusnya lo seneng," hibur Nabil.
"Gimana mau seneng kalau perginya sama tuh orang," kata Amel malas.
"Santai aja. Gue bakal buat lo gak sadar kalau kita barengan sama dia, oke?," kata Nabil.
"Ya udah terserah lo deh." Nabil tersenyum puas.
Tak beberapa lama kemudian mereka sudah berada di parkiran guru. Dari kejauhan sudah terlihat Adam yang bersandar di depan mobilnya sambil memainkan ponselnya. Nampaknya pria itu menunggu kedatangan mereka berdua.
"Pagi, Pak," sapa Nabil ramah. Adam yang sedang fokus pada ponselnya mendongakkan wajah.
"Pagi juga. Kalian sudah di beri izin? Ayo, kita langsung pergi saja. Takutnya nanti terlambat," ajak Adam. Nabil mengangguk, sedangkan Amel hanya diam.
Kedua sahabat itu duduk di bagian belakang. Adam yang menyadari hal itu mengernyitkan dahinya.
"Kalian pikir saya supir?," sindir Adam.
"Lo aja gih yang pindah ke depan," bisik Amel. Nabil memutar bola matanya.
"Iya-iya." Akhirnya Nabil pindah ke kursi bagian depan. Adam menghidupkan mesin mobil dan mereka bertiga meninggalkan lingkungan sekolah.
Selama di perjalanan, tidak ada siapa pun yang membuka suara. Amel sibuk melihat kendaraan yang berlalu lalang, berusaha untuk melupakan kenyataan bahwa Ia berada dalam satu mobil dengan Adam.
"Ehem. Jadi tadi saya baru di kasih tahu sama Pak Manus, kalau ternyata TM Voli Putra dan Putri itu ruangannya berbeda. Jadi nanti saya akan menemani Amel. Kamu tidak masalah kan, Nabil? Lagian kamu itu cowok, dan Amel cewek," jelas Adam.
"Setuju aja sih Pak," jawab Nabil dengan nada ragu.
"Gue yang gak setuju." Sahutan Amel dari belakang membuat Adam menghela nafas.
"Kamu itu cewek, Amel. Dan saya harus jaga kamu," kata Adam.
"Gue bisa jaga diri gue sendiri. Emangnya gue anak kecil? Jangan terlalu berlebihan deh. Lo terlalu seriusin pesan nyokap gue. Gue risih tahu gak dimana-mana selalu ada elo," kata Amel kesal.
"Segitu bencinya kamu sama saya? Memangnya saya ada salah apa sama kamu?," tanya Adam lelah.
"Gue kesel aja lihat lo. Intinya gue gak perlu di jagain. Gue masih bisa jaga diri gue sendiri," kata Amel final.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Knows?
Novela JuvenilAmel. Jika setiap siswa SMA Harapan mendengar nama Amel, maka yang terlintas dalam kepala mereka adalah anak populer kelas 11, tomboy, biang onar, seorang atlit, dan anak kesayangan guru olahraga. Walaupun mempunyai dua sahabat yang feminim, tetap s...