Special Chapter #1

1.5K 210 11
                                    

Tama nggak bisa berhenti mengetuk-ketukkan jarinya ke meja kerjanya. Terus terang, telpon tempo hari bikin dia ngga bisa tidur siang malam. Kepikiran terus.

"Aargghh!" Tama mengacak rambutnya gusar.

"Kenapa lo, bang?" tanya Nanda saat melihat Kakaknya yang terlihat tidak karuan.

Bukannya menjawab, Tama hanya memejamkan matanya sambil mengetuk-ketukkan jarinya semakin cepat dan keras.

"Lo galau gara-gara telpon teh Dita kemarin ya?" tebak Nanda.

Tama memicingkan matanya ke Nanda.

"Nah bener kan gue" ujar Nanda sambil terkekeh.

"Apaan sih lo, diem aja." ucap Tama kesal.

"Gue ada kabar bagus nih bang, mau dengerin gak?" tawar Nanda sambil tersenyum menggoda.

"Kabar apaan?"

senyum Nanda semakin jadi, "bilang dulu, mau apa nggak?"

"Mau deh mau, kabar apaan sih?"

Bukannya ngasih tahu, Nanda malah asik nyoret-nyoret kertas di mejanya.

Tama yang melihat itu menjadi kesal, "woy lo niat ngasih tahu ngga sih?!"

"Sabar bang sabar" ujar Nanda masih asik nulis sesuatu. Nggak lama kemudian, dia ngasih kertasnya ke Tama.

"Apaan nih?" tanya Tama saat nelihat isi kertas itu.

"Nomor telpon" jawab Nanda singkat.

Tama langsung menimpuk adiknya itu dengan bolpen yang ada di dekatnya.

"Gue tahu kalo itu nomor telpon, anjir"

Bukannya marah, Nanda malah terkekeh kecil.

"Itu nomor teh Dita, siapa tahu lo mau nyoba ngehubungin dia" jawab Nanda sambil tersenyum menggoda abangnya itu.

"Dapat darimana lo?"

"Ada deh, seneng kan lo?"

Tama hanya menatap kertas didepannya dengan tatapan kosong, nggak tahu harus gimana.

"Udah ngga usah banyak mikir, langsung telpon aja." ujar Nanda yang gemes sama tingkah abangnya itu. Aslinya mah kangen tapi gayanya kayak udah move on.

"Ae lah kebanyakan mikir lo, bang! Gue telponin nih!" ancam Nanda yang semakin gemas karena abangnya itu malah nggak ngapa-ngapain.

Tama langsung mengambil hpnya Nanda sebelum ia sempat memencet tombol dial.

"Gue aja" ucap Tama singkat.

Ia lalu memencet tombol dial dan mendekatkan hp milik Nanda ke telinganya.

Terdengar bunyi nada sambung dari seberang. Tama menunggu sambil ketar-ketir. Dia sebenarnya nggak tahu harus ngomong apa.

Setelah beberapa saat, sambungan telpon terputus.

"Ngga diangkat" kata Tama sambil mengembalikan hp milik Nanda.

"Lagi sibuk kali?"

Tama mengangkat bahu, "Udahlah ngga usah dihubungin lagi, toh juga dia belum tentu mau ketemu sama gue yang sekarang."

Tama lalu berjalan keluar dari ruang kerjanya dia sama Nanda. Meninggalkan Nanda yang menatap punggung abangnya itu dengan tatapan yang ngga bisa diartikan.






















"Woy! Tama! Mau kemana lo?" tanya Gun sambil berteriak dari kejauhan. Tama menoleh kemudian menaruh dua jarinya didekat mulut.

"Mau nyebat! Kenapa?" balasnya dengan berteriak juga.

RadioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang