JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT⚠️
Dunia terkadang dapat dengan hebatnya menunjukkan kepada kita kejutan kecil yang tak disangka. Seperti halnya kejadian yang baru saja dialami Amel. Gadis itu masih saja memikirkan kenyataan yang baru saja Ia ketahui. Matanya terfokus pada layar laptop yang menampilkan foto kebersamaannya dengan Radit dahulu. Sebenarnya Amel sendiri bingung mengapa foto-foto tersebut masih disimpannya.
"Kak?" Suara dari luar pintu kamar Amel membuyarkan lamunannya. Jelas saja itu adalah suara Livia, adiknya.
"Masuk aja Liv, enggak gue kunci kok," jawab Amel sambil mematikan laptopnya. Bisa gawat jika Livia tahu bahwa Amel baru saja membuka foto lamanya bersama Radit.
"Lagi ngapain lo, Kak?" tanya Livia sambil merebahkan tubuhnya di tempat tidur Amel.
"Baru kelar buat tugas. Ngapain lo ke sini? Kayak gak punya kamar aja," jawab Amel sambil ikut merebahkan dirinya ke tempat tidur.
"Gue tadi lihat lo dianterin Kak Radit."
"Anjir demi apa? Gue kira gak ada yang lihat. Soalnya gak ada siapa-siapa di depan rumah," kata Amel kaget.
"Gue sama Kak Adam lagi di rumah Tante Friska buat nganterin kue buatan Bunda. Eh, tahu-tahu pas lihat ke arah rumah ada lo yang baru pulang dianterin Kak Radit. Gue kira lo udah gak ada hubungan apa-apa lagi sama tuh cowok," kata Livia. Tante Friska adalah tetangga mereka yang rumahnya berada persis di depan rumah Amel dan Livia.
"Sama Adam?" ulang Amel.
"Iya, sama Kak Adam. Kalau dari raut mukanya dia juga ikutan kaget lihat lo pulang bareng Kak Radit. Emangnya dia tahu sama Kak Radit ya?"
Amel mengutuk dalam hati. Apa yang kira-kira Adam pikirkan jika Ia menemui Radit? Padahal di depan Adam, Amel mati-matian menghindari masa lalunya itu.
"Woi, Kak! Jawab kenapa sih. Dikacangin nih gue," kata Livia.
"Iya dia tahu. Radit beberapa kali samperin gue pas gue lagi sama Adam," jawab Amel.
"Terus waktu itu, reaksi dia apa?"
"Yah, waktu dia tahu gue gak suka sama adanya Radit, dia sering ngusir Radit gitu. Sampai-sampai dia ngaku ke Radit kalau gue pacarnya."
"Anjir seriusan lo, Kak? Kayak sinetron banget ya. Terus, Kak Radit percaya gak?"
"Enggak tahu juga. Kayaknya sih percaya. Gue juga pusing mikirinnya," kata Amel jenuh.
"Terus lo kenapa bisa ketemu sama dia, terus dianterin pulang?"
"Dia nge-chat gue anonim awalnya. Habis itu ngajak ketemuan di taman komplek. Ya karena gue penasaran itu siapa, gue samperin deh. Eh, ternyata dia. Ngeselin banget. Kalau tahu itu dia, ogah gue dateng ke taman," keluh Amel.
"Terus, di sana kalian ngomong apaan?"
"Kepo lo. Urusan orang gede. Jangan nanya mulu ah," kata Amel. Ia baru sadar bahwa sudah terlalu banyak Ia bercerita pada adiknya itu.
"Gue kangen cerita-cerita sama lo, Kak."
Kata-kata Livia membuat Amel seketika terdiam. Semenjak mereka SMA, hubungan mereka memang terbilang renggang. Semakin mereka beranjak remaja, seakan tercipta jarak yang membentang dan membuat mereka sibuk pada dunianya sendiri. Terkadang juga mereka berbicara di rumah sekadar basa basi atau saat sedang membutuhkan.
"Cie, kangen sama gue ya lo?" Amel mencarikan suasana yang sedari tadi hening. Livia memutar bola matanya.
"Males ah. Malah diledekin," kata Livia. Ia beranjak dari tempat tidur kakaknya dan menuju pintu kamar, hendak keluar.
"Liv, siap-siap. Habis sholat maghrib kita nonton di bioskop ya," kata Amel sebelum adiknya keluar kamar.
"Serius lo? Dibayarin gak nih?" tanya Livia bersemangat.
"Tiketnya doang gue traktir. Ongkos sama makannya bayar sendiri!" kata Amel.
"Siap bos, jam setengah 7 ya!" Livia keluar dari kamar Amel dengan senyum merekah. Amel juga tersenyum melihat adiknya itu. Sudah lama mereka tidak seperti ini. Gadis itu melirik jam di dinding kamarnya. Masih ada waktu untuk mandi, sholat, dan bersiap.
Amel beranjak, merapikan tempat tidurnya sebentar, dan bersiap untuk mandi.
****
"Livia cepetan, entar kita pulangnya kemaleman!" Seruan Amel terdengar hampir di seluruh penjuru rumah.
"Iya-iya bentar lagi. Gue lagi dandan!" balas Livia dari kamarnya. Amel berdecak kesal. Rumit sekali menjadi cewek feminim seperti adiknya. Kemana-mana harus memoles wajah walaupun hanya sedikit bedak dan liptint tipis.
"Mau kemana, Mel?" Suara Bunda membuat Amel menoleh.
"Mau nonton sama Livia, Bun. Boleh kan? Boleh dong ya. Besok kan hari Minggu. Masa Amel malam mingguan di rumah terus. Gak asik ah," kata Amel.
"Berdua aja?"
"Iya. Perginya naik taksi online, bentar lagi Amel pesenin," kata gadis itu.
Bertepatan dengan itu, Adam keluar dari kamarnya hendak menuju ke dapur untuk mengambil segelas air putih.
"Eh, diantar Adam aja, Mel. Biar gak perlu naik taksi online. Adam malam ini gak kemana-mana kan?" Ucapan Bunda Amel membuat Adam seketika menghentikan langkahnya.
"Eh? Iya Tante. Adam malam ini enggak kemana-mana," jawab pria itu. Amel mendengus kesal.
Kenapa gak bohong aja sih.
Bertepatan dengan hal tersebut Livia keluar dari kamarnya dengan membawa tas selempang kecil berwarna putih.
"Nah, ini Livia sudah siap. Kalian langsung pergi aja. Adam tolong dijaga ya mereka berdua. Jangan sampai pulang kemalaman," nasehat Bunda.
"Baik Tante."
"Bundaa...," rengek Amel.
"Kita gak jadi naik taksi ya?" tanya Livia.
"Enggak sayang. Kalian pergi sama Adam ya, biar kalian ada yang jagain," kata Bunda.
"Emangnya kita anak kecil apa harus dijagain?" protes Amel tidak terima.
"Sudah Amel. Jangan banyak protes. Udah pergi aja. Bunda tenang kalau kalian pergi sama Adam."
"Huh, iya deh," kata Amel akhirnya. Ia berjalan gontai menuju keluar rumah. Didengarnya derap langkah Adam yang masuk ke kamarnya. Sepertinya pria itu ingin mengambil kunci mobil.
"Seneng gak lo pergi sama Kak Adam?" bisik Livia yang menyusul kakanya itu.
"Enggak lah! Gila kali ya lo!" ujar Amel kesal. Ia bergegas keluar rumah, kali ini seraya menghentakkan kakinya. Livia hanya terkikik geli melihat tingkah kakaknya itu.
B E R S A M B U N G
Setelah berbulan-bulan work ini aku anggurkan, aku mau mencoba melanjutkannya lagi.Sejujurnya cerita ini masih abu-abu banget. Belum tahu arahnya bakal kemana. Doakan saja semoga aku bisa nemuin plot yang bagus ya.
Makasih banyak yang udah nunggu! Lov❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Knows?
Teen FictionAmel. Jika setiap siswa SMA Harapan mendengar nama Amel, maka yang terlintas dalam kepala mereka adalah anak populer kelas 11, tomboy, biang onar, seorang atlit, dan anak kesayangan guru olahraga. Walaupun mempunyai dua sahabat yang feminim, tetap s...