eight

1.1K 145 28
                                    














hampir bosan anthony dengarnya. terlalu sering dari beberapa hari ini kata-kata kayak, 'terimakasih, nanti kami kabari lagi' muncul.

hari ini, keulang lagi.

lebih bagus lagi kalau betulan dikabari, beberapa perusahaan malah hilang kontak. ditungguin, waktu nunggunya nggak wajar lagi. sudah pasti anthony nggak diinginkan.






dia tinggalin dan tutup pintu ruangan tadi. tempatnya melamar pekerjaan ini satu gedung sama beberapa tempat makan. mungkin lebih baik dia turun dan makan dulu—sudah sore lagian.

di dalam lift, dia pikirin semuanya. masalah interview, pertanyaan dan jawaban-jawaban yang anthony kasih, kira-kira jawaban apa yang salah? anthony nggak gugup, dia udah pastikan jawab dengan tegas dan nggak terlalu cepat.

keluar dari lift dan cari tempat makan, anthony jadi ingat. mungkin tampilannya kurang dan nggak sopan? tapi anthony yakin setelan yang dipakai nggak ada yang salah. sepatunya bersih, kemeja dan celananya ihsan yang pilih, tadi pagi rambutnya di tata jonatan. nggak ada yang salah.

selain itu, sebetulnya anthony bingung.

ini lamaran keempat. atau anthony harus buat sampai lima kali? dari semuanya nggak ada hasil yang nunjukkin positif.

iya, anthony memang nggak sabar. dia butuh pekerjaan itu, maksudnya, anthony kan butuh uang juga. tabungannya mau habis. bukannya nggak mungkin buat minta ke mama dan papanya, tapi dia malas bicara.

bakal ada—




"anthony?"


sial.

sial, betul.



"thon?"

kenapa malah ngelamun, sih?

ketemunya harus sekarang dan ditempat ini? kayak, beneran? pakai gandeng orang?

"hai," akhirnya dijawab, pakai senyum. sedikit.

"apa kabar?"

"biasa."

anthony jawab nggak tatap orang yang tanya, dia salah fokus sama orang lain disebelah mantannya itu. yang sejak tadi, senyum luar biasa manisnya.

"oh—ya, ini yuqi, pacarku," katanya, "yuqi, ini anthony. temenku."

temenku.


"aku liat kak anthony di insta kak viktor, aslinya jauh lebih manis ternyata,"

jelaslah.

anthony terkekeh, "nggak, jauh itu. kalian mau makan disini?"

viktor mengiyakan. aduh, dia kalau gandeng orang yang kayak yuqi ini kenapa di mata anthony malah manis sekali, sih?

jaket jeansnya dan jam di tangan kiri viktor, jauh lebih cocok dipakai. kelihatan lebih tampan.

"kamu habis darimana?"

nada bicaranya,

anthony kangen.

"aku—ngelamar kerjaan,"

viktor kasih senyum, "aku tau kamu pasti bisa, thon. kamu hebat."

iya, makasih.

dia cuma senyum canggung, dan anthony jawab:

friendzone; local shipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang