Bully (Kook-Min)

3.2K 315 25
                                    

[moon]

"JANGAN SENTUH TASKU!!"

Seorang anak berusia tujuh tahun itu berteriak di depan tiga anak laki-laki yang sedang mengangkat tasnya. Bersiap menjatuhkan segala isi tas si anak yang berukuran lebih kecil itu.

"Hahaha. Kau itu seperti bayi! Siapa yang memakai tas berbentuk panda dan berjalan santai menuju sekolah?"

"Kim Jimin bayi!"

"BAYI!"

Tiga anak laki-laki yang tampak lebih tua dari Jimin tertawa terbahak-bahak sambil membalik tas Jimin yang terbuka dan membiarkan isinya berhamburan. Alat tulis Jimin yang berbentuk unik dan lucu berjatuhan di tanah. Jimin menggigit bibirnya melihat hal itu. Menahan tangisnya yang nyaris pecah.

Salah satu anak mendorong tubuh Jimin hingga tersungkur. Jimin meringis karena pergelangan tangannya berdenyut. Ia menggunakan tangannya untuk menahan tubuh. Air matanya tak tertahankan, tapi sebisa mungkin Jimin tidak mengeluarkan isakannya.

Tiga sekawan itu melempar tas Jimin ke tanah dan menginjak.

Jimin tidak sanggup berteriak lagi karena tangisnya sudah di ujung tanduk. Tawa tiga sekawan itu terdengar lantang, menertawakan si lemah Jimin sambil merusak barang-barangnya.

Jimin memeluk lututnya. Menenggelamkan wajah dan menangisi kekesalannya. Tawa tiga sekawan masih mendengung di telinganya. Tapi, Jimin mengangkat kepalanya saat suara tawa itu berhenti.

Seseorang dengan hoodie hitam dan tubuh yang tegap berdiri di belakang ketiga bocah pengganggu sambil menatap mereka dengan garang. Tangan kanannya mendarat di bahu salah satu dari tiga sekawan itu. Tentu saja si pengganggu pertama bergetar bukan main.

"Sudah puas menggertaknya?" tanya si hoodie hitam itu. Ketiga pengganggu tadi menelan ludah dengan susah payah. Tiba-tiba mereka menyesal karena sudah menggertak Jimin.

"M-ma-maafkan kami. Kami hanya ingin menggodanya saja. T-ti-dak bermaksud menyakiti."

"Tapi ternyata tetap menyakiti." sahut orang yang lebih besar itu.

"Pergi sekarang dan jangan pernah mengganggunya lagi. Kalau diulangi, maka aku akan melakukan hal yang sama dengan apa yang kalian lakukan padanya."

Ancaman itu tidak terdengar lantang, namun terdengar sangat menusuk. Membuat gemetar setiap sendi ketiga sekawan tadi yang kini berlari terbirit-birit sebelum dihabisi oleh si hoodie hitam.

Jimin masih terpaku. Sisa isakannya masih ada. Ia mendongak, lalu tangisnya pecah kembali. Si pemuda hoodie hitam berjongkok menyamakan tinggi dengan Jimin. "Hei, jagoan. Kenapa kau malah menangis? Memangnya aku hantu hm?"

"Kookie hyung!" Jimin semakin menangis dan memeluk Jungkook.

Jungkook tersenyum sambil menepuk pelan punggung Jimin. Tak ingin lama-lama memanjakan Jimin, Jungkook melepaskan pelukan dan memegang lengan Jimin dengan sedikit kuat. Membuat Jimin harus berdiri tegak.

"Dengar. Apa yang aku pernah bilang tentang menghadapi pengganggu seperti tadi?" Jungkook menatap Jimin dengan serius. Hal itu tentu membuat Jimin ketakutan. Tapi Jimin tahu jika ia semakin menangis, Jungkook akan semakin marah padanya. Karena itu, ia mengangguk cepat. "Harus melawan." jawabnya dengan suara yang sangat kecil.

Jungkook sedikit menggoyang kedua lengan Jimin agar Jimin kembali menegakkan kepala yang sempat ia tundukkan.

"Lalu kenapa Jimin tidak melawan? Lihat kan apa akibatnya kalau Jimin tidak melawan?" Jungkook mengarahkan pandangannya pada barang-barang Jimin yang sudah berserakan.

Sudut bibir Jimin tertarik ke bawah. Ia benar-benar tidak punya nyali untuk melawan, meski ia sangat kesal dengan pengganggu tadi.

"Lain kali, kalau ada yang mengganggumu, kau harus segera berlari ke tempat yang ramai. Jauhi mereka. Kalau mereka memaksamu, kau harus melawan. Kalau kau disakiti, aku tidak akan memarahimu kalau kau memukul mereka. Aku akan marah kalau kau malah mengikuti kebiasaan mereka mengganggu dan memukul orang lain tanpa sebab yang jelas. Paham?"

Jimin mengangguk pelan. Mata bulatnya tentu dengan instan bisa membuat Jungkook luluh. Suaranya kembali melembut. Tangannya yang tadi mencengkeram lengan melonggar dan berganti menjadi belaian lembut pada surai hitam bocah mungil itu.

"Ayo. Kita pergi dari sini. Tapi bereskan dulu semua ini. Wah! Tas pandanya rusak!" Jungkook menyelamatkan tas panda yang sudah ternoda tanah.

"Bagaimana ini? Bibi Hyera pasti marah besar karena tas panda pemberiannya rusak." rengek Jimin sambil menggenggam pensil warna yang tadinya berhamburan di tanah.

"Eum... Jimin harus menyiapkan alasan untuk berhadapan dengan Ibu. Kau kan tahu kalau Ibu pemarah. Betapa dahsyat kondisi rumah kalau Ibu sudah marah. Dia pasti tidak akan menegur kalau sudah marah pada seseorang. Ck.. ck.." Jungkook menggeleng-gelengkan kepalanya. Seolah-olah tidak habis pikir pada ibunya yang galak sekali jika sudah dalam mode marah.

Jimin bergidik ngeri. "Bagaimana ini?" tanyanya lagi sambil memasukkan barang-barangnya ke dalam tas dengan gemetaran. "Jimin tidak ingin Bibi marah." Ia menatap Jungkook dengan tatapan memelas. Membuat Jungkook semakin gemas dan ingin mencubit habis pipi gembul itu.

"Kita pulang dulu. Urusan ibu, biar aku yang menghadapinya." Jungkook menarik tangan Jimin, namun si mungil tiba-tiba meringis. Jungkook membelalak karena terkejut. "Ada apa? Ada yang sakit?"

Tanpa sadar, air mata Jimin keluar karena rasa ngilu di pergelangan tangannya. "Sakit... Ini..." Jimin mengangkat tangannya. Menunjukkan pada Jungkook dari mana asal sakitnya.

"Aigoo. Kenapa tidak bilang? Kita ke klinik dulu saja. Mau kugendong?"

Jimin mengangguk. Tanpa banyak bicara, Jungkook berjongkok lagi, membelakangi Jimin. Ia menyuguhkan punggung bidangnya agar sang adik mungil bisa naik. Setelah ia rasa Jimin sudah menempati punggungnya, Jungkook kembali berdiri sambil memegang betis Jimin. Tangan Jimin yang tidak terluka melingkar di leher hyung-nya.

"Bersiap? Kapten Jimin meluncur ke klinik!" Jungkook berlari kecil agar Jimin tidak lagi menangis dan berkurang rasa sakitnya.

[moon]

Bellooo. Moon is back. Tanpa kusadari, ternyata aku sudah membuat cerita KookMin! Aaaaaaaaaaaaaaaa
😱😱😱😱😱
Hahahaha

Padahal awalnya ingin bernuansa NamMin. Tapi tak apa. Our mini fairy is available with anyone. Siapa aja okay lah ya.

Si Jimin disini sudah tujuh tahun, ya berarti si Jungkook-nya sudah seukuran anak SMP kali ya.

Asupan keimutan Jimin akan terus berlanjut di work ini atau di Supplementary ya. Jangan khawatir.

Love
Wella
260319 (01.02 pm)

Fly To The MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang