"Eh anjir, SETANNYA KOK MUNCUL???!!"
"Setannya kok seram banget napa dah. Gak bisa diperhalus ya itu mukanya?!"
"Itu ngapa lagi pakai acara ngelihatin gue?? Nantangin dia??!"
Begitulah kira-kira teriakan yang terdengar dari ruang keluarga. Ini hari kedua mereka menginap, karena besok Minggu. Teriakan yang lebih tepatnya rengekan itu terlontar dari Haechan ketika sedang menonton film hantu yang dia rekomendasikan sendiri. Sebenarnya tidak hanya Haechan yang takut. Heejin dari tadi terus menutup matanya dengan menggunakan bantal sofa sambil memegang erat lengan Jaemin. Siyeon sibuk menyembunyikan diri dibalik punggung Jeno. Renjun? Jelas sudah bahwa dia tenggelam memasuki alam bawah sadarnya.
"Ya udah ganti film aja" saran Jaemin.
"Gak usah Jaem, tidur aja langsung. Lihat Renjun noh" Jeno langsung mematikan film yang masih setengah ditonton itu.
"Lo sih Chan, dibilang jangan film horor, ketakutan kan lo?" Heejin langsung melemparkan bantal ke Haechan karena kesal.
"Kan elo juga takut bego"
"Karena gue takut makanya gue gak mau nonton, lo tetap aja maksa nonton itu, kutil badak!"
"Nenek lampir ngatain gue, ngajak ribut nih?!"
"Ayo sini, gak takut gue sama cowok kayak lo, disentil juga tumbang"
"Apa lo bilang, wah belum tau kekuatan abang Herlambang aja lo ye"
"Berisik woy, udah malam. Dah gue mau kekamar" Renjun terbangun dan melangkahkan kaki kelantai dua.
Heejin sudah siap perang dengan Haechan sambil memegang bantal sofa sebagai senjata kalau tidak ditahan oleh Jaemin. Haechan juga sudah ditarik oleh Jeno kedapur, lebih baik membuat minum dari pada mendengar pertengkaran mereka. Jaemin hanya senyum sambil merapikan rambut Heejin yang sempat berantakan.
"Ngantuk?" tanya Jaemin yang daritadi sudah melihat Heejin menguap entah berapa kali. Heejin hanya mengangguk-anggukkan kepalanya karena rasa kantuknya yang sudah tidak tertahankan. Lucu, batin Jaemin.
"Ayo, naik" Jaemin berjongkok didepan Heejin yang masih terduduk di sofa. Heejin langsung nurut, dan Jaemin melangkahkan kaki menuju kamar Siyeon.
"Yeon, gue anter Heejin kekamar, udah ngantuk ini anaknya"
"Iya, Jaem" setelah menjawab pertanyaan Jaemin, Siyeon menyusul Jeno dan Haechan didapur. "Buat apa?" tanya Siyeon.
"Susu coklat mau?"
"Maaaauuuu!!! Hehe"
"Gue duluan ye, mau nemenin aa Renjun bobo" Siyeon langsung menoyor kepala Haechan karena ucapanya, "Katanya gak belok, labil lo" ucap Siyeon yang disambut tawa lebar Haechan.
"Mau ditaman belakang atau balkon aja?" tanya Jeno sambil menyerahkan cangkir yang berisi coklat ke Siyeon.
"Taman belakang aja, kalau balkon kamar, gak enak ganggu Jaemin, paling masih ngeliatin Heejin"
"Haha, hafal banget gimana Jaemin?" setelah sampai ditaman belakang, mereka langsung duduk berdampingan di salah satu gazebo yang sengaja dibuat untuk kumpul-kumpul keluarga Baskoro.
"Yaps, kita udah lama bareng kali. Diluar dia cuek banget sumpah. Gue aja dulu waktu awal SMP sempat takut kalau ketemu dia."
"Gue yang udah temenan dari SD aja sempat heran sama sikap cueknya apalagi ke cewek beuh dingin banget kayak kulkas dirumah lo. Untung sekarang udah enggak, kalau gak gara-gara Heejin, kita mungkin cuma sebatas tau satu sama lain"
"Jaemin luluh ditangan Heejin. Heejin juga kalau sama Jaemin bisa kalem. Kadang tapi. Mereka bener-bener cocok kan?"
"Iya," Jeno menggantung ucapannya, "kalau kita gimana?" lanjutnya.
Siyeon menatap Jeno heran, seolah bertanya apa maksud dari perkataan lelaki itu.
"Kalau kita cocok juga gak?" Jeno mempertegas pertanyaannya diiringi senyum manis yang selalu membuat Siyeon ikut tersenyum.
"Apaan sih Jen, random banget" hanya kalimat tersebut yang muncul akibat salah tingkah yang dialami Siyeon. Jeno memang sering menggoda Siyeon dengan pertanyaan-pertanyaan yang hampir sama. Bukan berarti dia hanya bercanda, namun dia hanya merasa masih takut untuk berterus terang.
Sementara di kamar Siyeon, Jaemin sedang duduk dilantai dengan menopang dagu dipinggiran tempat tidur sambil terus memperhatikan Heejin. Kebetulan saat ini posisi tidur Heejin sedang mengarah ke Jaemin, membuatnya semakin leluasa memandang wajah ayu itu.
"Kenapa gue bisa sesayang ini sama lo?" ucapnya sambil mengelus rambut Heejin dan tersenyum. "Tapi gue juga takut. Takut kalau rasa ini benar-benar sebatas sahabat. Takut rasa sayang kita gak sama. Gue juga takut nanti elo bakalan ninggalin gue" entah mengapa pemikiran seperti itu selalu muncul didalam benaknya. "Good night, Tiara" sapanya sebelum keluar dari kamar.
Jangan lupa vote+comment nya yaa... :))
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fallen Hearts (97's & 00's)
FanfictionIni hanya tentang kita yang telah jatuh... Jatuh kepada orang yang salah atau waktu yang tidak tepat... with 97's & 00's