23 : Sial, Aku Merindukanmu

2.5K 300 11
                                    

Draco berlari tak tentu arah. Kaki panjang yang ia miliki mampu membuatnya berlari ke segala tempat dengan cepat. Ia berbelok dari lorong ke lorong, sampai akhirnya ia tiba di lorong utama. Ia memandang ke sekeliling lorong, berharap menemukan petunjuk dimana Hermione berada.

Tepat saat itu, ia melihat seorang gadis datang dengan berlari. Gadis itu tidak melihatnya berdiri disini. Ia tampak sangat lelah sampai-sampai menunduk dan memegangi kedua lututnya. Rambut cokelat gadis itu dikepang cantik dan diletakkan di sisi kiri lehernya.

Hanya butuh beberapa saat bagi Draco untuk menyadari bahwa itu adalah Hermione.

Pikiran Draco kacau. Ia yakin itu Hermione, tapi, apa benar gadis itu keluar dari kelasnya hanya untuk berlarian di lorong kastil? Apa gadis itu juga sedang mencarinya? Apa ia dan Hermione ingin menemui satu sama lain di waktu yang bersamaan?

Ah, sial. Perut Draco serasa dipenuhi kepakan kupu-kupu sekarang. Rasa geli itu merambat ke seluruh tubuhnya.

Perasaan itu semakin menjadi-jadi ketika gadis itu bangkit, dan menatapnya. Badan tegapnya langsung kaku seperti dibekukan. Ia tidak tahu apa yang terjadi, namun terjadi gejolak besar-besaran di dadanya. Perutnya serasa diberi angin dan serangga yang berterbangan. Dan ketika kesadaran meraihnya kembali, kaki Draco bergerak. Ia berlari menuju Hermione. Begitupun sebaliknya.

Keduanya berlari menuju arah masing-masing. Namun akhirnya, mereka malah berhenti dengan saling berhadapan satu sama lain. Hermione bisa melihat warna abu-abu di mata Draco, dan Draco bisa melihat mata cokelat hangat milik Hermione. Rasanya sangat menegangkan. Mereka bahkan bisa mendengar helaan nafas masing-masing.

"Aku―"

"Aku,"

Keduanya saling bertatapan. Dua pupil berbeda warna itu beradu untuk mencari arti di dalamnya. Peluh mengucur, dan seluruh konsentrasi dalam pikiran keduanya runtuh.

"Kau dulu," ucap Draco pada Hermione. Gadis itu menggelng.

"Kau dulu," ucap Hermione.

"Baiklah," Draco mengalah. Ia mempersiapkan dirinya sambil meraih tangan Hermione. Pipinya memerah, sampai ke telinga. "Tidak―aku tidak bisa, kau dulu saja,"

Hermione menghela nafas. Ia tampak sangat kaku sekarang. "Aku minta maaf," ucap gadis itu. "Aku benar-benar minta maaf. Seharusnya aku memberitahumu, seharusnya aku memberitahu Ginny, Harry, Ron, karena kalian semua penting bagiku,"

Hening.

"Aku juga sangat egois karena memikirkan diriku sendiri, aku keras kepala, dan aku..," ucap Hermione sambil memantapkan dirinya untuk menatap Draco dengan sepenuh hati dan keyakinannya pada pemuda itu. "Tidak peduli lagi dengan ucapan orang-orang tentang hubungan kita karena aku benar-benar menyukaimu, aku sangat-sangat menyukaimu,"

Suasana kembali hening. Seolah-olah Merlin menciptakan jeda saat itu untuk membuat Hermione mempersiapkan diri mengambil langkah selanjutnya.

"Karena itu," ucap gadis itu sambil menatap Draco. Kedua tangannya mengenggam erat tangan Draco. "Apa kau mau jadi pacarku lagi?"

Draco terdiam. Matanya membelalak. Dan beberapa detik kemudian, pipinya semakin memerah sampai ke telinganya. Hermione Granger baru saja menembaknya, menembak dalam arti menawarkan diri untuk menjadi kekasihnya. Ia tidak bisa menahan kejutan apa lagi yang dihadirkan gadis itu untuknya.

"Sebentar," ucap Draco sambil melepas pegangan tangan. Ia menutup wajah dengan salah satu telapak tangannya. "Tolong jangan perhatikan wajahku,"

"Kenapa?"

"Karena kau telah membuatnya semerah tomat," jawab Draco dengan malu.

Hermione tersenyum kecil sambil menunduk. Ia menatap salah satu tangannya yang masih digenggam Draco. Rasa panas menjalar di pipinya. Demi Merlin, pipinya sama merahnya dengan Draco. Kemudian, Hermione menutup wajahnya dengan tangannya, sama seperti Draco. Ia dan Draco melakukannya cukup lama, sekitar tiga menit sampai suasana kembali stabil. Namun, tetap saja jantung keduanya tetap berdegup cepat seperti akan meledak.

Miss You Where stories live. Discover now