Siap?
[moon]
"Begitukah?"
Yunhee melirik ke arah Jane yang sedang mengiris daun bawang. Ia sedang menelepon Yeonju, mengundangnya makan malam dalam rangka ulang tahun pernikahan Jane dan Namjoon. Sebenarnya, itu hanya alasan saja karena Yunhee dan Jane sedang merencanakan sesuatu. Mereka ingin mempertemukan Hoseok dan Yeonju di acara makan malam itu. Sayangnya, Yeonju menolak ajakan Yunhee dengan alasan ada urusan lain.
"Jika begitu, kapan-kapan mampirlah ke rumahku, Yeonju-ya. Sesekali kita perlu berbincang. Urusan perempuan. Iya kan?" Yunhee menutup pembicaraan dengan basa-basi ringan.
Jane menoleh pada Yunhee. "Tidak mau?"
Yunhee memautkan bibirnya sambil menggeleng. "Katanya, sudah berjanji pada Taehyung untuk membawanya jalan-jalan, jadi tidak bisa." Yunhee berdecak pelan.
"Coba telepon Hoseok. Jangan-jangan si bodoh itu masih tertidur. Sudah jam segini, seharusnya dia sudah siap-siap. Nanti dia malah datang saat makanan sudah habis."
"Tidur? Memangnya dia tidak bekerja?"
Jane menggeleng. "Hari ini dia libur. Kebetulan dia mengambil jatah liburnya hari ini. Padahal tepat sekali jika Yeonju bisa ikut kita makan malam."
Yunhee menyahut. "Aku sudah menyiapkan rencana terbaik. Jika Yeonju tidak datang, bagaimana bisa kita menjalankan rencananya. Haaa, kacau sekali." Yunhee mengambil pisau sembarangan. Membuat Jane berteriak panik.
"Jangan sembarangan memegang pisau, Yunhee-ya! Nanti wajahmu tergores."
Yunhee tercengir sambil meminta maaf. Saat sedang sibuk dengan peralatan dapur, malaikat mereka datang menghampiri.
"Ibuu~" Suara manja itu mengalihkan dunia Jane. Langsung saja Jane melepaskan pisau dan mengelap tangannya pada apron yang dipakai. Ia segera berjongkok, menghadap pada bulannya yang menggemaskan dengan turtleneck putih sambil memegang boneka teddy bear berwarna merah.
"Ada apa, sayang? Sudah lapar?"
Jimin menggeleng. "Boleh main ke rumah kak Kookie tidak, Bu?"
"Boleh saja. Tapi, bolehkah Jimin ke kamar ayah sebentar. Bangunkan ayah. Sudah waktunya dia mandi dan siap-siap. Bilang padanya Ibu tidak mau merayakan ulang tahun pernikahan jika ayah masih bau."
Jimin mengangguk patuh pada perintah Jane. Sebelum ia membiarkan sang anak menjalankan misi, tak lupa Jane menangkup pipi bulannya dan menempelkan hidungnya pada hidung Jimin, membuat si bulan mungil terkekeh geli.
Kemudian, dengan langkah kecil nan cepat, Jimin menaiki tangga. Memasuki kamar orang tuanya yang tidak terkunci. Tanpa permisi, Jimin menaiki kasur dan menaiki tubuh sang ayah yang tertutupi selimut. Ia menepuk-nepuk lengan ayahnya.
"Ayah ... Ayah ..." ujarnya. Geram karena tidak digubris, Jimin menempelkan giginya pada lengan sang ayah yang dilapisi selimut, kemudian menekan giginya kuat.
"Akh!!" teriak Namjoon. Teriakan itu berhasil membuat Jimin terkekeh jahil. Caranya berhasil. Namjoon mengernyit dan mengembuskan napas saat menyadari bulannya yang menjadi pelaku dari gigitan di lengannya.
"Bangun, Ayah. Ibu bilang tidak mau dengan Ayah kalau Ayah tidak wangi." Ujar Jimin, menyampaikan pesan dengan sempurna.
Namjoon malah menggeliat, membuka selimutnya dan menarik Jimin ke dalam pelukannya. Jimin memberontak, mendorong-dorong dada sang ayah karena tidak betah dibekap seperti itu. Tapi sang ayah malah menghirupi aroma rambut sang anak yang memiliki ciri khas. Aroma bayi.