9 : Tetesan dan Genangan Air

2.4K 373 44
                                    

Pukul setengah empat sore, Hermione sudah kembali ke asrama dan berganti pakaian. Ia masih ingat tugas mulia yang harus ia lakukan setelah ini : membersihkan toilet. Sungguh suatu kehormatan yang amat menjengkelkan. Andai saja malam itu dia tidak keluar dan menunggu waktu lain yang akan datang.

Hermione merengut, lalu menghadap ke arah cermin. Ia memakai seragam biasa, tanpa memakai jubah. Ia menghela nafas dengan kasar, kemudian membuka pintu kamar. Dan, oh lihatlah! Tuan Draco Malfoy telah duduk di sofa dengan raut muka yang membuat mood Hermione hilang seketika.

"Lama sekali," ejek Draco sambil berdiri ke arah pintu Asrama.

"Tidak sabaran," balas Hermione. Ia buru-buru keluar dari Asrama dan berjalan ke lantai dua. Menyelip Draco dan berjalan lebih dulu. Membiarkan pemuda itu mengikutinya dari belakang.

Keduanya berjalan ke lantai dua dengan sedikit bersembunyi. Hermione bisa mendengar beberapa anak Gryffindor sedang kebingungan atas pengurangan poin asramanya. Draco juga mendengar hal yang sama. Tidak ada diantara mereka yang sudi untuk membuka mulut dan mengakui hal memalukan semacam itu.

Bayangkan seisi asrama Gryffindor menyambutmu dengan tatapan kejam  atau seisi asrama Slytherin yang langsung menodongkan tongkat di lehermu karena kau menghilangkan poin mereka.

Keduanya tiba di depan toilet. Disamput Filch, Mrs. Norris serta alat-alat kebersihan.

"Ya, ketua murid dan pembuat keonaran!" ujar squib tua itu. "Bersihkan toilet ini!"

Draco dan Hermione mendengus. Dan Hermione bisa mendengar bahwa Draco baru saja mengumpat . Ketika keduanya baru saja mau masuk ke toilet, Filch menarik bagian belakang pakaian mereka dan meminta tongkat mereka.

"Apa?" Draco tersulut. "Membersihkan toilet tanpa alat sihir? Kau gila?"

"Kau gila. Lalu untuk apa alat-alat ini?" ucap Filch dengan sedikit menggeram. Mrs. Norris pun ikut mengeong.

Hermione―dengan terpaksa― menyerahkan tongkatnya dengan sedikit tidak rela, sementara Draco menyerahkan tongkatnya dengan sangat tidak rela dan hal itu terlihat dari raut wajahnya.

Filch dan Mrs. Norris memandangi dan memeriksa tongkat keduanya kemudian pergi. Hermione bergegas mengambil alat pel dan ember. Begitupun Draco. Keduanya berjalan malas ke dalam. Begitu sampai di dalam, pintu tertutup secara tiba-tiba. Draco menyadarkan alat pelnya ke dinding dan langsung menyambar ke arah Hermione.

"Semua karena kau," Draco mendekati Hermione. Ia melempar embernya sembarangan.

Hermione sedikit terkejut dan gugup. "Ya, tapi aku sudah bilang maaf, bukan?"

"Tetap saja aku harus ikut detensi konyol ini, di toilet perempuan pula!" Draco mengintimidasi Hermione. Memojokannya sampai menabrak pembatas toilet. Hermione meringis kemudian menatap mata abu-abu milik pemuda itu.

"Memangnya aku bisa apa?" tanya Hermione.

Draco mendengus. Kemudian menatap Hermione. Menatap hidung mancung dan mata hazel yang dimiliki gadis ini. "Kau bisa saja mengatakan pada McGo"

"Wah..wah..wah..," Myrtle memotong ucapan Draco dan mendekati mereka berdua. Ia melayang keluar dari toilet. "Mau apa kalian di toiletku?" tanyanya.

Draco menengok ke belakang. Hermione hanya menelan ludah.

"Aku akan senang bila―kalian tidak bermesraan di toiletku!" Myrtle melesat terbang ke hadapan keduanya. Draco dan Hermione secara otomatis saling menjauh.

"Bermesraan? Lebih baik aku bersama Seamus si Tukang Peledak daripada dengannya," ucap Hermione.

"Siapa yang mau denganmu, memangnya? Selain Krum dan Weasel?" balas Draco. Hermione menatapnya dengan sengit. Kedunya sama-sama kesal dengan satu sama lain sampai Myrtle sedikit khawatir.

Miss You Where stories live. Discover now