Chapter 2

3.1K 189 8
                                    

Malam ini kakakku datang lagi ke kamarku. Hari itu tepat 2 minggu sejak mama dan ayah berpesan padaku.

"Kak, Hana mau tidur sendiri, Hana nggak mau diganggu"

Suaraku terdengar tinggi di telinganya. Pasti.

"Ha-nna mar-aahh ya sam-ma kak-kk-ak?"

"Engga kak, Hana emang mau tidur sendiri aja"

"Ka-kak sa-lah ya?"

Dan detik itu juga kakakku malah memukuli dirinya sendiri. Menjambak rambutnya. Aku langsung turun dari tempat tidur dan memeluknya. Membelai rambutnya seperti yang dia suka sebelum tidur.

"Shhhh, engga kakak nggak salah kok, kakak anak baik"

"Te-rus ke-na-ppa han-nna ng-gak ma-uu tid-dd-ur sa-mma kak-kak?"

Aku memikirkan alasan yang tepat.

"Hana lagi sakit kak, Hana nggak mau kakak sakit juga"

Tanpa suara, kakakku kembali ke kamarnya. Tiba-tiba sunyi. Saat aku ingin menutup pintu kamarku. Kakakku datang membawa selimut tebal dan bantal. Tak lupa boneka gajah pemberian mama di tangannya.

"Kakak mau ngapain kak?"

"Ti-ddur di baw-wah"

Pemandangan di mataku saat ini adalah kakakku yang sedang meletakkan selimut tebalnya di lantai karpet kamarku.

"Kak, jangan tidur disini, nanti kalau kakak sakit, Hana dimarahin mama"

Aku mengangkat lenganku pura-pura menangis. Tapi tak berhasil. Kakakku malah menatapku. Kosong.

"KA-KKAK MA-U TID-DUR DI-SSI-NI"

Ia menaikkan suaranya. Takut suaranya membangunkan ayah dan mama. Aku menutup pintu kamar.

"Iya, tapi malam ini aja ya, kak"

Rencanaku tidak berhasil. Malam ini, aku tidur dengan kakakku, lagi. Tapi di tempat yg berbeda.

Pukul 3 pagi kakakku mengingau memanggil namaku.

"Kak, kak Jinyoung, bangun kak"

Aku menggoyangkan bahunya. Keringat membasahi dahi dan lehernya. Aku cek dahinya apakah ia demam. Tipikal. Tapi tidak. Tapi kakakku tidak demam.

"Han-na, kak-kak mim-pi an-neh, ka-kak ng-ggak suka"

"Iya, iya udah sekarang kakak tidur lagi, baca doa biar mimpi indah" kataku menenangkannya. Dan ia kembali tertidur.

Aku tahu yang sebenarnya terjadi.

Pagi itu mama berniat membangunkanku untuk berangkat ke kampus. Tapi malah mendapatkan dua anaknya sedang tidur di kamar yang sama.

"Jinyoung, ngapain tidur di bawah nak?"

"Jin-young ta-kut ma, Jin-young ter-rus mi-m-pi a-neh kal-lo tid-dur sen-di-ri"

"Yaudah yuk sekarang Jinyoung mandi ya, biar Hana siap-siap ke kampus"

Mama mengangkat kedua lengannya untuk membangunkan kakakku. Dan mata mamaku langsung mengarah ke selimut dan piyama kakakku yang basah.

"Jinyoungie pipis di celana ya"

"Maa-af Jin-yo-ung ngg-ak se-nga-ja, ma"

Benar saja. Apa yang ditakutkan mamaku terjadi. Kakakku bukan anak kecil lagi.

Ayahku baru pulang dari studionya. Ketika aku, kakakku, dan mamaku sedang makan malam. Sepertinya suasana hati ayahku sedang tidak enak. Biasanya ketika pekerjaannya terlalu banyak, Ayah akan selalu diam dan menyendiri. Terkadang Ayahku dan kakakku memiliki sifat mirip, suka menyendiri. Tak jauh berbeda, begitulah suasana makan malam kali ini. Sampai mama berdehem, ingin menyampaikan sesuatu.

"Hana, mama sama ayah mau ngajak Jinyoung liburan ke Daegu selama beberapa hari"

"Kok tiba-tiba, ma?"

"Iya nenek kangen sama Jinyoung, nanti kalau kamu libur kita kesana bareng ya"

"Oh yaudah"

Kakakku tidak merespon. Ia asik dengan daging dan sup sayuran kesukaannya.

Aku sedang membantu mamaku merapikan barang bawaan kakakku, ketika Ayahku berteriak. Aku berlari ke ruang tengah melihat kakakku sudah menangis sejadi-jadinya. Mamaku langsung berlari menuju kakakku.

"Yoongi! Cukup"

"Ma-ma Jin-yo-ung cum-ma mau pe-rgi ka-lau Han-na ik-kut"

Kata kakakku dengan suara berat sambil menangis.

"Jinyoung, Hana nggak bisa ikut, nanti kalau Hana libur, Hana pasti ikut"

Kata mamaku sambil membelai rambut kakakku, lembut dipelukannya.

Perasaanku memuncak. Aku bingung dengan perasaanku sendiri. Aku tidak tega dengan kakakku. Dia tidak bersalah. Aku ingin menjaganya, kakakku yang sangat kusayangi lebih dari apapun.

"Ma, Yah, Hana bisa izin kok ke Professor Choi, Hana bisa ikut"

Mendengar kata-kataku, Kakakku langsung berubah. Dan tersenyum memeluk mamaku. Sementara itu, aku menuju ayahku yang dari tadi menahan emosi.

"Yah, jangan marahin kakak lagi ya, Hana nggak mau kakak nangis kayak gitu lagi"

Ayahku pun luluh. Dan menatap aku dan Jinyoung bergantian.

"Maafkan Ayah ya"

My Step BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang