5•

1.1K 209 2
                                    

"ciee yang dapet makan dari penggemar" goda Dita pas Tama balik ke tempat duduknya.

"Apaan sih, cuma makan doang" elak Tama.

"Elo udah makan belom?" tanya Tama. Dita menggeleng.

"Ya udah, buat elo aja ini. Gue udah kenyang" ujar Tama lalu memberikan kotak makan tadi ke Dita.

"No. Itu kan buat kamu, jadi harus kamu yang makan" tolak Dita menyodorkan kotak makan itu kembali.

"Kan gue udah kenyang, nggak enak nanti makanannya"

"Kasian Krystal udah buatin kamu makan, pokoknya harus kamu yang makan." Ucap Dita final.

"Loh dia kan nggak buatin buat gue, dia cuma masak kebanyakan tadi makanya dikasih ke gue, "

"Kamu tu ya jadi cowok nggak peka, pantes nggak punya pacar!" Ejek Dita.

"Gini ya tam, kalo ada cewek yang ngasih makan—apalagi bekal ke cowok, berarti dia udah susah payah buat buat makan itu. Jadi kamu harus menghargai makanan itu" jelas Dita.

"Iya iya, terus gue harus makan ini semua?"

"Ya iyalah Tamaaa"

"Tapi gue udah kenyang, kalo gak abis gimana?"

"Simpen aja buat nanti sore,"

Tama menggeleng, "keburu nggak enak nanti"

"Ya terus mau gimana lagi?"

"Makan bareng aja Dit, elo belum makan juga kan?" tawar Tama.

Dita tampak berpikir.

"Udah makan aja, nggak usah kebanyakan mikir. " ujar Tama final lalu ia membuka kotak makan tersebut dan memakannya bersama Dita.




















"Tuhkan gue bilang apa, bang Tama pasti makan bareng teh Dita, "

"paling enggak kan gue udah berusaha nan, " ujar krystal lirih sambil berlalu pergi.




















"Bang!"

"Kenapa Nan?" tanya Tama yang melihat  kembarannya berlari menujunya.

"Tumben nggak sama teh Dita?"

"Dita lagi sama Igun, ntar juga balik lagi" jawab Tama.

"Oh."

"Jadi elo ngapain manggil gue?" tanya Tama penasaran.

Nanda terkekeh, "maap bang lupa, gue cuma mau bilang, tadi elo dicari bu Sunmi"

"Beneran?"

Nanda mengangguk, "kayaknya sih mau nanya soal pentas seni minggu depan"

"Ya udah, gue kesana dulu. Makasih ya nan" ujar Tama lalu berlari menuju ruang guru.






















"Jadi gimana Tam? Udah nemu pasangan belum?"

"Sebenernya sudah bu, tapi-"

"Tapi?"

"Dianya belum bilang mau atau nggak bu"

"Memangnya kamu ngajak siapa, Tama?" tanya bu Sunmi.

"Dita bu, coba nanti saya tanyakan lagi"

"Baiklah, besok pagi kamu lapor lagi ke saya, biar semua terdata dengan jelas"

"Baik bu"






















Tama keluar dari ruang guru, lalu berjalan menuju kantin. Kepalanya pusing mikirin pentas seni yang bakal ia tampilin minggu depan.

Seharusnya dia nggak bakal sepusing ini kalo dita mau tampil sama dia. Soalnya mereka pernah tampil bareng, jadi nggak perlu susah-susah ngapalin choreo lagi.

Cuma masalahnya, dari kemarin Dita nolak terus. Alesannya macem-macem pula.





















"Please Dit, untuk kali ini aja"

"Maaf Gun, aku nggak bisa"
















Tama samar-samar mendengar pembicaraan dari lorong dekat tangga. Ia yang penasaran memberanikan diri buat ngintip.

















Tama terkejut pas tahu kalo yang barusan ngomong itu Dita sama Guntoro, sahabatnya.















"ngapain mereka berdua?”

RadioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang