thirty one

193 10 0
                                    

Disarankan ambil tisu sebelum baca!
-

----

Dengan tergesa-gesa keluarga Milla datang kerumah oma. Ketika dibukakan pintunya terpampang jelas omanya yang sudah terlihat kesal.

Oma mempersilahkan mereka untuk masuk kedalam rumahnya. Milla tidak ada diruang tamu. Keluarga Milla masih memilih untuk diam, menunggu omanya berbicara.

"Kalian peduli gak si sama Milla?" ucap sang oma yang langsung mendapatkan ekspresi terkejut dari para keluarganya.

"Milla itu ada masalah, apa kalian gak ada yang peduli satupun sama dia?" oma berbicara lagi sembari membenarkan kacamatanya.

"Kita peduli Milla kok oma" ucap Alva yang malah makin membuat omanya geram "kalo peduli, kenapa Milla sampai kesini? Dia nyeritain semua masalahnya, kalian sebenernya bisa ngasih sayang yang bener gak sih ke anak?" Elva langsung menundukkan kepalanya.

"Maaf ma" ucap Elva pada sang mama, yang sudah menjadi oma bagi anak-anaknya.

Oma menarik nafas panjang "kamu harusnya gak minta maaf sama mama, tapi minta maaf sama Milla! Ngerti? Dia lagi tidur, biarkan saja, nanti oma bujuk dia untuk pulang" keluarga Milla langsung mengangguk paham dan berpamitan untuk pulang.

Milla yang mengintip di balik pintu kamar omanya langsung kembali dan membaringkan tubuhnya menghadap ke tembok dan meneteskan air matanya. 'Semua orang sama' batin Milla.

19.04

Milla masuk kedalam rumah orang tuanya tanpa mengetuk pintu rumahnya. Milla masuk, dan disambut oleh tawa seluruh anggota keluarganya yang sedang menonton film komedi. Milla mengepalkan kedua tangannya, lalu memberikan senyuman pada keluarganya.

"Eh, Milla udah pulang? Sini nak! Nonton bareng! Ayok sinii" Elva menarik paksa Milla. Milla menolaknya secara halus dengan melepaskan kepalan tangannya dan menyingkirkan tangan mamanya secara halus "gapapa ma, nonton aja lagi, Milla mau istirahat dulu ya ma" Milla tersenyum lalu melangkahkan kakinya menuju kamarnya.

Sesampai kamarnya Milla langsung menutup kamarnya secara halus dan menyandarkan tubuh nya dibalik pintunya kemudian terduduk secara perlahan dengan tangisnya.

"Tuhan, aku ingin bicara padamu, bahwa sekarang, aku telah menyerah atas apa yang kau berikan padaku. Aku tak kuat menerimanya" Milla memeluk lututnya sendiri dan menenggelamkan wajahnya di lututnya itu.

"Andai waktu bisa diulang, Milla pengen kembali di masa ketika Milla hanya bisa merasakan bahagianya, bukan kepura puraannya dalam kebahagiaan. Milla lelah! Tak ada satupun orang yang bisa Milla percaya, Milla tak benci dengan mereka semua, tapi Milla benci dengan diri Milla yang tak berguna ini" gumam Milla di sela sela wajahnya yang terlungkupkan diatas lututnya.

--------

Keesokan harinya, Milla berangkat sekolah seperti biasa, mengalahkan semua egonya untuk tetap tinggal di dalam kamarnya. Banyak bisikan bisikan yang berbicara soal Milla, namun, Milla tak peduli, ia sudah terbiasa menjadi sorotan.

Sesampainya dikelas Milla langsung duduk dibangkunya tanpa melihat teman-temannya terlebih dahulu. Milla kembali menelungkupkan wajahnya di lipatan tangannya di atas meja.

Sampai pada akhirnya manda mendatangi Milla "Mill, gue minta maaf, gu-gue.. Maafin gue at---"

"Udah ngomongnya? Misi! Gerah!" Milla langsung berdiri dengan kepala yang terasa sedikit berat. manda mengejar Milla "Mill! Maafin gue! Gue tau gue salah! Maafin gue Milla! Gue bisa jelasin!" Milla membalikkan badannya, lalu tersenyum "kenapa baru sekarang setelah gue buat tembok besar di hati gue? Telat!" Milla kembali melanjutkan langkahnya namun dihadang oleh Mentari "Mill, dengerin Manda ngomong dulu"

Behind The Smile [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang