twenty nine

175 6 0
                                    

"Cintai dirimu sendiri. Jangan bandingkan dirimu dengan orang lain yang jelas berbeda. Semua orang punya kekurangan dan kelebihan masing masing."

-------

"Jadii... Gue itu semenjak orang tua gue meninggal. Gue mikir gue bakal selalu sendirian dirumah. Ternyata enggak. Bibi, dia masih setia tinggal dirumah gue. Awalnya gue masih gak paham sama yang namanya perusahaan. Tapi, gue diajarin sama sekertaris gue yang dulunya sekertaris ayah gue. Sampe gue akhirnya ngelanjutin usaha ayah" ucap mentari dengan panjang seraya tersenyum dan meminum jusnya.

Tapi, menurutku ada yang aneh darinya. Seperti ada kejanggalan dari senyumnya. Aku hendak bertanya. Namun, niatku urung ketika aku melihat Manda dan Alan berjalan bersamaan ditengah keramaian kantin.

Pandanganku selalu melihat kearah mereka berdua hingga Mentari yang tengah bermain handphonenya ikut melihat kearah yang sedari tadi kulihat. Kemudian, ia melihat kearahku dan menggenggam tanganku seolah memberikan kekuatan.

"Mill...laki-laki diluar sana itu banyak. Lo bahkan ga pantes untuk Alan karena dia terlalu brengsek," ucap Mentari sembari tersenyum.

Aku hanya menatapnya dan tersenyum sedikit tak ikhlas. Namun, aku memikir dengan baik kata kata Mentari. Benar, diluar sana banyak laki laki yang lebih baik.

Aku bergeming melihat kearah Alan dan Manda. Kemudian, Mentari tiba tiba berbicara sembari menatapku dengan tatapan serius "mil? Lo masih mau jadi sahabat gue kan?"

Aku tersenyum senang " jelas lah Tar,"

Mentari tersenyum gembira. Ia menarik menuju kearah alan dan manda, entah apa yang akan dilakukan olehnya. Aku hanya mengikuti saja selama aku masih bersama Tari tidak ada salahnya aku kesana.

Mentari berhenti tepat dihadapan Alan dan Manda. Mentari mendapat senyuman dari Manda. Mungkin apa yang dipikirkan oleh Manda sekarang sama seperti apa yang dipikirkan oleh Bella, Belva, dan Kinan.

"Hay,Tar! Apa kabar lo? Udah lama gue ga liat lo. Terus? Lo kok bawa cewek tengil ini?" tanya manda sembari melihatku dari ujung kaki sampai ujung rambutku.

Entah mengapa tiba tiba saja Mentari tanpa aba aba langsung menarik rambut rainbow milik Manda. Sontak Manda menjerit membuat semua orang yang berada dikantin melihat kearahnya.

Alan berusaha untuk membantu Manda agar rambutnya tak lagi ditarik oleh Mentari. Namun, hasilnya nihil. Mentari malah semakin menarik rambut milik manda ketika Alan berusaha melepasnya.

"Mau lo apa si Tar?" tanya Alan dengan tatapan tajamnya. Mentari mengabaikan pertanyaan alan.

"Tar! Lo apa apaan si?" Manda berteriak yang membuat kantin semakin tegang.

"Lo yang apaan!" aku harus bertindak, aku merasa kasihan denga Manda.

"Tar! Ayo pergi" aku menarik tangan Mentari agar menjauh dari Alan dan Manda.

Mentari melepaskan genggamannya dengan kasar "lo apa apaan sii gue mau dukung lo! Gue kesel liat mandaaa!!" bentak Mentari pada Milla.

"Tar, jangan marahin gue dulu please. I want to break after my all problems" aku duduk dikursiku.

"Your problems is not really end! I will help you okay? I just think about you!" ucap mentari penuh penekanan aku hanya menghela nafas kasar.

"Okay, you right. But now, ini bukan waktu yang tepat Tar!" aku menggebrak mejaku akibat aku sudah tak tahan lagi.

"Gue kesel sama lo semua! Bahkan gue bingung mana yang perlu gue percaya dan mana yang perlu gue abaikan Tari!" sekarang seisi kelas hanya berisi semua sahabat sahabat lamaku.

"Gue juga manusia! Sama kayak lo semua! Lo kira gue apaan? Hah? What do you think about me hmm? Kalian kira gue itu manusia yang diciptakan hanya untuk tersakiti oleh lo semua?" aku sudah tak kuasa menahan amarahku.

"Kesel gue sama kalian! Gue nyerah! Lo semua egois! Gue kasih lo semua kesempatan terus lo rusakin gitu aja. It look like, arghh" aku mengambil tasku kemudian pergi keluar kelas.

"Mau kemana lo?" alvin berteriak "lo semua jangan pernah nyari sahabat brengsek kek gue lagi! Lo semua bebas! Lo mau ngelakuin apapun! Ga akan ada yang ngelarang lo, rusuhin lo, atau apapun yang selalu gue lakuin ke lo semua!" aku berlari menuju ruang BK dimana disana aku akan izin bahwa aku pulang lebih awal karena tidak enak badan.

Air mataku jatuh secara terus menerus tanpa henti. Tatapan tatapan menggelikan diberikan disepanjang koridor. Ucapan ucapan yang membuat telingaku panas selalu kudengar.

Hanya satu yang aku pikirkan. Apakah aku tidak berhak bahagia sama sekali? Tapi? Kenapa? Aku pikir tuhan selalu memberikan jalan yang baik bagi hambanya. Namun? Ini? Ya aku percaya ini ujian. Aku harus bisa melewati ini semua. Rintangan ini harus kulewati hingga usai. Apapun yang terjadi aku ga peduli.

----

Hay! Kali ini aku up malem malem dan dengan part pendek dan mungkin rada acak acakan karena mood ga bagus dan mikir harus up hari ini juga.

Ni mata ga bisa merem gatau kenapa. Intinya bawaannya emosi gegara liat sahabat sahabatnya Milla yang kek gitu dah!

Jangan lupa vote and comment! Ikutin terus ceritanya

Ig: @flowers_devonael
Tweet: @Fdevonael

See you next part! Love you!

Behind The Smile [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang