Jinyoung sedang merapikan barang bawaannya. Ia memasukan pakaiannya ke koper, tak lupa Boni boneka kesayangannya, yang kini akan ia simpan sebagai kenangan hidupnya ketika ia sakit.
Jinyoung memakai sepatu dan jaketnya dan merapikan tempat tidur. Lalu, ia duduk di sofa menunggu mama, ayah, dan Hana datang menjemputnya.
Pintu terbuka, Jinyoung berharap sosok yang ia lihat adalah salah satu keluarga Min, entah itu ayah, mama, atau Hana. Tetapi seseorang yang ia lihat kini adalah eommanya.
"Eomma, sedang apa disini?"
"Eomma ingin menjenguk Jinyoung, apa tidak boleh?"
"Bukan begitu eomma, kalau mama melihat eomma, pasti mama akan marah"
"Tidak perlu khawatir, Jinyoung"
"Jadi, sepertinya kamu akan kembali ke Seoul ya?"Raeki melihat barang-barang yg sudah tertata rapi di samping Jinyoung. Raeki berjalan mendekati anaknya.
"Jinyoung, ini adalah kesempatan agar Jinyoung bisa tinggal bersama eomma lagi"
"Tapi, eomma, Jinyoung rasa ini terlalu cepat"
"Hana ya?"
"I-iya eomma"Raeki mendudukan anaknya di kursi berhadapan dengan dirinya. Ia memegang kedua tangan anaknya.
"Kan eomma bilang, kalau Jinyoung bebas mengunjungi keluarga Min sesering Jinyoung mau"
"Bukan begitu, eomma, ada yang ingin Jinyoung sampaikan pada Hana sebelum pergi"
"Apa itu?", Raeki penasaran.
Jinyoung meragu.
"Ini sesuatu yang Jinyoung simpan cukup lama eomma, Jinyoung tidak tahu apa ini, tetapi setelah melihat Hana saat Jinyoung sadar, sepertinya Jinyoung punya perasaan lebih kepada Hana"Raeki tersenyum mendengar penjelasan Jinyoung.
Ia membelai rambut Jinyoung.
"Eomma tidak percaya, anak eomma sudah dewasa dan mulai belajar mencintai wanita"
Pipi Jinyoung memerah mendengar ucapan eommanya."Sampaikan, apa yang menjadi kegundahan hatimu, nak, jujurlah padanya"
"Jinyoung takut jika Hana menolak, eomma"
Raeki menepuk pundak anaknya.
"Hey! Jadilah pemberani, perjuangkan cintamu, anakku", ucap Raeki sambil tersenyum.
Senyuman tersungging di wajah Jinyoung. Eommanya memberikan dukungan.ㅡ
Keluarga Min sudah sampai di Daegu Health Center. Yoongi memarkirkan mobil mendekati lobi agar mudah memasukan barang bawaan Jinyoung. Yoongi sudah merasa lebih baik sekarang. Pesan ibunya membuatnya kuat. Ia harus menjadi perisai dan menjadi ayah untuk Hana dan Jinyoung. Bukan saatnya ia lemah. Ketiga melangkahkan kaki menuju kamar Jinyoung. Yoongi yang berjalan paling belakang melihat Jinyoung keluar dari kamarnya ditemani Nyonya Han.
Raemi sudah berhenti di depannya beberapa meter. Sementara Hana di samping Raemi. Raemi menggengam erat tangan Hana, mencegah putrinya berlari ke arah Jinyoung.
"Raemi?", Yoongi memanggil namanya khawatir.
Raemi tetap diam ditempatnya. Hana berusaha melepaskan genggaman mamanya. Lima manusia ini terperangkap di dalam momen. Jinyoung mengarahkan pandangannya ke mamanya. Raeki membiarkan Jinyoung berjalan mendekati Raemi."Ma"
"Jinyoung, apa kamu sudah lupa dengan janjimu?"
"Tidak, ma, Jinyoung ingat"
"Lalu, apa maksudnya?", Raemi mengarahkan tangannya pada Raeki yang sedang berdiri jauh dibelakang Jinyoung."Jinyoung boleh berbicara dengan Hana?"
Jinyoung mengutarakan niatnya. Hana memandang ibunya sekali lagi, dan ia berhasil melepaskan genggaman ibunya."Biarkan Jinyoung sendiri yang meyakinkan Hana, Ma", Jinyoung membujuk Raemi dan membawa Hana ke suatu tempat jauh dari orang tuanya.
Jinyoung berbalik dan melewati eommanya. Raeki memberikan Jinyoung semangat lewat anggukan. Dan Hana membiarkan Jinyoung membawanya ke taman di lantai 5. Tempat semua drama ini dimulai.
Kini, keduanya sudah duduk di bangku taman. Angin pagi itu memberikan kesejukan bagi keduanya. Rambut panjang Hana terurai membuatnya menari bersama angin. Mata Jinyoung menikmati pemandangan itu. Sesekali Hana juga memandang Jinyoung menunggu kalimat keluar dari bibir kakaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Step Brother
FanfictionKak, kakak sakit ya?" Yang kudapat hanya diam. Raut wajah kakakku berubah. Ia seperti ingin mengatakan sesuatu tapi ia berusaha keras mengucapkannya. Aku berdiri dan memeluk kakakku dari depan. Dan kini aku letakkan tanganku di kedua pipinya. Aku me...