21. Nightfall

207 33 4
                                    

Me:
Yoon, udah pulang?

Itu adalah pesan yang kukirim sekitar jam 8 malam, tapi sampai sekarang atau sekitar dua jam setelahnya, pesanku belum juga dibaca dan dibalas.

Sejak Seungyoon menyatakan keinginannya agar kami jadi "teman dekat", kadang-kadang aku merasa sikapku seolah-olah jadi posesif seperti pacarnya. Tapi, bukankah aku berhak? Bukankah sebutan "teman dekat" itu diberikan Seungyoon hanya agar ia bisa tetap menepati janjinya dengan Kak Jisoo?

Atau aku salah? Apa harusnya aku tidak bersikap seperti ini? Apa Seungyoon mulai lelah karena aku terlalu banyak mengiriminya pesan? Apa...

🎶🎵🎶🎵🎶🎵🎶🎵~

Hp-ku berdering. Sebuah panggilan video call. Dari Kang Seungyoon.

Aku langsung buru-buru merapikan rambutku dan kerah piyamaku. Dari atas tempat tidurku, aku melihat cermin untuk mengecek penampilanku. Setelah siap, aku langsung menerima panggilannya.

"Hai, Yoon!" Sapaku dengan wajah dan nada gembira.

"Hai, Rose. Maaf, aku baru pulang setengah jam yang lalu. Dan aku baru bisa menghubungimu setelah mandi," Seungyoon berusaha memberi penjelasan.

"Ah, okay. Aku cuma ngerasa kamu makin sibuk akhir-akhir ini dan kita jadi jarang ketemu," ujarku.

"Hmm, sebenarnya, jam mengajarku ditambah. Jadi, aku lebih sibuk dari sebelumnya," Seungyoon menjelaskan sambil mengacak-acak rambutnya yang sepertinya masih basah karena habis keramas.

"Huhu, terus muridmu yang ini gimana dong. Kan kamu janji jadi mentorku," kataku sambil memasang wajah sedih karena merasa terlupakan.

"Yaudah, gimana kalau belajar sekarang?" Ia menawarkan.

"Seriously? Kamu nggak capek? Emang kamu udah makan malem?"

"Gampang...."

"No no no, kamu harus makan malem, Yoon. Kalau kamu sakit, kasian kan murid-muridmu," kataku mengingatkan.

"Kalau kamu gimana?" Seungyoon malah bertanya.

"Gimana? Apanya?" Aku balik bertanya karena bingung.

"Yaa, kalau aku sakit... kamu gimana?" Tanyanya.

"Hmm... cari mentor lain mungkin~"

"Okay, udah dulu video call-nya. Aku mau makan," kata Seungyoon sambil beranjak dari duduknya dan bersiap mengakhiri panggilan kami.

"Kabarin kalau udah selesai ya."

* * *

TOK TOK TOK.

Tepat setelah aku mengakhiri panggilan itu, seseorang mengetuk pintu kamarku. Aku pun bangkit dari tempat tidurku dan berjalan untuk membuka kunci pintu.

Ternyata, Kak Jisoo yang mengetuk pintu kamarku.

"Eh, Kak Jisoo," sapaku.

"Aku boleh masuk, kan?" Tanyanya.

Aku pun mempersilakannya masuk. Lalu, kembali menutup pintu kamarku, setelahnya.

Kak Jisoo duduk di pinggir tempat tidurku sambil mengamati hp-ku yang belum sempat kukunci.

"Habis telepon?" Kak Jisoo bertanya setelah melihat daftar panggilan terakhirku.

"Iya, Kak... sama Seungyoon," ungkapku jujur.

"Hmm, kalian pacaran sekarang?"

"Ehhh! Nggak, Kak, nggak!" Jawabku panik.

Kak Jisoo seolah tidak percaya dan belum puas dengan jawabanku.

"Kami cuma berteman. Kemarin, aku minta dia jadi mentorku," aku menjelaskan.

"Lho? Bukannya kalian beda jurusan?" Tanya Kak Jisoo lagi.

"I-iya sihhhh, tapi dia bisa hampir semua mata pelajaran, Kak!"

Kak Jisoo diam. Ia tampak sedang memikirkan sesuatu. Aku pun jadi ikut terdiam dan bingung harus mulai bicara apa lagi.

"Rose... apa Seungyoon udah cerita sesuatu sama kamu?" Tanya Kak Jisoo, kembali memulai pembicaraan.

"Udah, Kak. Termasuk perjanjiannya dengan Kak Jisoo. Tapi, Kak, sebenarnya apa sih alasan Kakak buat perjanjian itu?"

Mendengar pertanyaanku itu, Kak Jisoo kembali diam sejenak.

Kemudian, ia mencoba menjelaskan, "Rosie, dulu, waktu Kakak masih SMA, Kakak pernah punya pacar. Kami pacaran sejak kami masih sama-sama di kelas 10. Lalu, saat kenaikan kelas 12, tiba-tiba saja mantan pacar Kakak minta putus. Tapi, ternyata, keesokan harinya dia sudah mulai dekat dengan teman sekelasnya. Kami pun jadi bahan gosip siswa-siswi di sekolah. Apalagi, keadaan tambah diperparah dengan akun gosip Lamtur YG HS. Kamu tau, kan? Gara-gara akun itu memposting cerita soal kami, siswa lain jadi banyak yang berlagak sok detektif mencari tahu penyebab putusnya kami. Bahkan, mereka nggak segan bikin fitnah. Bayangkan, Kakak masih sedih karena baru saja putus, terus jadi bahan omongan orang lain. Tapi, di sisi lain, Kakak juga harus tetap kuat karena akan menghadapi banyak ujian penting di kelas 12."

Aku melihat air mata Kak Jisoo mulai menetes. Aku pun segera memeluknya. Jujur, aku tidak tahu Kak Jisoo pernah mengalami hal seberat itu karena biasanya ia selalu tampak ceria.

"Kak, maaf... karena waktu itu nggak bisa jadi teman yang baik untuk Kakak...." kataku dengan nada gemetar karena ikut menangis.

Mengetahui aku ikut menangis, Kak Jisoo langsung menyeka air mata yang ada di pinggir kedua mataku dengan jarinya.

"Rosie, aku harap kamu nggak benci sama Kakak ya. Aku tau, larangan itu paling sia-sia. Biasanya, semakin dilarang pun orang akan semakin ingin kan...."

"Nggak kok, Kak. Aku paham. Aku janji bakal utamain sekolah biar bisa lulus dan diterima di universitas pilihanku. Tapi, aku juga nggak bisa bohong kalau Seungyoon jadi motivasi terbesarku saat ini. Dia juga sering bantu aku belajar," kataku menjelaskan.

"Well, okay... adikku yang jadi budak cinta. Pokoknya, lapor aja ke aku ya kalau Seungyoon macem-macem!" Perintah Kak Jisoo sambil diakhiri dengan tawa khasnya.

* * *

Tbh, lagi mikir, sebaiknya cerita ini ditulis sampe berapa chapter ya?—ttd Author amatiran—

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






Tbh, lagi mikir, sebaiknya cerita ini ditulis sampe berapa chapter ya?
—ttd Author amatiran—

Closer to YoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang