Aku dan kak Taehyung sedang berkutat dengan barang-barang di bagasi. Sampai telepon kak Taehyung berbunyi. Tanda panggilan masuk.
"Iya, pa, Taehyung lagi dirumah Nenek Min"
Ayahku, ia berbisik.
Dari ia menjawab telpon ayahnya. Aku bisa melihat Taehyung adalah pria yang menarik, baik hati, dan santun.
"Papaku, nanya aku lagi dimana."
"Kakak belum pamit ya tadi" candaku. Aneh rasanya menggunakan aku-kamu padahal kita baru kenal.
Setelah selesai mengangkat barang bawaan kami. Aku berjalan ke dapur. Mengambil air minum untuk kita berdua.
"Nih, buat Kak Taehyung, makasih ya udah datang bantuin aku"
"Siapa bilang? Kakak kesini kan mau bantuin nenekmu, Hana" , godanya setelah meminum isi gelas pemberianku.
Aku suka cara dia memanggil namaku.
"Oh, iya juga ya"
Aku tidak tahu apa yang merasukiku tapi aku benar-benar nyaman di dekatnya. Senyum ramahnya selalu menghipnotisku.
"Han, kamu udah tau mau kemana selama disini"
"Belum sih kak, aku juga dadakan kesini jadi belum ada rencana apa-apa"
"Kalau kamu lagi free, aku mau ajakin kamu ke peternakan keluarga kami, pasti seru"
Obrolan kami berhenti ketika mamaku memanggilku untuk makan siang. Aku merasa sedih, sejenak. Aku berjalan menuju dapur diikuti Kak Taehyung di belakangku. Ia berjalan tak jauh dariku hingga mama dan ayah saling memandang ke arah kita.
"Kamu akrab banget sama Kak Taehyung ya Han"
Mamaku menggoda.
"Kayaknya Ayah sama sahabat ayah bakalan jadi keluarga nih"
"Ayah, apaan sih", jawabku malu. Pasti pipiku sudah merah lagi.
Sementara kak Taehyung hanya tertawa. Kakakku diam saja. Dia sibuk menyuapkan nasi dan kimchi ke dalam mulutnya. Ia tak banyak bicara sejak datang. Aku rasa ini pertanda bagus karena ia merasa nyaman disini. Aku duduk di samping kakakku.
"Kak, besok kita jalan-jalan sama kak Taehyung yuk"
"Ja-lan ke-ma-na?"
"Ke peternakan sapi ayahku", jawab Taehyung membantuku.
"Jin-young ng-ggak na-nya ka-mu!"
Ayah dan mamaku kaget melihat reaksi kakakku. Kakakku belum pernah bersikap begitu kasar pada orang lain kecuali orang itu membuatnya kesal.
"Jinyoung, kok kasar jawabnya, minta maaf sekarang"
Ayahku memerintahkan kakakku minta maaf. Dan seperti biasanya kakakku adalah anak yang penurut pada orang tua.
"Ma-aaf" , katanya lirih.
Tak lama kemudian, sang pemilik rumah muncul dari pekarangan rumah. Nenekku, ibu dari ayahku ini masih semangat di usianya yang sudah tidak muda lagi. Hobinya berkebun dan memelihara bunga-bunga kesayangannya. Jangan salah nenekku ini juga pebisnis restoran di kota ini. Bangga.
"Taehyung, kau sudah sampai?"
"Iya nek, tadi Paman Yoongi minta bantuanku"
"Ah begitu rupanya, kau sudah berkenalan dengan cucu-cucu kesayanganku, kan si cantik Hana dan si tampan Jinyoung"
"Sudah, Nek, kami sepertinya mulai akrab"
Dan aku merasakan Kak Taehyung melihat ke arahku. Aku salah tingkah.
Kami semua mulai menyantap makan siang. Tak banyak suara diantara kita, seolah tersihir dengan masakan nenekku yang super enak ini. Aku tak henti hentinya menambah menu favoritku, sup daging.
ㅡ
Setelah makan siang, kak Taehyung melakukan tugasnya membantu nenek merawat kebunnya. Aku memandangnya dari jendela kamarku di lantai 2. Nenek dan kak Taehyung tampak sangat akrab seperti cucu dan neneknya. Mereka bertukar senyum dan sesekali bercanda. Aku memandangi mereka sampai tak menyadari kakakku udah berdiri di pintu kamarku.
"Ha-na la-gi nga-pa-ain?"
"Nggak ngapa-ngapain kak, kakak butuh Hana?"
"Ka-kak kes-se-pian"
"Kakak kan bisa main sama Boni" , aku berjalan ke koper mengambil boneka gajah kesukaannya.
"Bo-nni ng-gak bi-sa di aj-jak ngo-brol, ka-kak pen-gen di-te-men-in han-na"
Aku kehilangan fokus pada kakakku dan memandang ke jendela lagi.
Saat itu aku menatap keluar jendela dan kak Taehyung sudah tidak ada disana.
"Kak, Hana mau ke bawah dulu ya, kakak main aja disini dulu ya"
Aku meninggalkan kakakku yang mematung disana.
ㅡ
Jinyoung P.O.V
Aku tahu, apa yang kamu lihat Hana. Aku tahu dia lebih sempurna dari aku. Aku tidak ada apa-apanya dibanding dia. Aku lemah dan bodoh jika mengharapkan kamu akan melihat ke arahku lagi.
ㅡ
Author P.O.V
Satu hal yang tidak Hana tahu. Jinyoung merasa amat tersakiti sekarang. Ia merasa kehilangan adiknya yang selalu ada untuknya. Ia terduduk diatas lantai dingin. Karena kakinya lemas menerima kenyataan yang baru ia saksikan. Air matanya sudah memuncak di ujung matanya. Perlahan satu-persatu menetes mengalir di pipi lembutnya. Sendirian. Tanpa siapapun. Tanpa Ayah. Tanpa Mama. Tanpa Hana disampingnya.
ㅡ
Aku setengah berlari menuruni tangga. Aku mencari keberadaan kak Taehyung dan nenek yang sudah pergi dari pekarangan. Satu satunya tujuanku kini ke teras. Dimana ayah dan mama sedang minum teh.
"Ma, kak Taehyung udah pulang?"
"Lho nggak tau, mama sama ayah nggak liat tuh"
Tak lama kemudian Taehyung dan nenek muncul.
"Nah ini dia yang dicariin Hana"
Aku menyikut lengan mamaku.
"Sampai besok ya Han, paman, bibi, nenek, aku pamit dulu ya"
Besok? Iya besok Hana. Dan aku melayang. Tak sabar menanti hari esok.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Step Brother
FanfictionKak, kakak sakit ya?" Yang kudapat hanya diam. Raut wajah kakakku berubah. Ia seperti ingin mengatakan sesuatu tapi ia berusaha keras mengucapkannya. Aku berdiri dan memeluk kakakku dari depan. Dan kini aku letakkan tanganku di kedua pipinya. Aku me...