Playground (Kook-Min)

3.9K 343 19
                                    


[moon]

"Jimin-ie... Jimin-ie... Lihat ini aku membawa apa?" Jungkook melambai-lambaikan sebuah daun yang panjang dan ia sentuhkan ke wajah Jimin kecil yang masih empat tahun.

"Jimin mau!" teriak si balita sambil mengangkat tangannya. Ia melompat-lompat berusaha meraih daun yang Jungkook angkat ke atas. Sengaja untuk menggoda Jimin.

Beberapa kali lompatan, Jimin merasa lelah dan menghentakkan kakinya. "Jimin mau..." rengeknya.

Jungkook malah terkekeh dan mencubit pipi si mungil itu. "Kalau Jimin mau, bilang yang dengan baik. Seperti ini, 'Kak, bolehkah Jimin minta daun itu?'. Coba bilang begitu."

Jimin segera mengubah ekspresinya. Ia tersenyum sambil mengerjapkan mata bulatnya. Kedua telapak tangannya ia satukan di depan dada.

"Kaaak~ boleh Jimin minta daun itu? Jimin-ie sayang Kak Kookie." Jimin menambah sendiri kalimat belakangnya. Jungkook tersenyum gemas. Si bulan mencoba merayunya. Tentu saja Jungkook berhasil ditaklukkan.

Jungkook berjongkok dan memberikan daun itu pada Jimin. Si mungil itu kegirangan bukan main saat menerima daun itu dan berlarian mengelilingi ayunan, seluncuran, jungkat-jungkit dan wadah bermain lain di taman kecil dekat rumah mereka.

Sepulang sekolah, Jungkook suka membawa Jimin keluar untuk bermain. Karena Jungkook sudah cukup besar, sudah kelas tiga sekolah dasar, maka orang tua mereka percaya untuk membiarkan anak-anaknya bermain hanya berdua.

"Jimin-ie! Pelan saja berlarinya!"

Jimin masih bertenaga untuk berlarian sambil mengayunkan daun yang ia pegang. Bagi Jungkook, daun itu hanyalah daun. Namun bagi Jimin, daun itu menjadi mainan yang menyenangkan. Ia menjadikannya sesuatu yang terbang. Karena sedari tadi ia berlari sambil mengangkat daun itu, diikuti suara pesawat yang ia cipta dari mulutnya.

Jungkook menunggui Jimin dengan sabar di atas jungkat-jungkit. Ia bersiaga jika Jimin bosan dengan mainannya satu itu dan merengek ingin main yang lain.

Jimin masih berfokus pada daun, namun mungkin dia mau mencoba hal baru. Jimin naik ke atas seluncuran dengan masih memegang daun. Ia berdiri di atas seluncuran sambil memainkan daun itu dan tanpa ia sadari, angin bertiup cukup kencang. Daun yang tadi ia pegang tertiup karena Jimin hanya memegang ujung batang daun yang kecil. Tidak begitu kuat hingga angin bisa membawanya.

Jimin refleks ingin menangkap daun itu. Ia lupa jika dirinya masih berada di bagian atas seluncuran. Jimin melangkah seolah ada area yang bisa ia tapaki. Namun, hatinya berdegup kencang saat tubuhnya ternyata melayang.

Untunglah, gerak refleks Jungkook lebih cepat dan ia segera menangkap tubuh Jimin. Meski keduanya sama-sama tersungkur karena Jungkook tidak bisa menahan beban Jimin, namun setidaknya Jimin tidak langsung menyentuh tanah.

"Jimin-ie tidak apa? Ada yang sakit?" Jungkook menangkup pipi Jimin, lalu memeriksa kedua tangan balita itu. Tidak lupa ia juga memeriksa kaki Jimin. Tidak ada luka berarti. Jungkook menghela lega, namun tiba-tiba ia meringis.

Jimin memegang pundak Jungkook. "Kak Kookie kenapa?" tanyanya sambil mengernyit. Cemas.
Jungkook tersenyum kembali dan melupakan rasa sakitnya sejenak untuk mengembalikan wajah ceria Jimin. "Tidak apa-apa, Jimin-ie. Hanya sedikit terkejut saja. Tadi Jimin juga terkejut ya?"
Jimin mengangguk. Sudut bibirnya sudah tertarik ke bawah. Hidung dan matanya sudah memerah. Jungkook memeluk Jimin tanpa perlu diminta. Ia mengusap lembut kepala Jimin.

"Shh...shh... Tidak apa, tidak apa."
Jungkook menenangkan Jimin.

"Lain kali, kalau mau main seluncuran, mainan lain harus diletakkan dulu. Mengerti?"

Jimin mengangguk dalam isak. Tangannya melingkari leher Jungkook. Ia terkejut bukan main dengan kejadian tadi.

Jungkook menyeka wajah Jimin dengan ujung lengan jaketnya. Kemudian ia benahi poni Jimin yang sedikit basah karena keringat. "Kita pulang saja ya? Sudah terlalu sore."

Jimin mengangguk patuh. Ia mengeratkan pegangan pada tangan Jungkook dan mereka pun berjalan pulang.

[moon]

Belloooooo~
Sedang ingin membuka work ini. Singkat saja, tidak panjang. Karena gak ada konflik yang berat di work yang ini.

See you next next
Love

Wella
220319 (04.59 am)

Fly To The MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang