JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT⚠
Pagi ini, mood Amel cukup baik. Gadis itu berangkat sekolah bersama Nabil setelah berdebat panjang dengan Bundanya. Amel memakai alasan karena harus mengambil tugas kelompok di rumah teman, karena temannya hari itu tidak bisa masuk sekolah dan tidak enak merepotkan Adam jika harus menemaninya ke rumah temannya. Alhasil, Bunda Amel terpaksa mengiyakan. Lagipula juga tidak masalah sebenarnya Amel berangkat dengan Nabil, namun Bundanya itu ingin Amel dan Adam lebih akrab.
Setelah selesai sarapan, Amel langsung mengambil tasnya serta sepatu sekolah dan menunggu di teras rumah. Biasanya, Amel selalu menunggu jemputan Nabil di ruang makan, sembari berkumpul dengan keluarganya. Namun dengan adanya Adam membuat gadis itu enggan berlama-lama di sana.
Tanpa menunggu waktu lama, Nabil datang dengan motor andalannya. Nabil selalu bilang motor itu sangat berharga, katanya karena cowok itu tidak pernah mengisi bensin motor itu dengan uangnya sendiri. Kalau tidak dengan uang orang tuanya, ya uang Amel. Enak kan jadi Nabil?
"Buset, langsung nunggu aja di teras lo. Gak sabar ya mau dijemput sama pangeran ganteng?," kata Nabil sambil mengedipkan sebelah matanya.
"Dih, jijik tau Bil. Gue males di dalem, ada Adam. Risih banget," kata Amel sambil mengenakan helmnya.
"Segitunya lo gak suka sama dia?"
"Yaa gimana ya Bil. Setiap liat muka dia tuh bawanya kesel mulu. Mau dia diem aja, ngomong, atau apa kek. Kayak ada sesuatu gitu loh yang buat dia itu salah terus di mata gue."
"Saran gue sih hati-hati aja ya, Mel. Kalo lo terlalu benci sama dia, bahkan tanpa alasan yang jelas, bisa aja lo jatuh cinta sama dia."
"Hah?! Ngaco lo Bil! Gak mungkin lah, dia kan guru gue."
"Emang lo nganggep dia guru lo?"
"Eh... udahlah Bil ah. Gak mungkin."
"Who knows, Mel?"
"Udah deh ya Bil, gue gak mau bahas ini lagi. Jalan aja, oke? Kita masih mau ambil tugas dirumah Sofie," kata Amel kesal. Nabil menghela nafas, lalu menurut. Cowok itu menyalakan motor dan meninggalkan halaman rumah Amel. Sepersekian detik, cowok itu yakin merasa melihat Adam di jendela rumah Amel lewat kaca spion sebelum benar-benar pergi.
Tidak sampai satu menit, mereka sudah sampai di rumah Sofie. Ya, rumah Sofie masih satu kompleks dengan Amel, dan jarak rumah mereka sangat dekat. Untung saja tadi Bunda Amel tidak bertanya rumah teman Amel yang mana yang ingin Ia kunjungi sebelum pergi ke sekolah.
Setelah menekan bel, tidak lama kemudian Sofie keluar dari rumahnya sambil membawa makalah tugas kelompok mereka.
"Nih, Mel. Gila sih niat banget lo ngambil ini tugas. Padahal semalem Alif hampir mau mampir buat ngambil tugas ini. Eh, lo malah mau ngerepotin diri sendiri buat ambil ini pagi-pagi," kata Sofie. Amel nyengir sambil memasukan makalah tersebut ke dalam tasnya.
"Gue kan rajin gitu loh, Sof. Ya udah gue sama Nabil duluan ya."
"Oke. Hati-hati ya."
********
Sekolah sudah lumayan ramai ketika mereka sampai. Amel membuka helmnya dan membenarkan rambutnya yang agak berantakan karena tertiup angin. Tanpa Amel sadari, matanya melirik ke arah parkiran guru, mencari keberadaan mobil Adam. Tapi yang Ia cari tidak ditemuinya.
Itu alien belum berangkat?
"Woi, Mel. Lo ngapain bengong di situ? Mau ke kelas nggak nih?," tanya Nabil yang membuyarkan lamunan Amel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Knows?
Teen FictionAmel. Jika setiap siswa SMA Harapan mendengar nama Amel, maka yang terlintas dalam kepala mereka adalah anak populer kelas 11, tomboy, biang onar, seorang atlit, dan anak kesayangan guru olahraga. Walaupun mempunyai dua sahabat yang feminim, tetap s...