twenty six

146 7 2
                                    

"ingat, semua orang bisa berubah kapanpun tanpa kita ketahui"

------

Aku hari ini beristirahat ke kantin bersama cantika, yang Akhirnya membuat semua orang menatapku, tidak suka, ada pula yang sembari tertawa. Dan satu hal, tatapanku tertuju pada segerombolan teman temanku, yaitu bella dkk.

Ketika aku melewati meja mereka aku mendengar sayup sayup jay mengatakan "eh, liat deh, temen lo yang dulu ituu, sekarang main sama gadis culun" selanjutnya aku sudah tak mendengar apapun lagi darinya. Mulai sekarang aku tau sifat asli jay dia suka menggosip bagai perempuan.
Cantika tiba-tiba menghentikan langkahnya dan menyeretku kembali ke meja dimana teman temanku, oh bukan, mereka tak pantas ku panggil teman.

"lo ngapain si lun? Gila lo? Ayolahh, ngapain si kesana?" aku menarik tangannya untuk menuju bangku kosong yang sebelumnya sudah ku lihat dari tadi.

"mil, gue tau lo masih pengen gabung sama mereka, sekarang lo mending nggabung sama mereka daripada sama gue mil, apalagi kita baru pernah omong-omongan kek gini" aku mendelik tak percaya dengan ucapan lunneta.

"sekali lo ngomong gitu lagi gue kill lo sumpah!" ucapku yang sudah geram dengan lunneta yang sekarang sudah kutarik untuk duduk dimeja yang kosong.

----

Aku memesan jus kesukaan cantika alias lunneta. Jus strawberry. Setelah memesan dan membayar, aku peegi untuk membeli makananku. Bakso. Entahlah tiba tiba perutku meronta untuk ingin makan bakso.

"mbak iyem, bakso satu anterin meja sono ya?" aku dengan para penjual dikantinku memang sudah akrab, bahkan mereka mengerti sifatku bagaimana.

"ashiaapp" ucap mba iyem sembari mengacungkan jempolnya padaku.

Aku tersenyum dan pergi kembali kemejaku bersama lunneta. Ketika aku berjalan pandanganku tertuju pada sepasang remaja yang sedang tersenyum kegirangan. Alan dan Amanda.

Hatiku sebenarnya ingin memberontak. Namun, aku sadar bahwa aku bukanlah siapa siapa bagi dirinya lagi. Tetapi ketika aku melewati mereka, Amanda memanggilku sehingga badanku berbalik kepada sepasang remaja itu.

"hay mill!" ucapannya lembut. Namun, tidak dengan senyumnya yang licik.

Aku hanya menaikkan satu alisku yang membuat manda heran, tak biasanya sikapku seperti ini.

"eh, lo, by the way, gue udah jadian sama alan, lo gak berhak ya ndeketin dia lagi. Karena sekarang, alan milik gue" ucap amanda sembari memegang lengan alan. Alanpub tersenyum dengan sikap manda yang manja.

"terus?" ucapku disela sela tatapan antara kedua remaja tersebut.

"terus? Maksud lo apa hah?" ucap aanda dengan ketus membuat para siswa di sekitarku menoleh kearahnya.

"yaa terus gue harus apa kalo dia jadian sama lo? Mau dia jadian sama lo, mau dia jadian ama mentari mau dia jadian sama orang gila, gue juga ga peduli kali" ucapku penuh penekanan. Dan daripada berlama lama dihadapan mereka dengan tatapan yang membuatku risih lebih baik aku pergi.

"awas lo! Lo lancang, gue juga bakal lancang sama lo!" batin manda.

Aku menghampiri lunneta yang sedang memainkan handphonenya. Aku menaruh jus pesanannya kemudian ikut duduk di depannya.

"eh, lo. Sorry ga sadar gue. Ini manager gue bilang kalo ntar gue diundang ke sebuah acara seleb gitu" lunneta mengacungkan handphonenya padaku. Namun, aku tidak tertarik sama sekali untuk melihatnya.

Menyadari bahwa aku tak memperhatikan lunneta. Ia akhirnya bertanya padaku "mil, lo kenapa? Ada masalah?"

"hmm. Tuh tadi gue ketemu manda. Emm trimakasih mbak" tiba tiba saja baksoku datang maka dari itu aku mengucapkan terimakasih.

"manda? Ooh si cabe cabean itu? Yang katanya pernah pacaran ama ketos terus di putusin gitu gegara perilaku macam cabe?" lunneta tidak tau banyak soal aku pada masa lalu. Dia hanya mengetahui aku yang sekarang.
"bisa dibilang" aku memakan baksoku agar lunneta diam. Itu adalah etika bagi lunneta. Jika ada seseorang yang sedang makan jangan di ajak berbicara, dan jika sebelumnya mereka berbicara tiba tiba orang yang sedang diajak berbicada olehnya tanpa memberi aba aba langsung makan, artinya mereka tak lagi ingin berbicara soal pembicaraan yang sedang mereka bahas sebelumnya.

-----

Aku menuju parkiran bersama dengan lunneta. Aku tidak akan mengantarnya pulang. melainkan, aku mengantarnnya ke gang kecil dekat sekolah dimana lunneta dijemput oleh para pengawal pribadinya.

"mil, mending lo beberapa hari ini stay di rumah aja deh" tutur lunneta secara tiba-tiba.

"kok? Ogah la. Bentar lagi ulangan kenaikan kelas. Gue susulan gitu? Ogah gue mah" aku berjalan mendahului lumneta karena apa yang di sarankannya tidak bermanfaat.

Lunneta menyusulku dengan segera. Namun, ketika lunneta meneriaki namaku, ia malah mendapat omongan dari para siswa yang juga sedang menuju ke parkiran.

Aku membalikkan badanku karena tidak mendengar suara lunneta yang meneriaki namaku. Dan yang aku lihat adalah ia sedang menunduk ketakutan. Aku juga mendengar gosip gosip murid yang menyeloteh tentang lunneta. Aku berjalan menuju lunneta yabg sudah menunduk.

"heh, gausah dengerin laa, anggep aja ini akting okay? All will be fine you know?" lunneta mengangguk.

Tiba-tiba saja ada yang menghalangi jalanku. Eight people. Lebih tepatnya seven people tanpaku disana. Dan mereka bersama manda dan dua temannya.

"mil lo bahayaa, harusnya tadi lo gausah mbalik ke arah gue" ucap lunneta masih menunduk.

"sstt,, diem dulu lun. Elah" aku tetap memegang pergelangan tangan lunneta, dan menghiraukan adanya seven people dan manda.

"eh, sekarang temennya anak culun ya? Hahaha. Pengin ngakak tapi takut dosa" celetuk jay seketika.

Aku mengehntikan langkahku, menapat tajam jay dengan sorot mataku yang katanya bila aku menatap seseorang dengan sorot ini akan membuat orang yang di soroti ketakutan.

"lo bilang mau ketawa takut dosa? Aduh kakak kelasku yang terpinter sepinter pinternya orang pinter. Lo tadi udah ngetawain gue dengan bilang 'Hahaha' dan setia lah itu lo bilang pengen ketawa takut dosa? Haduhh" ucapku membuat jay marah akan pernyataanku barusan.

Amanda mendorong lunneta dan mengangkat dagunya yang membuat wajah lunneta terpampang jelas dimata amanda. "lo, bakalan sengsara ketika lo mau berteman sama orang kek dia" amanda menunjukku.

"lo salah. Orang yang berteman sama milla bakalan baik baik saja" ucap lunneta dengan tegas membuat amanda tersenyum

"eh, lo bisa ngomong juga ya? Gue kira lo tuh bisu! Gak bisa ngomong" bella tertawa.

"bella! Gue ga habis pikir ya punya saudara macem lo kek gini? Bisu? Bahkan orang yang asli tidak bisa berbicara tak kuasa mendengar omongan orang bahwa dirinya bisu" ucapku dan langsung membawa lunneta pergi dari sekerumunan orang menjengkelkan yang aku temui hari ini.

"mil, lo harus hati hati pokonya, oiya, kalo lo ntat pulang nganterin gue terus ada orang yang ngikutin lo, lo bilang ke gue" ucap lunneta ketika aku dan dia sudah masuk kedalam mobilku.

"emang dia siapayang ngikutin gue? Lo kenal?" ucapku penuh penasaran.

"dia musuh abadi gue, lo baik baik"

-------

Haiiiuu semuanya, kembali lagi sama author. Semangat pts, atau ujian ujain lainnya para readears!

Jangan lupa vote and commentnya makasih ❤

Kalo mau tau kehidupan nyataku ,folow Ig: @flowers_devonael


Behind The Smile [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang