Sepasang luka yang tersakiti

2.2K 78 0
                                    


Ariani melirik jam dinding sudah menunjukkan pukul 11 malam. Tapi Elang sama sekali belum pulang setelah pergi untuk menemui Sherin di club. Ariani sudah menghubungi Elang berulang kali, tapi nomor dari pria yang berstatus suaminya itu sama sekali tidak aktif.

Tentu saja, Ariani merasa khawatir. Selama ini, Elang bahkan tak pernah seperti ini. Tiba-tiba Ariani terfikirkan dengan Andreas. Untung saja waktu itu mereka sudah bertukar nomor telfon.

Pasti mas Elang sama mas Andre

Ariani berlalu kekamarnya, meraih handphone yang tergeletak diatas ranjangnya.

"Halo mas Andre."

"Halo, Iya kenapa Ariani?."

"Mas Andre lagi sama mas Elang?." Tanya Ariani sambil mondar-mandir dengan raut cemas.

"Nggak. Emang Elang belum pulang yah Ar?." Ada nada terkejut dari suara Andreas.

"Belum mas, nomornya juga nggak aktif."

"Gila tu anak! Gue kira dia udah pulang. Soalnya tadi lagi sama Sherin."

Ada perasaan sesak dihati Ariani setelah sebelumnya sempat medengar gombalan receh Andreas yang sama sekali tak membuat suasana hatinya menjadi baik.

Setelah menutup sambungan telfon, Ariani kemudian engusap wajahnya dengan kedua tangan. Bodoh sekali Ariani berfikir jika Elang kenapa-napa. Pasti pria itu sekarang sedang bersama Sherin. Lagi-lagi Ariani harus menyadari posisinya yang bukan siapa-siapa dimata Elang.

****

2 minggu kemudian

Kata orang, pernikahan adalah jembatan penghubung untuk menyatukan dua hati. Baik suka maupun duka, pasangan suami istri seharusnya saling menemani dalam keadaan apapun. Tapi bagaimana bisa hal seperti itu terjadi kalau pernikahan yang terjadi sama sekali tak didasari oleh kata cinta?

Ariani merasakan itu, baginya, pernikahannya dengan Elang hanyalah sekedar pencitraan. Meski Ariani sangat menyadari, kalau hatinya memang sudah sepenuhnya menjadi milik pria dingin yang sudah menjadi suaminya itu. Ariani tentu tahu, jika hal itu akan melukai perasaannya. Apalagi, semenjak kejadian dimana Elang tidak pulang karena bermalam di rumah sepupunya itu, entah kenapa Ariani merasa jika Elang yang sudah mulai bersikap baik padanya kembali ke jatidirinya yang dulu.

Dingin dan tak tersentuh

Dan yang lebih menyakitkan hati Ariani, Sherin bahkan sangat sering berkunjung untuk bertemu dengan Elang. Ariani tentu tahu, jika Sherin dan Elang saling mencintai, tapi bukankah seharusnya mereka memikirkan Ariani yang berstatus istri Elang?

"DORRR."

Ariani tersentak, remote yang berada ditangannya pun lansung terjatuh saking kagetnya. Andreas yang menjadi biang keroknya sontak tertawa, kemudian menghempaskan tubuhnya kesofa panjang disamping Ariani.

Mengenal Andreas akhir-akhir ini, Ariani mulai tahu jika sahabat Elang ini memiliki selera humor yang tinggi. Tapi Ariani tentu senang, kehadiran Andreas mampu membuat hatinya sedikit terobati akibat pernikahannya.

"Yaampun mas, usil banget sih." Ucap Ariani sambil memukul pelan Andreas dengan bantal sofa.

"Sorry deh. Habisnya mana ada orang yang nonton tv sambil ngelamun. Lagi mikirin aku yah?." Goda Andreas sambil menatap curiga ke Ariani.

Ariani yang mendengar dugaan ngaco Anreas sontak tertawa, tak habis fikir dengan pemikiran sosok pribadi yang sudah dianggapnya sahabat ini. "Nggak. Ngapain coba, aku mikirin mas Andre." Ariani berkelit, sambil menatap penuh kejengkelan pada pria yang masih bisa tertawa disampingnya itu.

Bukan Salah TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang