“Aku... mencintaimu, Kim Jennie-ssi. Pulang bersamaku, ya?”
Ucapan yang baru saja Myungsoo lontarkan, sukses membuat Jennie Kim menghentinkan tangisnya.
Pria itu baru saja mengatakan kalau Dia Mencintai Jennie Kim. Tak salah dengar, kan?
“K-kau?”, tanyanya meyakinkan.
Myungsoo hanya mengangguk mantap tanpa memberikan ekspresi sedikitpun. Matanya tak pernah lelah untuk memandangi ciptaan Tuhan yang saat ini tengah disia-siakan oleh seorang bajingan yang suka mengkhayal.
“Sejak pertama Kim Hanbin memperkenalkanmu padaku, aku sudah sangat tahu bahwa kau adalah orang baik. Kau, terlalu sempurna untuk dunia ini, Jennie-ssi”.
Jennie menahan nafas. Entahlah, tapi Ia takut bahwa itu hanyalah sebuah sarkasme untuknya. Ia berpikir bahwa Myungsoo tengah mencoba untuk memberitahu bahwa Ia adalah seorang jalang yang tengah meminta dikasihani.
Wanita itu akhirnya menatap balik tatapan serius yang sedaritadi Myungsoo berikan untuknya.
“Myungsoo-ssi. Jika itu adalah sebuah pujian, aku sangat berterima kasih. Tapi jika itu adalah sebuah sarkasme, maka aku akan berterima kasih juga. Tapi, apa kau tak pernah berpikir bahwa aku adalah seorang wanita murahan yang mencoba menarik perhatianmu agar kau mau mengasihaniku dan memberiku uang?”, untuk yang kesekian kali, pelupuk matanya benar-benar tak mampu menahan airmatanya agar tidak jatuh.
“Siapa yang mengatakan itu?”.
Jennie terdiam, mulai menyeka airmatanya lalu kembali menjawab dengan suara tertahan, “bukan siapa-siapa. Kupikir aku memang seperti itu”.
Myungsoo menggeleng, kembali meraih dagu Jennie yang wajah sudah berpaling, “kumohon. Berhentilah menutupi semuanya. Berhentilah membohongi dan menyakiti dirimu. Apa kau pikir Dia akan mengetahui perjuanganmu untuk menutupi segala kesalahannya? Dia tak pantas mendapatkanmu”, suara Myungsoo mulai mengeras. Ia benar-benar tak habis pikir dengan jalan pikiran Kim Jennie yang terus menerus berusaha untuk menutupi segala hal yang Myungsoo yakini, Ia tahu semua itu.
Jennie lagi-lagi terdiam. Menahan suara dan airmatanya. Wajahnya semakin pucat ketika mendengar suara Myungsoo yang mulai menaik tadi.
“Pergilah. Aku tak mau lagi kau masuk kedalam masalahku”.
Myungsoo lagi-lagi mengernyit, “pergi kau bilang? Meninggalkanmu di malam dingin dengan kondisimu seperti ini seorang diri? Aku bukanlah pria brengsek yang akan melakukan hal bodoh seperti itu”.
Jennie kembali menggeleng, menahan nafas sambil terus menyeka airmatanya yang kian jatuh tak terkontrol, “aku, tak mau mengecewakannya lagi. Sudah cukup. Aku tak mau lagi Dia kecewa karenaku”.
Myungsoo semakin mengeratkan kepalan tangannya. Sudah habis kesabarannya menghadapi Jennie yang terus-terusan membela Kim Hanbin yang jelas-jelas sudah berlaku buruk padanya.
“Mengapa kau begitu keras membelanya? Apa Dia pernah tahu kalau kau berjuang mati-matian agar kejelekannya tertutupi. Percuma juga kau melakukan hal itu. Aku sahabatnya. Aku tahu bagaimana Dia. Seberapa besar usahamu untuk menutupinya, aku akan tahu kalau Kim Hanbin itu brengsek!”
PLAK!!
Tamparan keras dengan cepat menyapa pipi kanan Myungsoo. Gadis itu, baru saja menamparnya.
“Kau bisa mengatakan seperti itu karena kau tak pernah tahu apa yang aku alami selama hidup bersamanya! Aku lelah dicap sebagai wanita murahan, jalang, rendah, semuanya! Aku lelah! Aku mencintainya, dan aku sadar bahwa Ia tak akan pernah mencintaiku, karena aku tak akan pernah ada dipikirannya. Aku hanya wanita murah yang Ia cap sebagai jalang penafsu yang gila akan uang. Kau tahu betapa sakitnya dihina oleh orang yang kau cintai? Aku tak ingin menyalahkanmu akan hal di taman saat itu. Karena aku sadar, itu semua salahku. Seharusnya aku tak menemuimu. Jika hal itu tidak terjadi, maka tak akan ada drama ini. Aku masih tetap akan mendapat pekerjaan walau harus tersakiti. Aku rela, tersakiti karenanya. Tapi foto itu, akhirnya membuatku dipecat. Kumohon, bila memang itu perbuatanmu, aku sangat berterima kasih karena hidupku sudah hancur. Kim Hanbin sudah benar-benar membenciku. Puas kau?”.
KAMU SEDANG MEMBACA
F I C T I O N ✓ completed
Ficción GeneralMenjadi seorang penulis sukses diumur 26 tahun tak pernah menyurutkan tekad seorang Kim Hanbin untuk mencari gadis yang menjadi peran utama dalam buku terbitan paling terkenal miliknya yang berjudul "Fiction". Gadis yang bahkan tak pernah Ia jumpai...