Nyonya Han sedang menikmati suasana taman rumah sakit, ia menghirup udara dalam-dalam. Masih cukup panjang waktu sebelum janji temunya dengan Dokter Yoon atau ibu dari anaknya, Bae Jinyoung. Hari ini, ia ingin mengunjungi Jinyoung, nekat memang tetapi cepat atau lambat ia harus mendapatkan Jinyoung kembali.
Ponselnya berbunyi dan layar menunjukkan nama sekretaris Jeon.
"Nyonya, keluarga Min sudah pergi, jika Nyonya ingin mengunjungi Tuan Muda, Anda bisa melakukannya sekarang"
"Baik, saya segera kesana"Raeki menyusuri lorong perawatan Jinyoung dan meminta izin kepada suster untuk masuk ke ruang rawat. Ia beralasan ada barang yang tertinggal semalam dan berniat mencarinya. Tentu saja, suster mempersilahkan Raeki.
Sekretaris Jeon menunggu diluar. Raeki masuk ketika Jinyoung sedang membaca buku. Ia tampak serius membaca sehingga tidak mendengar suara pintu bergeser di sebrang ruangannya.
"Apa saya menggangumu?"
Jinyoung mengangkat kepalanya dan kepalanya menjadi berat melihat Raeki datang. Ia memegang pelipisnya hingga membuat bukunya terjatuh.
"Jinyoung, apa kau baik-baik saja", Raeki mendekat.
"Stop! Jangan mendekat!"
"Jinyoung, ini eomma, nak", ucap Raeki tiba-tiba.
"Tidak, eommaku sudah tidak ada di dunia ini", Jinyoung mulai meninggikan suaranya."Jinyoung! Eomma mohon maafkan eomma", Raeki memeluk Jinyoung tiba-tiba, air matanya tumpah.
Jinyoung awalnya berontak, tetapi pelukan ibunya meluluhkannya. Pelukan yang ia rindukan. Pelukan yang meninggalkan dia 17 tahun yang lalu. Ia balas memeluk ibunya erat hingga keduanya bisa melepaskan kerinduan masing-masing."Kenapa Eomma meninggalkan Jinyoung!", kini mereka melepaskan pelukan. Kini Jinyoung menatap ibunya. Pipinya juga basah oleh air mata.
"Maafkan eomma, saat itu keadaan kita sangat memprihatinkan Jinyoung, eomma tidak ingin kamu hidup menderita"
"Tapi hidup bersama Eomma jauh lebih baik daripada di panti, Eomma"
"Iya, seharusnya eomma menyadari hal itu lebih cepat"Raeki mengusap pipi anaknnya. Ia sangat merindukan anaknya. Ia semakin merasa bersalah. Tapi semua itu pudar ketika melihat Jinyoung juga merasakan hal yang sama.
"Jinyoung tampak bahagia dengan keluarga Min"
"Bagaimana eomma tahu?"
"Sebenarnya, Eomma sudah mengenal mereka karena eomma adalah pasien Dokter Yoon"
"Dan eomma tidak berusaha memberitahuku"
"Eomma tidak ingin melakukan hal yang salah Jinyoung, eomma takut jika eomma tiba -tiba muncul keluarga Min akan melarangmu menemui eomma"
"Tapi eomma disini sekarang, apa Jinyoung bisa ikut dan tinggal bersama Eomma"Raeki memandang kedua mata Jinyoung. Ia menilai air muka Jinyoung. Raeki melihat keseriusan disana.
"Jinyoung, apa Jinyoung sudah siap meninggalkan keluarga Min?"
Jinyoung mengalihkan pandangannya dan Raeki membuatnya menatapnya.
"Jinyoung bisa pergi kapan saja kalau Jinyoung mau mengunjungi mereka."
Raeki dan Jinyoung menikmati momen. Mereka membicarakan hal-hal yang saling mereka lewatkan selama ini."Jinyoung, eomma akan bertemu dengan mamamu siang nanti"
"Mama Raemi?"
Raeki tertawa kecil mendengar anaknya memanggil wanita lain sebagai mamanya.
"Kenapa eomma?"
"Iya, eomma mau ketemu mama Raemi"
"Jinyoung, boleh ikut? Jinyoung ingin berbicara juga dengan mama"
"Tentu, Jinyoung boleh ikut"
ㅡ
Suasana cafe Park Garden sangat asri. Kafe ini dipenuhi dengan ornamen bunga dan lantai kayu sebagai dekorasinya. Raemi memasuki pintu cafe dengan aksen putih dan mengarahkan pandangannya pada Nyonya Han. Ia mencari wanita itu di sekeliling cafe. Nihil.
Sepertinya dia belum datang
Ia duduk dan memesan teh chamomile kesukaannya sambil menunggu. Sepuluh menit sudah berlalu dan Nyonya Han belum muncul.Sembari menghirup udara tehnya. Raemi melihat sebuah mobil mercedes memasuki parkiran cafe. Ia berpikir pasti itu Nyonya Han, tetapi seseorang yang keluar dari mobil itu membuatnya kaget. Jinyoung keluar dari mobil itu dengan setelan baju bergaris dan celana panjang, bahkan Raemi tidak pernah melihat Jinyoung menggunakan baju itu.
"Selamat siang, Dokter Yoon", sapa Raeki
Raemi mengacuhkannya.
"Jinyoung, apa yang kau lakukan disini, nak?"
"Maaf terlambat, tadi Jinyoung butuh bersiap-siap dulu"
"Apa yang sedang Anda coba lakukan, Nyonya Han"
Suasana menjadi tidak mengenakkan bagi mereka.
"Ma, Jinyoung kesini karena ingin bertemu mama"
Raemi mendengarkan Jinyoung."Raemi-ya, bisa kita duduk dan membicarakan ini"
Raeki mencoba menenangkannya. Raemi lagi-lagi mengacuhkannya.
Tetapi ia sadar sedang berada di tempat umum dan mengikuti ajakan Raeki.Ketiga duduk berdampingan di meja melingkar. Jinyoung berada diantara keduanya.
"Jinyoung mau pesan apa?"
"Teh Jasmine aja, eomma"
"Eomma?", tanya Raemi tak nyaman.
"Nyonya Han, sebaiknya Anda jelaskan kepada saya"Raeki menyatukan kedua tangannya. Pandangan serius dan ia menarik nafasnya.
"Sebelumnya biarkan saya memperkenalkan diri saya, saya Han Raeki, ibu kandung Jinyoung"
Raemi masih tidak bergeming. Tatapan tajam tertuju pada sepasang mata didepannya."Awalnya maksud saya kesini adalah ingin membicarakan mengenai Jinyoung, tetapi sekarang berbeda setelah Jinyoung menyampaikan keinginannya untuk kembali tinggal bersama saya"
Raemi menatap Jinyoung dan Nyonya Han bergantian."Ma, Jinyoung tahu ini mendadak untuk mama", Jinyoung berusaha membujuk Raemi.
"Tunggu sebentar", Raemi mengangkat satu tangannya.
"Nyonya Han, apa anda ingat Jinyoung telah tinggalkan di panti asuhan 17 tahun lalu, dan sekarang Anda ingin mengambilnya dari saya? Anda sungguh tidak tahu malu"
Raemi dengan sigap berdiri dan menarik Jinyoung menjauh dari Raeki. Jinyoung tidak berontak tetapi ia menatap Raeki yang samar-samar menghilang dari pandangannya.
ㅡ
Raemi mengemudikan Range Rover hitamnya dengan cepat menuju rumah sakit. Ia tidak bersuara sedikitpun, kepalanya dipenuhi pikiran-pikiran tentang Jinyoung.
"Ma, maafkan Jinyoung"
Dia masih diam. Jinyoung memilih diam sepanjang perjalanan.
ㅡ
Jinyoung dan Raemi sudah di kamar perawatan. Jinyoung sedang berganti baju rumah sakit sementara Raemi masih berkutat dengan ponselnya berusaha menghubungi Yoongi. Tetapi tak ada jawaban.
"Ma, Jinyoung ingin bicara", katanya sambil berjalan menuju mamanya yang sedang duduk di sofa.
Raemi mengangkat kepalanya dan menyambut Jinyoung untuk duduk di sebelahnya."Jinyoung sudah menemukan keluarga kandung Jinyoung, Ma", suara bergetar.
"Mama tahu, Jinyoung", Raemi menatap mata anaknya dan mengusap pipinya.
"Jinyoung tahu ini berat buat mama, tapi Jinyoung sudah dewasa ma untuk memutuskan keinginan Jinyoung"Raemi menghela nafas. Ia teringat perkataannya pada Hana. Dan ia mulai memahami apa yang Hana rasakan. Perkataan sungguh mudah diucapkan tetapi melakukannya butuh keberanian yang kuat.
"Jinyoung, mau kan bersabar sedikit lagi, beri kami waktu untuk bisa membiasakan diri"
"Sampai kapan, Ma?"
"Sampai mama bisa meyakinkan Hana"
"Tentu, Jinyoung akan menunggu"
Dan Raemi merengkuh Jinyoung ke pelukannya. Ia berharap ini bukan kali terakhir, ia memeluk putranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Step Brother
FanfictionKak, kakak sakit ya?" Yang kudapat hanya diam. Raut wajah kakakku berubah. Ia seperti ingin mengatakan sesuatu tapi ia berusaha keras mengucapkannya. Aku berdiri dan memeluk kakakku dari depan. Dan kini aku letakkan tanganku di kedua pipinya. Aku me...