18. Keeper (2)

186 35 7
                                    

(Flashbak - Seungyoon's POV)

Waktu iru, hari ketigaku di rumah sakit. Aku sudah mulai nyaman berjalan dengan tongkat penyanggaku. Aku mulai terbiasa berjalan dengan kaki kananku saja karena kaki kiriku masih dibalut dengan gips.

Aku berjalan ke kafetaria. Untungnya area itu sedang tidak ramai, sehingga aku bisa dengan leluasa duduk menikmati semangkuk ramen yang sudah lama kurindukan.

Aku hampir menghabiskan semangkuk ramen yang kubeli saat tiba-tiba seseorang duduk di hadapanku dan berkata, "Keliatannya enak. Boleh aku minta?"

Aku kaget dan meletakkan kembali sumpit yang hampir menghantarkan lilitan ramen ke dalam mulutku.

"Kenapa tidak beli sendiri? Apa kau mau kupinjami uang?" Aku mencoba menawarkan.

"Sembarangan! Bukannya aku tidak punya uang, tapi kalau aku beli sendiri porsinya terlalu banyak," perempuan yang sepertinya seumuran denganku itu menjelaskan.

"Ya sudah, nih ambil," aku mendorong semangkuk ramen sisaanku tadi ke hadapannya.

"Thank you~"

Setelah selesai menyantap habis ramenku itu, akhirnya ia memperkenalkan dirinya.

"Namaku Jisoo. Aku sudah seminggu dirawat di sini. Kamu?"

"Kang Seungyoon. Sudah tiga hari dirawat di sini karena kecelakaan," aku sedikit bercerita.

"Ahhh... pasti sakit ya...." komentarnya.

"Yah, tapi sudah mulai membaik. Kau sendiri sakit apa?" Kini giliranku bertanya.

"Ah, sakitku hanya masalah kecil dibandingkan denganmu. Aku cuma punya masalah dengan lambungku," katanya santai.

"Tapi... kau baru saja makan ramen. Bagaimana kalau kondisimu memburuk lagi?" Aku agak khawatir.

"Aku tinggal bilang ke dokter kalau ini semua gara-gara ada seorang pasien yang memaksaku menghabiskan ramennya! Hahaha!"

"..."

Itulah awal pertemuan pertamaku dengan Jisoo untuk pertama kalinya. Dia seorang gadis ceria yang enak diajak bicara.

* * *

Keesokan harinya, aku kembali melihat Jisoo di kafetaria rumah sakit. Tapi, kali itu dia tidak sendirian. Ada seorang gadis yang menemaninya.

Entah kenapa aku tidak berani mendekat ke arah mereka. Aku hanya mengamatinya dari jauh. Aku tidak ingin mengganggu mereka yang tampak sedang asik membicarakan banyak hal.

Tanpa kusadari, hampir sepuluh menit aku berdiri mengamati mereka. Lebih tepatnya, pandanganku kini mulai fokus pada gadis yang memanggil Jisoo dengan sebutan "Kak". Kalau tebakanku tidak salah, gadis cantik yang tawanya begitu manis. Seakan-akan ada cahaya terang yang memancar dari....

"Hey! Bro!!! Pantesan aku cari di ruangan nggak ada!" Jaewon, satu-satunya sahabatku, datang mengagetkanku.

"Ah, iya. Sorry, tadi lagi bosen aja di kamar," aku menjelaskan.

"Mau makan sesuatu? Ayok aku temenin," dia menawarkan.

"Nggak, nggak. Mending balik aja ke kamar deh..." pintaku.

"Ha? Kok aneh? Ada siapa emang di kafetaria? Dokter galak? Suster galak? Atau... gebetanmu selama di rumah sakit???" Tanyanya jail sambil menaikkan kedua alisnya.

* * *

Sejak saat itu, aku tidak pernah lagi bertemu dengan Jisoo di rumah sakit. Bahkan sampai aku keluar dari rumah sakit. Mungkin karena ia sudah keluar dari rumah sakit lebih dulu.

Kami baru bertemu lagi saat hari pertamaku masuk ke YG HS.

"Jisoo?" Sapaku.

"Hm? Kau yang di rumah sakit kan?" Ia memastikan ingatannya.

Aku mengangguk, kemudian bertanya, "Kamu sedang apa di sini?"

"Yap! Dulu... 3 tahun lalu hehe," jawabnya.

"Lalu, kenapa kau di sini?" Aku kembali bertanya.

"Mengantar adikku, sebelum aku pindah ke London," katanya dengan raut wajah agak sedih.

"Ah... adikmu yang perempuan itu? Aku melihat kalian waktu di rumah sakit."

"Benarkah? Ya, namanya Rose. Dia adikku satu-satunya. Aku khawatir harus meninggalkannya...."

"Hmm, memang adikmu kelas berapa?"

"Kelas 10. Oh iya, kamu kelas berapa? Seharusnya kamu mulai memanggilku dengan sebutan 'Kak'!"

"Sama seperti adikmu," kataku jujur.

"Huh? Jadi kau sepantaran adikku! Boleh aku minta tolong?" Tanya Jisoo dengan raut wajah yang mulai serius.

Aku agak ragu, tapi kemudian mengangguk.

"Dengar... kau harus laporkan padaku setiap adikku dekat atau pacaran dengan seseorang. Aku tidak rela kalau adikku sampai merasakan sakit hati!"

"Hmm... bagaimana kalau aku yang suka dengannya?" Aku memberanikan diri untuk bertanya.

"OMG. Aku nggak salah dengar? Memangnya kamu mengenalnya?" Tanya Jisoo seolah tidak percaya.

"Belum, tapi rasanya aku suka padanya setelah melihatnya di rumah sakit..."

"Hahahaha! NO," jawab Jisoo singkat.

"Lalu, kenapa kau minta tolong aku untuk memata-matainya? Apa kau percaya denganku?"

"Entahlah, tapi aku rasa kamu bisa dipercaya," jawab Jisoo.

"Tapi, kenapa aku tidak boleh mendekati adikmu?"

"Pokoknya tidak boleh. Kalau kamu serius dengannya, kamu harus menunggunya sampai lulus SMA!"

Aku terkejut sekaligus ingin tertawa mendengar jawabannya. Jisoo benar-benar tampak seperti seorang kakak yang posesif sekaligus orang tua yang kolot.

"Ok..."

Entah apa yang ada di pikiranku, tapi aku menyetujui perjanjian itu.

"Kalau begitu, tolong tulis emailmu. Aku akan menghubungimu lagi nanti," kata Jisoo sambil menyodorkan hpnya.

* * *
End of Flashback

Closer to YoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang