Injured (KookMin)

2.6K 232 26
                                    

Moon Family is back~

[moon]

Jimin tertawa riang setelah turun dari mobil. Hatinya hari ini sangat senang karena di sekolah, si bulan mungil baru saja menciptakan kreasinya sendiri. Membuat sebuah mobil dari piring kertas dan kertas origami. Di sekolah, ia bersemangat sekali. Ingin memamerkan hasil karyanya pada semua orang. Ia bahkan ingin langsung diantarkan ke rumah Jungkook. Berharap Jungkook akan langsung bertepuk tangan memujinya yang hebat karena berhasil menciptakan karya seni.

"Hei, bulannya Bibi sudah pulang dari sekolah ya?" sambut Hyera yang langsung berjongkok dan bersiap menangkap si kecil Jimin yang berlari ke arahnya.
"Bi, lihat! Tadi di sekolah aku membuat ini bersama teman-teman. Bagus kan?" Jimin mengangkat prakarya yang ia bawa tepat di depan wajah Hyera.

"Wah! Jimin menggunting setiap bagian mobilnya sendiri?"
Jimin menggeleng. "Tidak, Bi. Kata ibu guru, anak-anak tidak boleh memegang gunting sembarangan. Jadi, ibu guru yang memotongkan bagian-bagian kecil ini, lalu kami menempelkannya bersama."
Hyera mengangguk mengerti saat mendengar penjelasan Jimin.

"Aku harus memamerkan ini pada kakak Kookie. Kakak Kookie belum pulang ya, Bi?"
Hyera menggigit bibirnya. Ragu menjawab pertanyaan Jimin. Hyera menatap Jane dengan gelisah. Jane sudah tahu maksud Hyera karena sebelum menjemput Jimin, ia sudah mendapat kabar tentang keadaan Jungkook.
"Jungkook tidur?" bisik Jane pada Hyera, sambil menatap Jimin yang melangkah cepat menuju kamar Jungkook.
Hyera menggeleng. "Sepertinya belum. Ayahnya masih menemaninya. Yoongi bersikukuh untuk tidak meninggalkan Jungkook. Dia bahkan tidak ingin kembali ke kantornya setelah makan siang ini. Katanya ingin menjaga Jungkook."

Jane mengembuskan napas, membayangkan si ayah protektif seperti Yoongi menghadapi situasi seperti ini.
Jimin sampai di depan kamar Jungkook. Ia ingin menggapai handle pintu, tapi tidak berhasil karena tubuhnya yang terlalu pendek. Kemudian, ia kembali ke tempat Jane dan Hyera. Menarik tangan Hyera dengan tatapan memelas. "Bi, kenapa pintu kamar kak Kookie tertutup? Aku tidak bisa membukanya, Bi."

Hyera mengusap kepala Jimin, lalu melangkah bersama Jane menuju kamar Jungkook. Mengantarkan si mungil yang rindu dengan kakak kesayangannya.
"Kak Kookie! Lihat, aku membuat ..." Jimin terdiam melihat Jungkook terbaring di atas kasur dengan selang infus menempel di tangan kanan dan lengan kiri Jungkook terbalut perban dari bahu hingga pergelangan tangan.
Tangan Jimin melemah dan membuat mobil kertas buatannya terjatuh. Dengan segera, Hyera memegang punggung Jimin, lalu berjongkok dan menghadapkan tubuh Jimin agar bisa menatap matanya.

"Jimin-ah ... Kakak Kookie sedang tidur. Kita harus tetap tenang, ya?" tutur Hyera sangan lembut sambil mengusap lengan Jimin. Jimin termenung. Matanya tak berkedip. Tentu saja ia terkejut melihat keadaan Jungkook. Saking terkejutnya, ia bahkan tidak bisa berkata apa-apa.
Yoongi beranjak dari kursi di samping kasur Jungkook dan mengambil alih untuk bicara pada Jimin. "Jimin, kakak Kookie tidak apa-apa." Ujar Yoongi sambil mengusap lembut pipi Jimin dengan ibu jarinya.
"Kenapa kak Kookie seperti mumi, Paman? Kenapa tangannya dibalut seperti mumi?" tanya Jimin polos.
Hyera dan Jane tersenyum lega. Mereka pikir Jimin akan mengamuk dan menangis histeris saat melihat keadaan Jungkook. Nyatanya, Jimin lebih tenang dari yang diperkirakan.
Yoongi tersenyum gemas sambil mencubit hidung Jimin. Ia tidak tahan ingin mendekap bulan mungilnya itu, sehingga tanpa menjawab pertanyaan Jimin, ia menggendong Jimin untuk dibawa menuju kasur Jungkook. Yoongi duduk di samping Jungkook sambil memangku Jimin. Kini, Jimin dapat melihat Jungkook dengan lebih jelas. Ia pandangi Jungkook dari ujung kepala hingga ujung kaki. Jungkook tidak bergerak. Hanya dadanya yang tampak naik-turun, menandakan bahwa Jungkook masih ada bersama mereka.

"Kakak Kookie kenapa, Paman?" tanya Jimin dengan suara melengkingnya.
"Sesuatu terjadi dan membuat kakak Kookie sakit sedikit." Jawab Yoongi sambil menyisir rambut Jimin dengan tangan. Tentu saja Jimin tidak bisa langsung mengerti akan jawaban itu.

Fly To The MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang