20. Mentor

179 39 4
                                    

Tidak seperti biasanya, pada jam istirahat kali ini, siswa-siswi kelas 12 tidak langsung berlarian menuju kantin. Begitu juga dengan aku dan Lisa, usai kelas, kami langsung berlari menuju ke papan pengumuman yang ada di depan ruang aula.

Di depan papan yang kira-kira berukuran 1,5 x 3 meter itu, siswa-siswi kelas 12 berkurumun untuk melihat hasil try out mereka minggu lalu.

Hasil try out siswa IPA di tempel pada bagian sebelah kiri, sedangkan hasil try out siswa IPS di tempel di bagian sebelah kanan. Hasilnya disusun berdasarkan akumulasi nilai tertinggi hingga terendah dari masing-masing jurusan, bukan berdasarkan abjad nama siswa.

"Mending kita liat dari bagian nilai terendah aja, daripada sakit hati!" Ajak Lisa sambil menggeret tanganku untuk mendekat ke papan pengumuman.

"Okay."

Akhirnya, setelah berhasil menyelipkan diri di antara kerumunan orang-orang, kami berhasil mendapat tempat di depan papan.

"Pfff! Jung Jaewon peringkat terakhir! Hahaha," kata Lisa menertawakan hasil try out Jaewon.

"Lis... seneng banget ketawanya," kataku.

"Hahaha, yah, kirain anak pindahan dari Jepang bakal pinter banget atau gimana gitu," komentar Lisa.

"Udah ah, mending fokus cari nama kita," ujarku mengingatkan.

Dari 120-an siswa IPS, akhirnya aku menemukan namaku di urutan 78 dan Lisa di urutan 80.

"Yahhh, Lis... should we consider this as bad or good result?" Tanyaku pada Lisa.

"Bad?" Jawab seseorang yang aku hapal betul suaranya.

"Yoon!!!" Teriakku karena senang.

Seungyoon masih memperhatikan nilai-nilaiku yang tertera di papan pengumuman itu.

"Hmm... matematika, ekonomi, geografi. Kayaknya kamu perlu belajar lebih ekstra buat 3 pelajaran itu," Seungyoon memberi saran.

Aku mengangguk-angguk tanda setuju. Kemudian, aku mulai membandingkan nilaiku dengan Lisa. Hasilnya tidak begitu jauh berbeda. Aku hanya lebih beruntung di mata pelajaran bahasa Inggris.

"Harus gimana lagi ya, padahal aku udah belajar. Ya kan, Lis?" Kataku mencari pembenaran.

"Yap. Belajar sambil gosip hahaha," ujar Lisa.

"Mungkin cara belajar kalian kurang efektif. Mau aku bantu?" Tanya Seungyoon menawarkan.

Mendengar tawaran dari Seungyoon, mataku langsung berbinar-binar tanda setuju.

"Ohhho, nggak, deh. Aku nanti malah kayak penonton bayaran kalau belajar bareng kalian," ucap Lisa sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Lis, ah..." kataku malu-malu.

"Serius, deh. Aku mau cari mentor lain aja yang belum punya gebetan!" Kata Lisa bersemangat.

"Siapa? Jaewon?" Ledekku.

"Eww. Excuse me, rankingku lebih bagus ya daripada dia! Yaudah, ah, aku mau ke kantin duluan. Bye, guys~"

Lisa mendadak pamit meninggalkan kami, sepertinya ia berlari menuju kantin.

"Uhh, Lisa suka sama Jaewon?" Seungyoon bertanya dengan raut wajah yang penasaran.

"Nggak tau ya, tapi feeling-ku sih dia tertarik. Soalnya dia jadi suka nyebut-nyebut nama Jaewon akhir-akhir ini," jelasku.

"Oh...."

"By-the-way, kamu beneran mau jadi mentor aku?" Tanyaku lagi.

"I-ya, Rosie...."

"Apa? Tadi kamu panggil aku apa?" Aku bertanya untuk meyakinkan pendengaranku karena biasanya ia memanggilku dengan sebutan 'Rose'.

"Hm? Rose?"

"Nggak, nggak, tadi kamu nggak bilang gitu!" Protesku.

"Ros... sayang," Seungyoon tiba-tiba berbisik di telingaku.

OMG. HE'S SUCH A TEASE.
Aku merasakan telinga dan pipiku mendadak hangat. Mungkin wajahku sudah berubah warna seperti udang rebus. Dan panggilan itu rasanya terus berputar di kepalaku tanpa henti.

* * *






Guys, sebenernya cerita ini biasa banget kan ya? Tapi aku terharu ada yang baca, vote, & comment huhu makasih ya.
Luv-luvs 😭💙

Closer to YoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang