"Saya nikahkan dan kawinkan Engkau saudara Elang Perwira binti Adam Perwira dengan Ananda Sherin Malaika binti Gunawan Ali dengan mas kawin perhiasan emas dan kitab suci al-quran dibayar tunai."
"Saya terima nikah dan....."
"TUNGGU......"
Elang yang tengah mengucapkan ijab kabul didepan ratusan undangan itu mau tak mau menghentikan ucapannya. Seketika matanya tertoleh ke sumber suara dimana Andreas tengah berdiri dengan nafas ngos-ngosan.
"Apa-apaan ini?." Gunawan, selaku papa dari Sherin kontan berdiri dari duduknya. Menatap tajam pria dengan kemeja biru yang telah lancang mengacaukan pesta pernikahan putri bungsunya.
"Pernikahan ini harus dibatalkan." Seru Andreas berteriak.
Sontak seluruh tamu undangan yang hadir pun saling berpandangan. Suasana yang semula sakral itu mendadak ricuh oleh para tamu yang saling berbisik.
"Maksud lo, apa Ndre?." Elang yang sedari tadi diam, kontan bersuara. Pria itu berjalan mendekati sahabatnya menuntut penjelasan lebih. Sherin yang merasa pernikahannya diganggu, tak tinggal diam. Wanita itu segera berdiri menghampiri bodyguard yang sedang berdiri didepan pintu ballroom ini
"Apa yang kalian lakukan, usir pria pengacau itu dari sini." Sherin berteriak, membuat body guard berwajah sangar itu kemudian menghampiri Andreas.
"Apa-apaan ini pak. Lepas." Andreas meronta, akibat kedua tangannya dicekal dengan kuat oleh body guard yang berbadan besar itu.
"Lang lo harus lihat ini Lang. Gue nggak mau lo nyesel." Sekuat tenaga Andreas berusaha melepas kungkungan kedua pria bertubuh besar itu.
"Lepasin dia pak. Dia sahabat saya." Mau tak.mau, kedua body guard itu menurut.
"Sekarang lo jelasin, apa yang terjadi?."
"Anak yang dikandung Sherin bukan anak lo Lang. Itu anaknya Arsa."
Sontak saja seluruh pasang mata yang mendengar itu terkejut bukan main. Elang yang mendengar itu mengerjap beberapa kali untuk mencerna setiap perkataan Andreas.
Sherin mengandung anak Arsa?
Sherin menegang kaku ditempatnya. Mendadak, wanita yang hari ini terlihat cantik dengan balutan kebaya putih itu merasakan pasokan pernafasannya menipis didetik ini.
"Kamu jangan dengarin dia Lang. Dia bohong."
Sherin menatap Elang dengan ekspresi memelas, berharap pria yang dicintainya itu mau mempercayai ucapannya dan sudi kiranya untuk kembali melanjutkan pernikahan ini.
Elang menepis kasar tangan Sherin yang menggelandoti lengannya. Untuk kali ini ia mau mendengarkan isi hatinya.
"Gue butuh bukti Ndre. Gue dan juga semua orang yang ada disini nggak bakal percaya tanpa adanya bukti."
"Gue nggak akan segila ini nekat mengacau di pernikahan kalian kalau gue nggak punya bukti. Lo lihat ini?."
Andreas menyodorkan hp nya kearah Elang. Saat itupula mata Elang melebar melihat foto mesra Sherin dan Arsa.
Belum selesai keterkejutannya, Andreas kembali memperlihatkannya sebuah video. Di video itu terlihat Arsa dan Sherin tengah berada di club. Saat keduanya mulai bercerita, disitu pula Elang menahan diri untuk tak membunuh Sherin didetik ini. Di video itu keduanya tengah menyusun rencana untuk menjebak dirinya yang tengah pingsan.
"Apa benar ini?." Elang menatap Sherin dengan murka. Memperlihatkan sederet bukti mutlak kearah wanita yang kini mendadak terlihat pucat itu.
Sherin yang mulai tersudut hanya bisa megap-megap. Wanita yang biasanya terlihat angkuh itu mendadak diam seribu bahasa.
"Nggak ada gunanya pernikahan sialan ini dilanjutkan." Elang mengumpat, melampiaskan rasa marah dalam hati karena sudah merasa dibohongi hingga sejauh ini.
"Kamu dengerin pen....."
Perkataan Sherin terpotong oleh Elang yang tiba-tiba mengangkat tangan ke udara. "Lo tahu kebodohan terbesar dalam hidup gue?."
Elang berteriak, menatap wanita yang kini menatapnya takut itu. Tak ada lagi aku-kamu dalam kalimatnya, seolah mempertegas bahwa rasa cinta itu sudah berubah menjadi benci.
"Gue menyesal udah lepasin gadis sebaik Ariani demi wanita iblis kayak lo." Telunjuk Elang mengarah pada Sherin, membuat wanita itu menundukkan kepala karena malu.
Usai mengatakan itu, Elang melangkah pergi, hendak mengejar kebahagiaan yang sempat dilepaskannya. Dalam hatinya berharap, semoga masih ada jalan untuknya kembali bersama gadis yang ia cintai.
****
Elang berlari menuju mobilnya yang terparkir disepan gedung. Bahkan pria yang masih memakai tuxedo pengantinnya itu tak perlu repot-repot berbalik untuk melihat ekspresi dari semua tamu undangan terutama Sherin.
Elang begitu muak dengan gadis itu.
Yang difikirkan Elang cuma satu, segera sampai dirumah Ariani, dan meminta maaf atas kebodohannya.
Elang tergesa-gesa menuruni mobil dan melangkah kerumah milik mantan istrinya itu.
Elang berulang kali berteriak memanggil gadis itu, tapi tak ada yang menyahut. Padahal pintu rumah terbuka lebar. Penasaran, Elang pun memutuskan masuk. Hanpir disetiap ruangan dirumah kecil itu ia kelilingi. Namun nihil, tak ada Ariani didalam sana. Sontak Elang menatap topi merah yang tergeletak dilantai. Dan saat itupula Elang menyadari, jika ruang tamu Ariani terlihat berantakan. Satu kursi bahkan terjungkal seperti telah terjadi sesuatu.
Mendadak Elang merasa takut.
"Apa terjadi sesuatu dengan Ariani?."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Salah Takdir
Ficção AdolescenteAriani Melodia, gadis cantik nan sederhana yang baru saja dihianati sang kekasih dihadapkan dengan pilihan sulit, kala wanita paruh baya yang ia tolong dalam kecelakaan memintanya untuk menikahi putra semata wayangnya sebelum ia meninggal. Lantas ap...