12. Guidance (2)

221 31 11
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jadi, udah sampai di mana?" Tanya Seungyoon

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jadi, udah sampai di mana?" Tanya Seungyoon.

SAMPAI DI MANA? APANYA? HUBUNGAN KITA?

"Esaimu, maksudku," sambung Seungyoon seolah-olah bisa membaca kehaluanku.

"Ah, itu, aku... aku masih memikirkan soal cita-citaku. Kayaknya terakhir kali aku punya cita-cita waktu SD," ujarku.

"Hmm, memang dulu apa cita-citamu?" Tanya Seungyoon lagi.

"Jadi... desainer boneka barbie," kataku malu.

"Oh ya? Spesifik banget. Biasanya anak SD paling terkesima sama pekerjaan dokter kan," ungkap Seungyoon.

"Karena dulu Ayah suka membelikanku boneka barbie untuk aku dan kakakku. Tapi, sering kali boneka milikku yang masih cantik dan bagus diambil kakakku. Jadi, aku sempat bercita-cita menjadi desainer barbie," aku bercerita agak panjang.

"Hmm... kakakmu... perempuan juga?"

"Iya! Aku punya kakak perempuan. Dulu dia sekolah di YG HS juga kok. Sekarang dia kuliah di London."

"Hmm... jauh ya. Kapan terakhir kali dia kembali ke sini?"

"Minggu depan dia mau pulang, kok. Mau penelitian di Seoul katanya..."

"Ha? Eh, maaf maksudku 'wah... hebat'," kata Seungyoon sambil mengaduk-aduk ice vanilla lattenya dengan sedotan.

* * *

Seungyoon memberikan saran untuk menulis kegelisahanku yang sebenarnya soal ingin belajar dan menekuni bidang apa nanti setelah lulus. Menurutnya, kegelisahanku wajar dialami oleh para siswa SMA tingkat akhir, seperti kami. Jadi, aku tidak perlu khawatir atau malu membahasnya dalam esai.

"Bagaimana menyusunnya jadi satu teks ya? Ideku seperti terpecah-pecah," kataku pada Seungyoon.

"Cara paling mudah, tulis saja seperti saat kamu ingin bercerita pada orang lain. Nanti, coba kamu baca ulang apakah rangkaian teksnya udah enak dibaca," Seungyoon menjelaskan dengan hati-hati.

"YA TUHAN... Kenapa dia bisa sepandai dan setampan ini, sih..." gumamku dalam hati.

* * *

Kami keluar dari kafe sekitar pukul setengah 8 malam. Seungyoon berniat untuk mengantarku pulang. Sudah malam, katanya. Padahal sebenarnya aku masih berani pulang sendiri karena masih ramai. Tetapi, mana mungkin juga aku menolak dapat kesempatan bersama Seungyoon sedikit lebih lama lagi.

Setelah naik kereta sampai stasiun terdekat, kami berjalan kaki menuju rumahku.

Kami berjalan beriringan. Lebih tepatnya, aku berusaha menyesuaikan langkahku dengan langkah Seungyoon.

Aku berusaha mencari topik obrolan sambil melirik-lirik ke arah Seungyoon. Berusaha menebak apa yang ada di pikirannya karena sepertinya ia kembali jadi Seungyoon yang pendiam.

"Kenapa? Apa aku jalan terlalu cepat?" Tanya Seungyoon setelah memergoki aku mencuri pandang ke arahnya.

"Sedikit... hehe," jawabku jujur.

"Ah, maaf, ini pasti karena aku terbiasa jalan sendiri. Oh iya, rumahmu belok ke arah kanan, kan?" Tanya Seungyoon yang sepertinya masih ingat letak rumahku setelah waktu itu mengantarku pulang bersama Jaewon.

"Iya, itu kelihatan dari sini," kataku sambil menunjuk sebuah rumah yang di depannya tampak sebuah taksi sedang berhenti menurunkan seseorang.

Aku memperhatikan sosok seseorang yang baru turun dari taksi itu.

Perempuan... mungil... berambut panjang hitam.....

"Kak Jisoooooo!!!" Aku pun langsung berteriak dan berlari ke arahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kak Jisoooooo!!!" Aku pun langsung berteriak dan berlari ke arahnya.

Closer to YoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang