twenty eight

176 6 0
                                    

" but now, all people is change to me"
- Camilla Aurora Elvareta

-----

Pagi ini aku sudah siap untuk berangkat menuju sekolah. Beberapa hari ini aku lebih memilih untuk mengenakan mobil dibanding motorku. Baru saja aku hendak masuk kedalam mobilku. Namun, ada yang menelfon. Di layar handphoneku tertera nama sang penelfon 'Mentari'. Aku hendak menolak telfon itu. Tapi, berhubung kemarin aku sudah bertemu dengannya dan sepertinya kata kata yang diucapkannya cukup serius walaupun kurang meyakinkan aku memilih mengangkat telfon itu.

Diseberang sana ia sudah memanggil manggil namaku karena aku diam saja sejak telfon ku terima.

"mill? Mill! Berangkat bareng sama gue yuk! Gue baru pindah sekolah disekolah lo. Gue udah didepan! Lo keluar dan gue ga nerima penolakan"
Kata terakhir pada kalimat itu membuatku teringat akan alan. Dengan kata itulah aku berhubungan dengannya.

Aku segera menuju keluar garasi dan menuju keluar rumahku. Aku sudah melihat mobil putih berhenti didepan rumahku. Itu milik mentari.

Aku masuk kedalam mobilnya. Ia tersenyum menyaoaku sedangkan aku hanya acuh tak mendengarkan. Aku lebih memilih mengenakan headseatku ditelinga.

Sesampainya diparkiran sekolah aku tersadar dengan yang dikatakan Mentari tadi 'pindah sekolah?'.

Sebelum keluar dari mobilnya aku memanggilnya "tar, loo.. "

"iya kenapa mill?" mentari sudah menatapku dengan tatapan yang sudah lama tak pernah kulihat sebelumnya.

"lo pindah kenapa? Mauu? Deketin alan?" tanyaku ragu. Hanya itu yang terluntas diotakku sehingga aku ikut menanyakan itu padanya.

"bukan lah mill... Ya ampun, alan itu masa lalu gue. Dan dia juga udah sama lo jadi buat apa gue sama dia? Perasaan gue udah mati mill. Gue gak akan pernah ngerasain hal itu lagi" sekarang mentari menunduk. Sesungguhnya aku ingin memeluknya sekarang. Namun, aku tidak bisa. Tanganku seolah terkunci untuk tetap diam.

"alan? Sama gue? Dia udah sama manda. Bukannya itu yang lo mau? Alan sama manda dan berujung lo balikan sama dia?" tanyaku yang sudah sedikit terpancing amarah.

"ya ampun mil! Lo tuh ya?! Gue percaya sama lo makannya gue mau kasih tau lo ini," Mentari menatapku dengan serius. Kemudian mengalihkan pandangannya ke setir mobilnya "perasaan gue udah mati. Setelah Alan pergi ketika orang tua gue meninggal dan sahabat terbaik gue udah gue sakitin sampe gue nyesel sekarang," kini aku bisa merasakan getaran pada diriku sendiri. Aku merinding mendengarnya. Orang tua itu. Orang tua kedua setelah orang tuanya.

Flashback on

"caca. Makan dulu sayang. Bunda gak mau liat kamu sakit. Tari, makan nak! Sudah malam!" ucap wanita setengah paruh baya. Ia tersenyum ketika melihat Anak beserta sahabatnya turun dari tangga sembari tertawa bersama.

Salah satu dari Gadis kecil itu menarik baju milik wanita setengah paruh baya itu. Wanita itu melihat kearah anak kecil tersebut sembari tersenyum dan berjongkok agar tingginya sejajar dengan gadis itu.

"ada apa sayang?" wanita itu memegang pundak gadis kecil itu yang bernama caca --nama panggilan dari bundanya Mentari--

"kapan mama sama papa caca bisa kayak bunda dan Tari? Caca penginnnn banget punya mama kaya bunda. Yang selalu punya waktu sama caca. Engga kayak mama" caca meneteskan air matanya dipipi lembutnya itu.

Behind The Smile [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang