four

1.4K 176 9
                                    
















"ah, sial!" sepulang minum-minum, panji sibuk sama game. bajunya belum diganti, bahkan belum lepas kaus kaki.

firman kesal, dia menghela napasnya. panji bohong kemarin. lihat panji masih main game bukannya mandi, malah tambah bikin kesal. dia datangi dan tangannya rebut ponsel panji, matiin game itu.

"ehㅡfirman!"

"pembimbing kamu telfon aku suruh kirim tesis. kamu bilang kemarin mau kirim, bohong."

"itu... masih dikerjainㅡ" panji menelan ludah, kelabakan, "ㅡaku sama jonatan ada project baru, nanti aku kerjain habis itu."

firman pernah dengar alasan ini sebulan yang lalu. kira-kira nggak jauh beda, bahkan dia sudah bisa tebak apa jawaban cowok didepannya ini nanti.

"kamu nunda-nunda terus. mau berapa kali bohong?"

"akuㅡaku kan cari kerjaan freelance juga, biar banyak koneksi."

"nji,"

"ya?"

"kamu lebih banyak keluarnya dari pada punya kerjaan, tau. pikirin masa depan, nji."

panji dengan itu dekati firman, bertekuk lutut didepannya sambil pegang kedua tangan firman. dengan wajah memelas dia bilang, "man, aku mikirin masa depan, kok. aku mikirin kamu."

"lepasin tangannya," firman memutar bola matanya malas, dia berusaha lepasin pegangan panji. "nggak usah mikirin aku."

panji garuk kepala, kali ini duduk di lantai. dengan tatapan penuh harapnya buat firman. iya, dia ngarep firman nggak marahin dia terus-terusan.

"man, gelar tuh gak penting."

"oh, iya?"

"iya. coba liat steve jobs sama bill gates. mereka gak punya gelar, tapi mereka sukses," panji mulai hitungin beberapa orang sukses yang nggak punya gelar.

firman mengangguk-angguk, menyeringai. "iya, bedanya mereka pinter."


panji?

cuma diem, nelen ludah lagi.


pacarnya pergi tinggalin panji buat ke dapur, nasehatin panji memang bikin haus, capek. nggak pernah di dengar.

"firmaan,"

"apalagi?"

"balikin hapenya, hehe."

"nggak."














;

anthony sama ihsan ragu, mereka masih diluar rumah dan nggak berani masuk. terhitung tiga puluh menit, mereka masih bicarain tentang rumahnya.

"ny, beneran?"

temannya ngangguk, "hari ini mungkin cuma laptop. kalo besok-besok semua barang kita hilang, gimana?"

"terus uang sewa gimana, kita bisa?"

"kalo itu pikirin nanti aja, san."

ihsan mengiyakan. mereka udah yakin buat masuk rumah dan bilang sama temannya.







kevin lagi angkat barbel 2kg-nya di ruang tengah sewaktu anthony dan ihsan masuk. ihsan tutup pintu sebelumnya, biarkan anthony masuk dulu. sadar kedua temannya datang, kevin menoleh, kasih senyum.

friendzone; local shipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang