partie cinq

754 150 17
                                    

Jam dinding sudah menunjukkan pukul 8.45 malam. 15 menit lagi Jennie harus berangkat. Ia yakin, Kim Hanbin sudah menunggunya. Pria itu tak suka keterlambatan walau faktanya terkadang Dia sendiri juga sering terlambat.

Sebuah dress tulle selutut dengan model off shoulder berwarna navy kini telah bergelantung di badannya. Gadis itu juga telah meletakkan riasan ringan di wajahnya.

Matanya Ia fokuskan ke pantulan cermin di depannya kini, “aku tidak yakin,” tuturnya pelan kepada dirinya sendiri.

“Apa aku tidak berlebihan? Pria itu hanya menyuruhku untuk menemaninya makan malam. Mengapa aku berpakaian seolah sedang berkencan dengannya?”, pungkasnya lagi dengan ekpresi ragu.

Ini dirasa merupakan penampilan cantik perdana yang akan Ia tunjukkan pada Hanbin nanti.

Tak lama ponselnya berbunyi. Benar saja, itu Hanbin.

Gadis itu segera mengangkat telefon tersebut,

“Ya?”

Suara dingin yang sudah biasa terdengar di telinga Jennie bersuara, “10 menit lagi. Cepat datang!”

Jennie hanya mengangguk pelan, “aku berangkat,” ucapnya lalu sambungan langsung diputuskan oleh pihak Hanbin.

Gadis itu kembali menatap dirinya lewat pantulan cermin. Sudah tak ada waktu lagi untuk merombak ulang penampilannya. Jika Ia terlambat, kemungkinan terbesar adalah, pria itu akan memecatnya. Dan kemungkinan kecilnya adalah, tidak ada. Hanya ada kemungkinan besar.

Gadis itu segera mengambil sebuah handbag kecil keluaran Prada dan keluar dari kamarnya, menyusul Kim Hanbin di salah satu restoran internasional di Seoul.

Jika kalian berpikir kalau Hanbin akan mengirimkan supirnya untuk menjemput Jennie. Maka kalian salah! Gadis itu harus menunggu taksi di trotoar jalan dengan kondisi seperti itu di dinginnya malam Kota Seoul.

Selama hampir 10 menit taksi berwarna oren mengarungi jalan besar di Seoul hingga tak lama akhirnya kendaraan tersebut berhenti di sebuah restoran dua lantai.

Jennie keluar dari taksi tersebut. Ia mulai melangkahkan kakinya untuk masuk ke restoran yang Ia yakini tempat Hanbin mengajaknya untuk makan lama. Gadis itu langsung di sambut ramah oleh para pelayan restoran tersebut.

Jennie berjalan seperti orang linglung. Ia tak menemukan keberadaan Kim Hanbin.

Pria itu tidak sedang bercanda, kan?

Seluruh meja hampir dipenuhi oleh pengunjung restoran pada malam itu. Tapi Ia tak sedikitpun menemukan Hanbin di antara puluhan orang yang tengah menikmati makan malamnya. Atau memang matanya yang sudah tidak normal lagi?

Tak ingin mempersulit perkara, gadis mungil itu akhirnya menghampiri meja kasir, “Apa ada pelanggan bernama Kim---”

Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, gadis itu mendengar sedikit kericuhan di sudut ruangan restoran tersebut. Rasanya Ia baru saja berada disana sebelum akhirnya Ia berpindah menuju meja kasir.

Itu Kim Hanbin.

Seperti orang tersesat mencari sesuatu.

Ah, maafkan aku,” ucapnya pada kasir yang baru saja akan melayani permintaan gadis tersebut.

Tanpa pikir panjang, Jennie langsung menghampiri Hanbin yang benar-benar seperti orang kehilangan akan sesuatu.

“Kim Hanbin!,” pekiknya sambil menarik lengan Hanbin yang matanya masih secara panik celingak-celinguk mencari sesuatu.

F I C T I O N ✓ completedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang