Bodoh!
Satu kata itu terus terucap tanpa suara dari bibir Adel. Dipercepat langkahnya menuruni tangga gedung E. Bahkan dirinya sengaja bersembunyi di dalam kelas kosong saat mendengar derap langkah terburu-buru di belakangnya, lalu kembali melanjutkan langkah setelah merasa aman.
"Bodoh!" gumamnya lagi, kali ini dengan meninggalkan jitakan kecil tapi menyakitkan di pelipisnya.
Dering ponsel membuat Adel merogoh saku. Sebuah panggilan suara dari orang yang sudah sangat dirindukannya.
"Assalamualaikum, Ma," sapanya riang.
"...."
"Mama apa kabar? Kangen banget Kakak---"
"...."
Adel mengunci bibirnya.
"...."
"Oh. It's ok, Ma." suara riang Adel berubah datar.
"...."
Adel menghela napas pelan seraya menggeleng. "Nggak," ujarnya menyadari sang Mama tak dapat melihat gelengannya.
"...."
Adel bergumam pelan. Suara khas yang terdengar melatari lokasi sang mama saat ini membuat Adel tersenyum miring.
"...."
"Oke, Ma. Enjoy your flight."
"...."
Adel berdehem lagi sebelum memutuskan panggilan. Helaan napasnya terdengar berat. Sepertinya beban rindu untuk sang mama belum bisa dia curahkan hingga pekerjaan mamanya selesai.
"Lu nggak pernah ke tempat nyokap?"
Adel menggigit sudut bibirnya. Haruskah dia datangi mamanya? Bagaimana kalau ternyata mamanya sedang dalam kesusahan seperti yang pernah Dirga utarakan, yang menyebabkan ketidakmampuannya untuk berkunjung? Bagaimana jika...
"Adelia."
Satu tepukan di bahu menarik Adel dari segala pikiran buruknya. Seutas senyum tulus diberikannya kepada ... Berlian.
"Hayo, ngelamun ya?"
"Hah? Ng... Nggak kok."
"Aku panggil dari tadi kok nggak dengar?"
"Uhm...."
"Mikirin Radit ya?"
"Hah?"
"Aku liat lho kalian ngobrol di kantin tadi, serasi banget."
Adel mendengkus dalam senyumnya.
"Kaisar juga bilang kalo kalian itu cocok."
Kali ini Adel tak lagi menutupi dengkusannya. Tak peduli gadis di sampingnya tersinggung atau tidak.
"Bioskop punya kakek kamu juga?"
Lelaki itu sungguh memainkan perannya dengan sempurna padahal sejak awal sudah mengetahui penguntitannya. Mungkin Adel harus mencari informasi dengan cara lain. Dan sepertinya itu bisa dimulai dari gadis di sisinya ini.
"Kakak udah lama pacaran sama Kai... eh uhm.. Kak Kaisar?"
"Kami sudah kenal sejak kecil."
Ah...
"Kenapa nggak nikah aja? Eh, maksud gue... Uhm... Apa nggak takut salah satu dari kalian ada yang bosan atau apa gitu? Secara kan udah lama banget kenalnya," Adel menyunggingkan senyum kikuk menyadari keceplosannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Remember Me (Completed)
Romance"Gimana kalo kita pacaran?" Sekitarnya seakan memudar bagi Adel. Hanya ada Radit dengan tatapan tak terbaca di hadapannya. Ah, jangan lupakan kupu-kupu yang kini sedang beterbangan di perutnya, menyebarkan sensasi geli yang membuatnya ingin terus te...