Acceptance

4 0 0
                                    

Ray berjalan menuju Brian. Ia berusaha mengumpulkan segenap keberaniannya dan berkata, "Emangnya lo siapanya gue? Kalo lo gak tahu apa-apa gak usah banyak ngomong deh!" Ray yang awalnya merasa terguncang dengan ucapan Brian kini ia benar-benar merasa marah. "Dia nggak tahu apa-apa! Dia gak tahu gimana rasanya jadi gue dan apa aja yang udah gue lewatin!" batin Ray.

".. hahaha, emang, ya. Lo seperti yang dibilang orang-orang. Sombong, egois, merasa dirinya yang paling bener. Kalo gitu, semangat, ya, buat dapetin 'pangeran Ben' lo itu!" kata Brian sambil berlalu.

Sepeninggalan Brian, Ray terkulai lemas. Ia tak dapat lagi membendung air matanya yang jatuh begitu deras. Sejujurnya, Ray merasa sangat terpukul dengan perkataan Brian. Atau mungkin, mungkin saja karena ia benci perasaan bahwa ia harus mengakui apa yang dikatakan Brian ada benarnya.

Ray memutuskan untuk berdiam diri di gudang tersebut. Lagipula, tidak mungkin ia kembali ke kelas dengan penampilan seperti itu. Ia pasti akan mengundang perhatian dan orang-orang akan penasaran dengan apa yang terjadi. Ray tidak ingin terlihat menyedihkan, terlebih setelah ia tahu apa yang sebenarnya orang-orang pikirkan tentang dirinya.

Tak lama kemudian, air mata Ray telah berhenti mengalir. Pikiran Ray kini terasa lebih jernih, seolah awan tebal yang selama ini menyelimutinya telah menipis. "Ayo, Ray! Ayo berpikir jernih!" katanya pada dirinya sendiri.

"Ray. Ray Utomo. Manusia yang sombong, egois, merasa dirinya paling bener, dan bodoh, hahaha.. Kenapa lo harus menderita gini, sih? Apa yang membuat lo jadi semenyedihkan ini? Apa karena cinta lo yang bertepuk sebelah tangan? Atau karena Ben dan temen-temennya? Brian? Atau mungkin karena temen-temen lo? Atau apa? Atau jangan-jangan sekarang ini lo juga lagi kesel karena fisik lo yang seperti ini? Terus, apalagi? Apalagi yang mau lo salahkan atas kondisi lo saat ini, Ray? Lo gak akan salahin Mama juga, kan, karena udah lahirin lo ke dunia ini?

Soal Ben, emangnya kenapa kalo dia nolak lo dan perlakuin lo seperti itu? Apa cuma karena lo suka sama dia, itu artinya dia harus nerima perasaan lo? Kalo gitu, artinya lo emang egois seperti yang dibilang Brian. Kalo lo beneran suka dan sayang sama orang itu, harusnya lo juga menghargai dia. Karena sejak awal, dia gak pernah berkewajiban untuk membalas perasaan lo dan memperlakukan lo seperti apa yang lo harapkan. Dari awal, gak satupun orang di dunia ini yang berkewajiban untuk berbuat baik ke lo. Kalo ada orang yang memperlakukan lo dengan baik, berarti lo beruntung. Dan harusnya lo bisa lebih menghargai orang tersebut.

Tapi, tetep aja. Ben tetep seorang pengecut karena nyerang lo yang cuma sendiri, sedangkan dia dan temen-temennya. Yah, tapi itu yang namanya resiko, kan? Di dunia ini, mana ada, sih, tindakan berani yang gak beresiko? Semuanya sama aja. Tapi tanpa tindakan seperti itu, mungkin saat ini lo sedang hidup di dunia fantasi lo dan masih berkhayal bahwa Ben punya perasaan sama lo, dan dunia ini berputar pada lo. Pada kenyataannya, lo itu cuma manusia biasa, Ray. Lo itu sama aja dengan bertriliun-triliun manusia di luar sana.

Yah, mungkin yang saat ini harus lo lakuin adalah.. penerimaan. Terima aja fakta bahwa lo itu emang sombong, egois, selalu merasa dirinya paling bener ... semuanya. Lagipula, apa yang lo harapin, sih? Berharap agar hidup lo kayak di drama-drama Korea? Atau happy ending? Berharap bahwa semua yang lo mau bisa terwujud? It's a complete bullshit, Ray! Jauh di dalam diri lo, lo tahu, kan, kalo itu gak mungkin terjadi?

Lo bukan satu-satunya di dunia ini yang menderita, Ray. Di luar sana, banyak orang yang bahkan jauh lebih menderita dari lo. Mereka-mereka yang bahkan nggak yakin bakal bisa ngelihat matahari terbit, mereka yang bahkan rela untuk mengais-ngais tanah hanya untuk sekedar mengisi perut, dan masih banyak lagi. Please, Ray. Bangkit. Hidup memang selalu seperti ini, ada kalanya lo berada di atas dan ada juga kalanya lo di bawah.Terus memangnya kenapa? Yang harusnya lo lakuin, kan, tetep berjuang, bangkit! Iya, lo harus bangkit. Bangkit, Ray! Dan hadapi kenyataan sepahit apapun rasanya," batin Ray.

*****

APRILWhere stories live. Discover now