Chapter 14

1.2K 100 2
                                    

Raemi berjalan gontai memasuki rumah ibu mertuanya. Pikirannya belum berpindah dari kejadian yang baru saja ia alami. Semuanya serba mendadak. Dunia seakan berputar di sekitarnya. Ia berusaha sekuat tenaga menahan emosinya yang memenuhi dadanya. Ia tak ingin Hana melihatnya sekarang. Hana bisa lebih kecewa dari dirinya. Jangan sampai Yoongi tahu, apalagi ibu mertuanya. Raemi belum siap menceritakan semuanya.

Langkahnya semakin memberat begitu tiba di depan pintu kamar Hana. Hana sudah tidur, mungkin, tubuhnya membelakangi Raemi. Ia melangkahkan kakinya menuju kamarnya dan Yoongi. Ia juga sedang tidur. Raemi menjatuhkan badannya kasar ke tempat tidur dan Yoongi terbangun karenanya.
"Hey, ada apa? Kamu mengagetkanku"
"Nggak apa-apa aku capek aja", ujar Raemi membelakangi Yoongi.
"Yakin? Mau aku bikinin sesuatu biar mood kamu baik lagi"
Yoongi meletakkan dagunya di bahu Raemi sekilas melihat wajah istrinya yang muram.
"Sayang, aku lagi sedih banget"
Raemi memutar badan dan menghadap Yoongi.

"Iya makanya cerita dong, ada apa?"
"Tapi kamu janji, jangan berekspresi berlebihan"
"Iya aku aja nggak tau ini tentang apa"
"Iya, janji dulu"
"Iya, iya, ada apa sih?"
Raemi duduk bersandar pada tempat tidur mereka. Yoongi mengikuti.

"Aku bertemu dengan ibu kandung Jinyoung"
"HAH? Apa?", seketika itu Raemi menutup mulut suaminya.
"Tuh, kan, stt nanti Hana bangun"
"Bagaimana mungkin?"
"Nyonya Han adalah ibu kandung Jinyoung"
"Apa kamu yakin? Siapa tahu ini hanya prasangka Nyonya Han saja"
Yoongi meyakinkan Raemi.

"Tidak, sayang, Jinyoung juga bilang begitu"
"Bagaimana mungkin, bukankah dokter mengatakan ia melupakan kenangan penyebab ia sakit?"
Yoongi penasaran.
"Ia bisa mengingat Hana karena terapi itu, pasti Jinyoung juga bisa mengingat ibunya", ucap Raemi putus asa.
Yoongi pun tidak kalah putus asa mendengarnya.

"Apa yang harus kita lakukan?", Raemi tiba-tiba hilang kendali. Ia tidak bisa menyembunyikan kesedihannya.

"Sayang, tenang, Yoon Raemi, dengarkan aku, bukankah kita sudah sepakat? Suatu hari, jika ibu kandung Jinyoung datang, kita akan mengikuti kemauan Jinyoung, kita bebaskan ia memilih ingin tinggal dengan siapa", Yoongi dengan tatapan seriusan menatap kedua bola mata Raemi. Ia menangkupkan kedua tangannya di pipi istrinya.

"Tapi...aku belum siap, sayang, kenapa harus sekarang", air mata yang Raemi tahan sedari tadi tumpah ruah di kaos yg dikenakan Yoongi.

"Aku tahu, aku tahu", Yoongi menenangkan istrinya sambil mengusap punggungnya.

Di saat yang bersamaan, wanita lain juga sedang menangis dalam diam.

Jinyoung menunggu kedatangan seseorang. Ia sudah mempersiapkan diri. Ia sudah memantapkan pilihannya. Ia membulatkan tekatnya.

Ini adalah yang terbaik untuk Mama dan Eomma

Ia merapihkan barang-barangnya.

"Masih lama ya, Sayang?"
"Sudah selesai, Eomma"

Ia meninggalkan ruangan itu dengan perasaan bahagia. Ia akan memulai hidup barunya. Langkah kakinya begitu ringan. Sesekali ia memandang wanita disampingnya.
"Eomma, Jinyoung bahagia"
"Eomma juga bahagia akhirnya bisa bersama Jinyoung"
Raeki menjawab. Kebahagiaan terpancar dari wajahnya.

Raeki dan Jinyoung menunggu di lobi. Sementara Sekretaris Jeon memasukkan barang mereka ke mobil dan menjemput mereka di lobi.

"Kakak!!"
"Hana?"
"Kakak mau kemana?"
"Ayo, kak pulang sama Hana"
"Tidak, Hana, kakak sekarang sudah punya keluarga baru"
"Tidak kak, kakak harus ikut pulang bareng Hana ke Seoul"
"Ayo kak", Hana menarik tangan Jinyoung.
"Tidak, Hana, lepaskan kakak"
Jinyoung mendorong Hana.

My Step BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang