Bersalah

2.9K 88 0
                                    

"Elang, aku udah di Jakarta."

Senyum bahagia tersemat di bibir Elang. Setelah pulang ke rumah untuk membersihkan diri setelah menjenguk sang mama, ia mendapati pesan dari gadis yang selama ini ia cintai. Sherin Malaika, gadis manis yang sudah dipacarinya sejak SMA itu membawa kabar bahagia tentang kepulangannya ke Indonesia.

Long Distance Relationship

Apakah ada orang yang sebegitu kolotnya menjalani ldr-an selama 5 tahun lamanya? Ya, sebut sajalah orang itu adalah Elang. Kalau ditanya siapa sosok gadis yang ia cintai setelah sang ibu dengan begitu lantang ia akan menyerukan nama Sherin.

Setelah tamat SMA, gadis yang berstatus pacarnya itu melanjutkan studinya keluar negeri. Selama itu pula, Elang selalu setia kepada Sherin. Bahkan, di kampus nya tak sedikit gadis yang terang-terangan menunjukkan rasa sukanya kepada Elang, tapi pria yang terlihat dingin itu selalu menolak dengan berdalih harus menjaga perasaan Sherin. Meski ia sendiri percaya, kalau Sherin juga pasti setia kepadanya meski jarak mereka begitu jauh.

Hari ini, penantian Elang terkabulkan karena Sherin kabarnya akan menetap disini. Setelah memakai celana jeans panjang dan kaos hitam pendek yang dipadukannya dengan jaket abu-abu, Elang meraih kunci mobil dan melesat menuju tempat dimana ia akan bertemu kembali dengan sang kekasih.

Hati Elang menghangat, melihat seorang gadis yang tengah duduk dibangku taman. Tanpa berbalik, Elang tahu jika sosok gadis itu adalah Sherin. Dengan gerakan menutup mata gadis itu Elang berhasil membuat gadis nya kaget.

"Yaampun Elang, usil banget sih." Keluh Sherin sambil berbalik dan berdiri dari duduknya. Tanpa aba-aba, Elang kemudian memeluk tubuh Sherin menyalurkan kerinduannya selama ini. "Aku kangen banget sama kamu." Ucapnya sambil memejamkan mata menghirup aroma menenangkan dari rambut Sherin.

"Aku juga." Ucap Sherin mengurai pelukannya. Elang yang melihat perubahan dalam penampilan Sherin kemudian berkata "Rambut kamu sekarang kok di pirang?." Ucapnya dengan mengerutkan kening. Elang tak suka jika Sherin bergaya ala gadis luar negeri. Kalau boleh jujur, ia menyukai Sherin yang kalem dan berpenampilan tak seterbuka seperti sekarang ini.

"Aku nggak suka yah, kalau kamu ngatur-ngatur penampilan aku." Sungut Sherin merasa tak suka jika penampilannya yang menurutnya begitu luar biasa ini di kritik.

Elang terdiam, sebenarnya ia ingin mengusili gadisnya, tapi sungguh respon Sherin sangat berbeda dari ekspektasinya. Untuk pertama kalinya Sherin merajuk hanya karena penampilannya dikomentari Elang, padahal biasanya gadis itu akan senang karena erasa diperhatikan. Gadis ini seolah berubah dan tak seperti dulu. Menghela nafas pelan, Elang menggenggam lembut tangan Sherin dan berkata "maafin aku, sayang."

Sherin mengangguk, kemudian mendaratkan ciuman dibibir Elang membuat pria itu terpaku. Apa barusan Sherin menciumnya? Elang bukannya tak suka jika Sherin menciumnya, tapi dulu sewaktu pacaran, mereka hanya sebatas mengecup di kening. Tapi barusan, Sherin seolah sudah terbiasa melakoni hal seintim itu. Satu hal yang Elang tangkap akan perubahan Sherin, gadis nya mulai agresif.

"Sayang, bagaimana kalau kita merayakan kepulangan aku?." Rajuk Sherin memeluk lengan Elang dengan nada manja. Elang tentu saja tersenyum, tanpa Sherin bilang pun ia pasti akan merayakan hari bahagia ini.

"Kamu bilang aja. Maunya di cafe mana, atau nggak kamu mau ke pantai atau...."

"Aku maunya ke Club." Potong Sherin membuat Elang menatap Sherin tak percaya.

Kemana Sherin yang polos dan lugu?

****

Ariani dengan telaten menyuapi Wulan yang masih terbaring dengan selang infus ditangannya. Kondisi wanita paruh baya itu masih belum sepenuhnya pulih. Kondisinya masih lemah sehingga Ia masih memerlukan alat-alat yang menempel di tubuh untuk menunjang hidupnya.

Sebenarnya Ariani merasa tak enak jika kembali kesini, tapi melihat tatapan memelas dari wanita paruh baya yang sedang ia suapi ini ia yang memang berhati baik mengiyakannya. Ariani kasihan jika Wulan tidak dijaga oleh siapapun karena Elang sedang ada urusan penting. Entahlah, Ariani tak tahu urusan sepenting apa yang mengharuskannya meninggalkan ibunya yang terbaring sakit.

Ariani baru tahu, jika Wulan seorang janda yang merawat Elang sejak suaminya meninggal ketika Elang masih SMA. Diam-diam Ariani begitu iri dengan Elang, pria itu masih bisa merasakan kasih sayang lebih dari ibunya.

Setelah Wulan tertidur, Ariani keluar dari ruang perawatan. Ketika itu pula ia berpapasan dengan Elang. Untuk sekian detik, mereka hanya saling menatap tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Ariani merasakan aura begitu mencekam ketika ia hanya berdua dengan Elang. Pria ini terlalu dingin kelihatannya.

"Udah puas cari mukanya?." Tuding Elang menatap gadis didepannya tak suka. Awalnya memang ia berhutang budi pada gadis ini. Tapi setelah melihat Ariani yang begitu dekat dengan ibunya, entah kenapa ia berfikir jika gadis didepannya ini memiliki niat terselubung.

Ariani terkejut, mendapat kata pedas dari pria yang sekarang menatap nya begitu tajam. "Maksud mas apa?."

Elang tersenyum culas, menatap Ariani dari ujung kaki sampai kepala membuat gadis itu merasa risih. "Tampang kayak lo diotaknya pasti cuman ada uang. Jadi sekarang lo bilang sama gue, lo mau berapa? Bakal gue kasih, asal lo nggak muncul didepan gue sama mama lagi." Kembali Elang mengeluarkan kata sadis, bagi siapapun yang mendengarnya pasti akan merasakan sakit hati. Ariani tak memungkiri itu, matanya berkaca-kaca. Sekuat tenaga ia menahan agar air matanya tak mempermalukannya didepan pria yang bahkan sudah menginjak harga dirinya.

"Saya memang miskin. Tapi saya masih punya harga diri." Ucap Ariani menatap sendu pria yang masih menatapnya tak suka.

"Harga diri? Berapa emang harga lo? Bilang, biar gue bay...."

PLAKK

Ariani menampar Elang guna membungkam perkataan selanjutnya yang pasti akan membuatnya bertambah sakit hati. Ariani merutuki air matanya yang tanpa malu merembes dari matanya. Tapi baginya itu tak penting, biarlah pria didepannya ini merasa menang karena telah membuatnya menangis.

"Saya tahu mas terlahir dari keluarga kaya raya. Tapi tidak sepatutnya orang yang memiliki wawasan luas dan berpendidikan tinggi berfikiran sedangkal itu. Iya, saya memang miskin, cuman tamatan SD, karena saya tak seberuntung mas yang punya uang lebih dan juga kasih sayang dari ibu mas. Tapi satu hal yang harus mas tahu, saya bukan gadis murahan seperti yang mas bilang." Lirih Ariani dengan suara bergetar. Setelah mengatakan itu ia memilih pergi, berlari meninggalkan tempa itu dengan menyeka airmatanya. Tak ia hiraukan para suster dan orang-orang yang mungkin berfikiran buruk tentangnya. Sedangkan ditempat itu, Elang masih berdiri mematung. Ada rasa bersalah yang menggrogotinya kala mendengar penuturan gadis bernama Ariani itu.

Apa gue keterlaluan?

Bukan Salah TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang