partie trente

1.2K 142 90
                                    

Oppa, aku akan pergi sebentar ke pemakaman nenek”.

Pria dengan rambut sedikit gondrong yang sedang belajar bersama Jaemin itu menoleh, “ada apa? Kita sudah mengunjungi nenek, kan?”.

Gadis itu mengulum senyum, menemukan Jaewon dan juga sang anak laki-laki dari rahim saudara kandungnya itu mulai menoleh, memberikan tatapan bingungnya, “Kim Hanbin ingin mengunjungi nenek. Dia baru tahu kalau neneknya telah meninggal”.

Jaewon mengangguk paham, sementara Jaemin masih terus memandanginya, “Ibu, paman itu bukan orang jahat, kan?”.

Kim Jennie kembali tersenyum. Ia dapat melihat kekahwatiran dari mata anak tersebut. Gadis itu mulai mendekat, mendudukkan bokongnya tepat disamping Jaemin, “paman itu adalah teman lama ibu. Dia banyak sekali memberikan kebaikan kepada Ibu dulu. Jadi sekarang, giliran Ibu yang harus membalas kebaikannya dengan mengantarkan paman tersebut ke pemakaman nenek”.

Jaemin terdiam, menatap kedua insan tersebut secara bergantian, “tidak akan lama, kan?”.

Jennie menggeleng mantap sambil terus memberikan senyumannya kepada anak laki-laki berusia 8 tahun itu, “setelah mengantar paman Hanbin, Ibu akan pulang. Kita akan makan es krim bersama ayah, okey?”.

Setelah melewati negoisasi panjang, pria kecil itu akhirnya mengangguk, mengizinkan sang Ibu pergi bersama pria yang Ia sebut teman lamanya itu.

Mata Kim Jennie beralih kepada pria yang nantinya akan menjadi suaminya itu, “aku titip Jaemin, ya?”.

Pria itu tersenyum, “hati-hati”.

Mengangguk, Jennie mulai beranjak. Mengambil sebuket bunga lily putih yang sudah sempat Ia susun untuk mendiang sang nenek.

Gadis itu keluar, menemukan Kim Hanbin yang tengah berdiri menunduk di depan mobilnya. Ia benar-benar dapat melihat bagaimana terpukulnya pria itu.

“Hey! Ayo”.

Suara lembut khaa gadis itu membuat Hanbin terbuyar. Penampilannya yang hanya dibalut oleh dress hitam selutut berpadukan dengan sebuah mantel hitam dan syal membuat Hanbin sedikit bungkam. Ia tak pernah tahu kalau Jennie ternyata adalah wanita yang sangat cantik. Ia dapat membayangkan wajah Roe di wajah mungil gadis itu.

Pria itu mengangguk, mengantarkan Jennie kepada pintu masuk mobilnya.

Tak beberapa detik setelahnya, mobil tersebut sudah berjalan. Meninggalkan toko bunga Kim Jennie yang begitu indah.

|||

Suasana pemakaman siang itu terlihat sangat sepi. Bahkan bisa disimpulkan bahwa tak ada pengunjung yang datang ke pemakaman siang itu.

Hanbin terduduk, ketika menemukan makam sang nenek yang sudah dutaburi bunga-bunga tersebut. Makam yang tampak bersih dan elok.

“Aku baru mengunjungi nenek dan Roe bersama Jaewon dan Jaemin pagi ini”, ujar sang gadis.

Hanbin diam. Tak sedikitpun ingin membalas ucapan gadis tersebut. Perlahan tangan pria itu menyentuh batu yang bertengger dikepala sang nenek. Seharusnya dari dulu Ia mengunjungi neneknya. Maka Hanbin akan tahu segalanya.

Ditengah momen sendu itu, Kim Jennie ikut duduk, menaruh sebuket bunga lily putih tepat di depan batu sang nenek. Tangannya bergerak cepat, mulai mengusap pundak Kim Hanbin. Ini baru kali pertamanya seumur hidup melihat seorang Kim Hanbin menangis.

“Kumohon. Jangan menangis”.

Pria yang tengah bersendu itu terdiam, namun tetap masih mengeluarkan airmata.

F I C T I O N ✓ completedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang