SIXTEEN

5.5K 352 20
                                    


Jangan lupa vote and comment. Makasih






"Pelan-pelan, ya Tuhan!!!" Teriak Marco meraung-raung.

"Aku melakukannya pelan-pelan!"

Marco menatap wajahnya lewat pantulan air di depannya. Mereka sedang berada di air terjun tempat mereka mandi tadi. Karena sesuatu hal akhirnya mereka kembali lagi ke sana. "Ya Lord, kenapa wajah tampanku jadi seperti ini. Siapa dia?" Marco merasa putus asa saat menatap wajahnya sendiri.

"Itu kau!" Balas Cecillia polos.

"Mana mungkin! Air itu pasti tipuan" Marco meraba seluruh wajahnya. "Atau jangan-jangan air terjun di sini memiliki riwayat kutukan pengubah pria tampan menjadi buruk rupa" sekali lagi Marco menangis menatapi wajahnya lewat pantulan cermin. Dengan mata bengkak satu berwarna keunguan, bibir memar dan bengkak seperti tersengat lebah. Dan keningnya ikut bengkak seperti tumor kecil yang menempel seperti perangko! Ya Tuhan, tumor !!!

Dosa macam apa yang Marco lakukan sehingga mendapatkan hukuman seperti ini. Marco pikir Cecillia akan menggodanya, sehingga saat Cecil meminta sesuatu dari Marco, ia hanya mengangguk pasrah. Gairahnya sudah di puncak ubun-ubunnya sehingga ia tidak pernah memikirkan sekalipun dengan apa yang akan Cecillia perbuat. Ia hanya berpikir akan mendapatkan ciuman Cecillia setelah itu. Nyatanya, Cecil memukuli wajahnya habis-habisan! Cecil meneriakinya seperti orang gila, menampar pipinya berkali-kali, menjambaknya, menarik bibirnya sekuar tenaga. Dan satu lagi, Cecil menonjok matanya sampai babak belur seperti sekarang. Ketampanan paripurna miliknya lenyap oleh tangan Cecillia yang keci. Ingat, tangan Cecillia yang kecil. Dan herannya, setelah Cecillia menghajarnya habis-habisan, Cecil justru terlihat seperti telah melepaskan beban berton-ton dari punggungnya.

Dan sekarang, Cecil sedang mengelap luka Marco dengan handuk kecil miliknya. Lihat, wanita memang aneh bukan? Tadi dia memukuli wajah Marco tanpa belas kasih, sekarang wajahnya berkerut seolah-olah baru saja melakukan dosa besar.

Cecil meniupi luka Marco dengan lembut. "Hanya bengkak sedikit" ucapnya ringan.

Sedikit katanya???

"Cecil, apa kau tidak melihat bengkak di mana-mana. Wajahku terlihat pria yang baru saja menjalani operasi pada wajahnya!" Teriak Marco frustasi.

"Berhentilah berteriak. Wajahmu akan semakin bengkak jika kau memaksa otot-ototmu untuk terus menegang seperti itu! Aku sedang mencoba mengobatinya" Cecillia menunjuk-nunjuk luka Marco yang biru karena pukulannya. "Apa sakit?"

"Tidak! Tentu saja sakit!" Teriak Marco lagi. Cecillia memicingkan matanya mengancam, tak lama setelah itu Marco kembali terdiam. "Maksudku, tentu saja tidak sakit. Luka seperti ini bukan apa-apanya di bandingkan saat aku terjatuh dari pohon"

"Kau pernah jatuh dari pohon?" Cecillia membasahi handuk kecilnya lagi, lalu menempelkannya ke wajah Marco yang bengkak.

"Pernah. Hanya sekali. Dan aku menangis" jawab Marco lirih.

"Aku berkali-kali jatuh dari pohon, tapi aku tidak menangis"

"Sudah ku duga" Marco mengangguk. Cecillia pasti hanya akan menangis jika ia kehilangan binatang peliharaannya!. "Maksudku, kau pasti tidak pernah menangis dulu"

"Aku selalu menangis" Cecillia menjawabnya dengan begitu tenang. Rambutnya yang mulai mengering karena sinar matahari, membuat Cecillia terlihat begitu cantik dengan rambut pirangnya. Nampaknya amarah Cecillia sudah sedikit mereda. Marco senang, karena sudah berhasil membuat kesal Cecillia. Tapi tidak cukup senang karena wajah tampannya harus bengkak seperti pencuri yang baru saja di hajar masa.

Cecillia menangis sejadi-jadinya saat ia memukuli Marco. Segala kekecewaan, kekesalan, amarah, rindu dan cinta telah Cecillia lampiaskan lewat pukulannya kepada Marco. Amarah yang bekum ia sampaikan saat mereka berpisah, kekecewaan saat Mirranda Vacco tidur di ranjangnya, dan rindu yang sekama ini Cecillia pendam kepada pria yang telah memiliki arti penting di dalan hidupnya saat ini. Marco horrison.

WILD ANGEL, CECILLIA ( END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang