Teriknya sinar matahari jam setengah dua yang menyinari kota Serang tak membuat antusias penonton pertandingan basket antar fakultas di lapangan outdoor Universitas Bratama Raya berkurang. Bulir-bulir keringat yang melekat pada tiap pemain justru menambah semangat suporter yang kebanyakan kaum hawa itu untuk terus meneriakkan jagoan masing-masing kubu.Termasuk Adelia Kayra.
Walaupun bukan teman satu fakultasnya yang tengah berebut benda oranye, gadis berkuncir kuda itu ikut terhanyut dalam keriuhan sekitarnya. Padahal tadi saat diajak Ninda -salah satu sahabatnya yang kini duduk di sebelah kirinya- Adel sempat mendumel tak jelas tentang panasnya hari. But now, gadis itu bahkan mengabaikan ponsel yang sejak tadi bergetar di saku celana jeansnya.
"Nyokap lu kali tuh, angkat aja." celetuk Ninda.
Berdecak malas Adel meraih ponselnya.
"Apaan?" sungutnya setelah mengusap lambang jawab begitu mendapati nama Rahma di layarnya.
"Gila! Lu masih di lapangan?! Bentar lagi kelas mulai!"
"Shit!!"
Adel berdiri dari tempatnya, membuat Ninda mengalihkan pandang padanya.
"Kenapa?"
"Gue lupa ada kelas. Byee!" Tanpa menunggu jawaban Adel melangkah pergi.
Gedung E yang menjadi tujuan Adel berada tak jauh di depan lapangan outdoor. Namun gadis itu harus tetap memutar jalan karena gedung itu hanya memiliki satu pintu utama. Dengan waktu yang tersisa tak lebih dari lima menit, Adel berlari secepat mungkin. Tak peduli dengan setiap mata yang memandangnya heran. Sesekali matanya terarah pada ponsel yang kini sedang melakukan panggilan pada Rahma yang tak juga menjawabnya. Sial, pasti dosennya sudah ada di kelas.
Menambah kecepatan larinya, Adel tak dapat mengontrol kaki saat dengan tiba-tiba seorang mahasiswa memotong lajurnya, membuat dirinya jatuh terduduk tepat di depan gedung tujuan.
Jika biasanya Adel mengulum bibir menahan senyum tiap kali melihat scene tabrakan di drama korea, kali ini Adel ingin mengutuk pencetus adegan yang dianggap romantis itu. Jangan kan bantuan atau sekedar kata 'kamu nggak apa-apa?' seperti yang sering dilihatnya, mahasiswa di depannya ini justru melemparkan tatapan aneh padanya.
"Ngapain kamu? Nangkap kodok?"
Belum hilang syoknya, mata Adel kembali membesar saat si tersangka melengos pergi begitu saja sambil menggeleng pelan. Astaga.
Adegan romantis? Cuih!!
Ingatkan Adel untuk tak lagi menambahkan adegan sok romantis itu dalam setiap karya tulisnya!
Dengan semangat yang tersisa dan menebalkan muka untuk menutupi rasa malu, Adel berdiri dari duduk cantiknya. Sambil sesekali mengusap bokong yang terasa sakit Adel kembali melanjutkan langkah dengan berjalan pelan. Masa bodo dengan dosen yang sudah ada di kelas.
Dan sepertinya Tuhan sedang menguji kesabaran seorang Adelia Kayra saat mendapati mahasiswa yang menabraknya —atau ditabrak?— tadi berada di depan whiteboard begitu gadis itu membuka pintu kelas.
***
Tawa Ninda menggema seantero kantin yang cukup ramai setelah Adel mengeluarkan segala kekesalannya pada sosok Kaisar, kating sekaligus asisten dosen alias pelaku pembegalan jalannya tadi. Membuat meja mereka yang berada di pojok kantin menjadi pusat perhatian sesaat.
Bagaimana tidak kesal, usahanya menahan sakit di bokong demi bisa mengikuti pelajaran menjadi sia-sia saat lelaki itu tak mengizinkan masuk kelas dengan alasan terlambat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Remember Me (Completed)
Romance"Gimana kalo kita pacaran?" Sekitarnya seakan memudar bagi Adel. Hanya ada Radit dengan tatapan tak terbaca di hadapannya. Ah, jangan lupakan kupu-kupu yang kini sedang beterbangan di perutnya, menyebarkan sensasi geli yang membuatnya ingin terus te...