1st

257 28 5
                                    

"Morning!!! Heejin dataang"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Morning!!! Heejin dataang"

Kondisi rumah yang awalnya tenang dengan orang-orang yang sedang sarapan diruang makan layaknya rumah idaman, pada pagi hari itu terusik kembali oleh lengkingan merdu seorang Tiara Heejin Anastasya, sama seperti hari-hari sebelumnya.

"Sehari aja jangan teriak kenapa sih? Keluarga gue gak budeg ya" sebal gadis berambut hitam legam yang kontras dengan kulit putihnya, Siyeon Aquina Baskoro, yang kembali memakan nasi gorengnya, tanpa memedulikan cengiran khas Heejin.

"Heejin udah makan?" tanya mami Siyeon setelah Heejin duduk di samping Siyeon.

"Belum nih mi, buru-buru datang kesini, mama juga belum sempat masak tadi" sudah menjadi kebiasaan memang bagi mereka untuk menggunakan panggilan yang sama kepada orang tua satu sama lain. Heejin akan memanggil papi mami terhadap orang tua Siyeon, dan Siyeon juga akan memanggil papa mama terhadap orang tua Heejin.

"Bentar ya, mami ambilin dulu, mau susu juga?"

"Nasi goreng aja deh, terimakasih mi". Sambil menunggu maminya Siyeon mengambil nasi goreng untuknya, Heejin melihat sekeliling. "Bang Eunwoo mana?" tanyanya ketika tidak melihat Joe Eunwoo Baskoro tidak berada di meja makan.

"Masuk siang katanya. Tadi malam nugas lagi", Heejin hanya ber-oh ria. Selanjutnya meja makan kembali khidmat dengan Heejin yang juga ikut makan nasi goreng buatan mami Siyeon.

"Heejin selama beberapa bulan kedepan jadi nginap disini kan?" ucap papi Siyeon tiba-tiba.

"Loh kenapa pi?" tanya Heejin.

"Kamu belum dibilang sama papa mama? Kami beberapa waktu ini mau keluar kota, perjalanan bisnis, memakan waktu yang cukup lama. Jadi daripada kamu sendirian di rumah, mending tinggal disini sama Siyeon dan Eunwoo. Atau bisa ajak yang lain juga kayak biasanya" penjelasan papi Siyeon membuat Heejin tersenyum semangat, "Oke, siap laksanakan!!!".

"Adek, bilang ke abang ya nanti jemput pas pulang sekolah sekalian ambil barang-barang Heejin dirumahnya"

"Eh jangan mi, kasian bang Eunwoo bolak-balik dari kampus nanti. Kami sama anak-anak aja. Pasti mau mereka" tolak Heejin.

"Oh iya. Salam sama mereka nanti ya"

"Siap mi!!!"

"Jin, gue ambil tas dulu, sekalian pamit sama abang" Heejin hanya mengangguk sambil menghabiskan suapan terakhir nasi gorengnya. Setelah mengambil tas, Siyeon langsung menuju ke kamar sebelahnya.

"Abaaaang, bangun ih. Sarapan dulu baru tidur lagi", Siyeon menggoyang-goyangkan badan Eunwoo, lalu menariknya hingga duduk.

"Hmm"

"Ayoo, sekalian adek mau pamit bareng Heejin, mau berangkat" Siyen menarik Eunwoo keluar kamar agar sampai ke meja makan.

"Kok udah mau berangkat? Gak abang anter?" ucap Eunwoo ketika mereka sedang menuruni anak tangga. "Kami naik bus aja, nunggu abang malah telat ntar. Nah tu makan, mi pi bang Siyeon berangkat dulu ya" ucap Siyeon setelah berhasil mengantarkan Eunwoo ke meja makan, lalu menyusul Heejin yang sudah berada didekat pintu.

"Mi, pi, bang Eunwoo, Heejin berangkat" teriak Heejin. Kebiasaan memang, teriak-teriak dirumah orang.

"Iya, hati-hati"

Di jalan menuju halte, seperti biasa Siyeon dan Heejin akan sibuk mengobrol. Tak lupa masalah kepindahan sementara Heejin nanti sore sepulang sekolah. Mereka merencanakan kegiatan-kegiatan saat girl's time nanti.

"Eh eh, gue bisa lihat bang Eunwoo terus dong. Malah makin ganteng lagi pangeranku" ucap Heejin dengan senyum lebarnya.

"Pangeran lo? Si dia mau dikemakan? Satu lagi, abang itu saudara lo ya" cibir Siyeon sambil menoyor pelan kepala Heejin.

"Sepupu kurang ajar lo main toyor aja. Iya gue tau bang Eunwoo itu sepupu gue, tapi yang gantengnya itu loh, gak bisa dilewatkan" ucap Heejin kesal sambil merapikan rambutnya yang sempat berantakan.

"Terserah lo dah. Lagi pula lo bukan tipenya abang"

"Ya lo piker aja emang gue beneran bisa jadi sama bang Eunwoo??!"

"Habis lo tuh ngotot banget, ya gue ladenin"

"Haish. Btw Yeon, catatan Matematika gue yang lo pinjam, bawa gak? Pak Xiu nyuruh gue bawa catatan nanti ke kantornya" tanya Heejin setelah teringat pesan dari pak Xiumin, guru Matematika mereka.

"Gak bawalah, lo baru bilang, tadi kenapa gak bilang pas dirumah sih?"

"Baru ingat gue Yeon"

"Emang buat apa sampai harus bawa catatan?"

"Buat bahas materi selanjutnya. Ya udah lah ya, bilang aja ketinggalan nanti, tapi kalau ntar gue dimarahin gimana? Takut gue, eh tapi pak Xiu gak gampang marah, tapi gue kan udah janji? Harus ditepati kan ya?" racau Heejin. "Udah tenang aja, gak mungkin pak Xiu marah cuma gara-gara itu. Yuk, busnya udah datang" ajak Siyeon yang buru-buru menarik Heejin berlari agar tidak ketinggalan bus.

Disaat yang sama, senyuman kecil terukir di wajah seorang pemuda, mengiringi langkah kaki yang tercipta saat mengikuti dua gadis berseragam SMA sama seperti yang ia kenakan. Melihat gadis itu bercanda ria, membuat senyuman itu tak pernah luntur dengan mata yang menatap sayang. Langkahnya terhenti ketika melihat mereka buru-buru berlari mengejar bus. Setelah memastikan sang gadis pergi, pemuda itu membalik badan, menyusuri kembali jalan yang tadi dilewatinya, menghampiri motor yang dia parkirkan di taman dekat halte. Melaju kearah yang berlawanan dari sekolah, kearah datangnya kedua gadis tadi.

 Melaju kearah yang berlawanan dari sekolah, kearah datangnya kedua gadis tadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Fallen Hearts (97's & 00's)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang