Draco mengambil sebutir apel hijau dari meja. Ini sudah apel ketiga semenjak Hermione masuk ke Asrama dengan amarah yang meledak-ledak, membanting pintu, masuk ke kamarnya kemudian terdengar umpatan-umpatan setelah kata Ronald.
Draco tidak mengerti apa yang terjadi. Ia baru saja kembali dari Latihan Quidditch dan berganti pakaian. Duduk menunggu Hermione sambil memakan apel dan Hermione masuk lalu bla bla bla. Dan akhirnya, setelah lima belas menit berada di dalam kamarnya, Hermione keluar dengan ekspresi yang mudah untuk dijelaskan ; marah.
Ketika gadis berambut cokelat itu duduk di atas sofa dengan kaki diluruskan dan naik ke atas meja, Draco tahu ada yang tidak beres.
"Semak," Draco memanggil Hermione. "Siapa saja yang mau kau jadikan Prefek?"
"Tidak tahu," Hermione tampak tak acuh. Ia malah melilitkan rambut dengan jari, hingga rambutnya semakin keriting.
Draco menatap Hermione aneh. Bisa-bisanya ia jadi seperti ini. Namun pikirannya terhenti ketika Hermione balik menatapnya galak. Tiba-tiba saja Hermione berdiri.
"Jangan ajak aku bicara, aku sedang kesal," kemudian, Hermione masuk ke kamarnya. Meninggalkan Draco yang kebingungan.
"Terserah," Draco akhirnya ikut-ikutan masuk ke kamar. "Lebih baik tidur daripada berbicara denganmu!" Ia berteriak lalu menutup pintu kamar sebelum Hermione berbalik dan meninjunya lagi.
***
Musim Quidditch nampaknya mulai lebih awal. Hari ini saja sudah ada tiga tim yang menyewa Lapangan. Pertama Slytherin, Ravenclaw lalu Gryffindor.
Hermione terpaksa keluar dari Asrama Ketua Murid untuk menyaksikan Harry dan Ginny berlatih di atas sapu mereka. Menurut Ron, Harry menghabiskan liburan di The Burrow dengan berlatih mengejar golden snitch. Hal itu menimbulkan masalah, karena Harry menggunakan Firebolt Supreme dengan kecepatan menggila di halaman berumput The Burrow, sontak saja jembalang-jembalang itu berterbangan dan akhirnya hinggap di tubuh Ron. Ia jadi gatal-gatal.
"Kau tidak akan percaya," ujar Ginny ketika merapihkan seragam Quidditchnya. "Harry dapat meraih snitch hanya dengan lima belas detik!"
Hermione hanya terdiam. Tampaknya Quidditch memang menyenangkan bagi siapapun yang ahli menggunakan sapu. Yang berarti, Hermione tidak.
Ia tidak bisa terbang dengan lancar menggunakan sapu di udara. Selalu berbelok, terlalu lambat dan hal buruk lainnya. Penerbangan paling lancar yang Hermione lakukan ketika memyelamatkan Malfoy dan Goyle di Ruang Kebutuhan yang dilalap api naga. Setelahnya, tidak ada. Apalagi ia sama sekali tidak berlatih menggunakan sapu selama setahun.
"Doakan kami sukses," ujar Harry dengan semangat yang menggebu-gebu. Matanya menyiratkan api yang membara.
"Harry, ini bukan pertandingan. Hanya latihan," Hermione melipat tangannya di depan dada.
Harry hanya meringis. Begitupun Ginny. Kemudian, Ginny mencubit pipi Harry. "Kau lucu sekali, Potter,"
"Kau juga lucu sekali, soon to be Potter," Harry balas mencubit pipi Ginny. Hermione memutar bola matanya dan berjalan keluar tenda sebelum dua pasangan itu berciuman. Ia berjalan melewati Ron dengan enggan. Hermione kira Ron akan meminta maaf, mengajaknya ke Honeydukes atau bahkan mengajarkannya terbang, tetapi tidak. Ron tampak tidak peduli dengannya.
Hermione hanya bisa menghela nafas dan berjalan menuju bangku penonton. Ia duduk di samping Neville.
"Hai, Hermione. Lama tidak bertemu," Neville menyapanya. Sementara Hermione membalas sapaan Neville dengan senyuman. Liburan satu tahun membuat semua tampak berbeda ; Neville khususnya. Ia jadi lebih tinggi dan lebih berotot. Hermione bahkan menemukan beberapa anak kelas satu memberikannya bunga dan cokelat di depan Kelas Herbiologi tadi pagi.
YOU ARE READING
Miss You
Fanfiction"Shit, Maybe I Miss You, Granger," © moonypotatoes 2 0 1 9 character by J.K Rowling