The Birthday Gift

18 1 0
                                    

Hi guys! Before you start reading this story, I highly recommend you to play "Yiruma - Love Me". All parts of this story is written based on my feelings and vibes whenever it plays. So if you want to have better experience on your reading or maybe you wanna try to catch the vibes better, go ahead and try it :) Enjoy, xx!

Halo guys! Sebelum kalian baca cerita ini, gue  sangat merekomendasikan kalian untuk muterin lagu "Yiruma - Love Me". Semua part di story ini ditulis berdasarkan perasaan dan atmosfer yang gue rasakan saat lagu ini diputar. Jadi kalau kalian mau punya pengalaman membaca yang lebih baik atau mungkin pengen lebih dapet vibesnya, cobain deh saran gue hehe, enjoy! xx

******

April, 2014

"Selamat ulang tahun, Ben. Semoga di ulang tahunmu, semua doa dan harapanmu terkabul. Aku berdoa agar kamu diberikan kesehatan, kebahagiaan, umur panjang, dan all the best, Ben. Sorry kalo aku belum bisa ngasih hadiah yang bagus buatmu, untuk sekarang aku berikan coklat-coklat ini dulu ya, agar hidupmu senantiasa dipenuhi hal-hal manis. Aku janji, di tahun-tahun berikutnya, aku akan membelikanmu hadiah yang lebih baik dari sekedar coklat. Tapi, aku harap kamu menikmati hadiah dan niat tulusku untukmu, ya. Sekali lagi, selamat ulang tahun ke-14, Ben. I love you.

Xoxo,

Ray"

Ray melipat kertas origami berwarna pink itu menjadi empat dan menyelipkannya di antara coklat-coklat yang akan dia berikan ke Ben, orang yang beberapa bulan belakangan ini sedang dia taksir. Ulang tahun Ben yang sebenarnya adalah lusa, namun berhubung lusa adalah hari Sabtu dan sekolah mereka menerapkan sistem belajar efektif yang mana kegiatan belajar akan berakhir di hari Jumat, maka mau tidak mau Ray memutuskan untuk memberikan hadiah itu lebih dulu sebelum ulang tahun Ben yang sebenarnya. Jantungnya sudah berdegup kencang dari tadi. Ia tidak sabar untuk segera menanti hari esok. Karena ini akan menjadi kali pertamanya memberikan hadiah secara langsung untuk orang yang dia sukai. Seumur hidupnya, ia tidak pernah senekat ini sebelumnya. Ben adalah orang pertama yang dapat mendorong seorang Ray Utomo untuk bertindak sejauh ini.

Ray membungkus hadiahnya dengan kertas kado bermotif hati, pesan tersirat yang ia tujukan untuk Ben. Setelah menghias sedikit kertas kadonya, ia pun segera memasukkannya ke dalam tas sekolahnya. Ia tidak ingin keluarganya melihat dan bertanya padanya tentang kado itu. Tidak mungkin Ray akan secara langsung menjawab kepada siapa kado itu akan diberikan, namun ia juga tidak bisa berbohong. Antara dua kemungkinan – Ray yang tidak pandai menutupi kebohongannya atau memang keluarganya memiliki indra yang sangat peka dalam mendeteksi kebohongan.

"Sudah menyusun buku untuk pelajaran besok, Ray?" Ayah Ray tiba-tiba menghampirinya. Di mata Ray, ayahnya adalah orang yang cukup berwibawa dan memiliki aura yang lebih 'mencekam' dibandingkan anggota keluarganya yang lain. Tak heran, ia adalah orang yang paling disegani di rumah sekaligus ditakuti Ray.

"U, Udah, Pa!" jawab Ray agak terbata-bata karena ia kaget dengan kehadiran Papa-nya yang tiba-tiba.

"Oke." Ayahnya pun kemudian duduk di sofa yang terletak di ruang keluarga mereka dan menikmati acara televisi kesukaannya.

Merasa tidak terlalu nyaman dengan kehadiran ayahnya, Ray pun buru-buru membereskan barangnya dan pergi ke kamarnya. Tidak seperti biasanya, Ray tidak memainkan ponselnya sebelum tidur. Ia langsung mematikan lampu di kamarnya dan pergi ke tempat tidur. Sambil menatap langit-langit kamarnya, ia berpikir,

"Kira-kira, apa yang akan terjadi besok ya? Apa yang akan Ben lakukan setelah aku memberikan hadiah ini untuknya? Apa dia akan senang? Kira-kira, Ben suka tidak, ya, sama cokelat? Aduh, bagaimana ini, aku tidak tahu! Kalau Ben senang dengan hadiahnya, apa mungkin kami akan mulai dekat, dekat, kemudian... Ah, aku tidak tahu, aku tidak tahu!"

APRILWhere stories live. Discover now