Lima : Malaikat jahat?

1.2K 60 1
                                    

Anggap gue sesuka hati kalian.
Asal enggak ngerugiin gue, gak masalah.

❇❇❇

"Rea bangke mana anggur gue, bego?" tanya Reno melihat Grea tajam.

"Di perut gue mau apa lo?" tanya Grea balik tidak memperdulikan Reno yang seakan ingin menguburnya hidup-hidup.

"Emang asem lo ya. Itu anggur yang gue tanem sendiri bangke, udah gue jaga kayak anak sendiri."

"Ya karena gue nggak diabetes bego dan sebodonya elo emang gue peduli?" tanya Grea menatap sinis.

"Tiang jemuran urusi deh kembaran elo ini." ucap Grea melihat ke arah Rafi yang sedang tidur di ayunan yang berada di rooftop sekolah.

"Iya entar gue mau tidur dulu." balas Rafi tidak peduli, cowok itu masih menikmati semilir angin yang menerpa wajahnya.

"Eh si Tessa udah balikkan?" tanya Rafi tiba-tiba teringat hal itu.

"Iya. Abis perawatan dia di LA." jawab Reno. Grea hanya memerankan diri sebagai pendengar saja, ia tidak tertarik sama sekali dengan obrolan yang sedang terjadi antara teman kembarnya ini.

"Kalah mulus Rea." ucap Rafi terkekeh.

Grea yang mendengar itu sontak melotot. "Kalau dasarnya beda jangan pernah disamain." ucap Grea berkomentar.

"Oiya Re, anak Nusantara buat masalah lagi." ucap Reno, ia teringat percakapan kemarin ketika nongkrong bersama teman-temannya dari sekolah lain.

"Masalah apa lagi?" tanya Grea berubah malas ketika membahas tentang hal apapun yang menyangkut sekolah itu.

"Mereka masih aja ganggu anak sekolah kita dan terakhir kita berdua dengar kabar mereka malakin anak yang lewat gang kecil sebelah gedung goping itu." cerita Rafi.

"Hampir semua lewat situkan?" tanya Grea.

"Iya Re jadi banyak yang kena."

"Ini nggak bisa dibiarin enak aja, cuma gue yang boleh malakin anak sekolah sini." ucap Grea membuat Rafi dan Reno menganga. Mereka pikir Grea akan marah karena teman satu sekolah dijahatin anak sekolah lain tapi nyatanya memang khayalan mereka tidak sesuai dengan kenyataan yang terjadi.

"Gue laper. Gue mau kantin dulu ya." ucap Grea lagi lalu cewek itu berjalan ke arah tangga untuk turun.

Saat Grea akan memasuki area kantin tiba-tiba suara melengking tajam terdengar dari belakangnya. "Grea Janeva, kenapa kamu tidak masuk ke kelasmu?"

"Ya karena saya di luar pak. Bapak nggak liat?" balas Grea setelah membalikan tubuhnya menghadap guru BK yang mendapat peringkat pertama atas kekillerannya.

"Masuk kamu sekarang Grea!"

"Saya laper pak, kalau saya masuk yang ada nanti saya tidur kan percuma."

Pak Dandi nama guru BK itu menatap Grea dengan tatapan mautnya. Nama Grea sudah banyak mengisi catatannya, tapi jika dilihat bagaimana pun muridnya satu ini tidak pernah takut ataupun kapok atas hukuman yang sering ia berikan.

"Saya peringatin sekali lagi. Grea, kamu masuk sekarang."

"Masuk ke mana pak? Ini saya udah masuk di kantin." balas Grea enteng, cewek itu sudah duduk dengan anteng di meja sudut tempat ia biasa duduk.

"Grea Janeva." ucap pak Dandi, amarahnya sudah hampir naik ke ubun-ubun.

"Ya itu nama saya pak. Bapak jangan marah-marah sini ikut makan sama saya aja." ajak Grea santai, pesanannya sudah datang.

GTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang