Tujuh : Permainan

1K 48 1
                                    

Gue bukan bodoh,
Cuma pura-pura tutup mata sama nulikan telinga aja.

❇❇❇

"Woiii... Woiii ada yang mau tawuran!!!" teriak seseorang di dalam kelas XI IPA 1 heboh.

"Siapa? Siapa?" tanya Lura yang ikutan heboh.

"Anak Nusantara sama sekolah kita." jawab orang itu.

Lura melotot lalu matanya mencari keberadaan Grea. "Ehh Grea bangke mana?" tanya Lura tiba-tiba mendadak panik.

Secara kebetulan mereka ribut-ribut tentang tawuran, segerombolan siswa kelas XII lewat salag satunya adalah adalah Robi.

"Kak Robi, ngeliat Grea nggak?" tanya Lura yang berteriak dari dalam kelas saat melihat Robi lewat.

Robi yang dipanggil dan ditanya sekaligus berhenti, ia menunggu adik kelasnya keluar. Terlihat Lura yang sudah berdiri di depannya habis berlari keluar.

"Nggak. Emang kenapa?" tanya Robi yang menjawab terkesan cuek.

"Nggak papa. Ohya kak, emang bener ya ada tawuran?" tanya Lura.

Robi yang mendengar pertanyaan itu mengangkat alisnya heran. "Kata siapa?" tanyanya balik.

"Denger aja kak." balas Grea menampilkan senyumannya.

"Udah?" tanya Robi yang membuat Lura bingung.

"Apa kak?"

Robi terkekeh melihat Lura yang tampak kebingungan. "Udah nanyaknya? Gue mau keluar."

Lura yang sadar dengan kebodohannya menyengir. "Udah kak hehehe. Makasih ya kak."

Robi mengangguk lalu berjalan pergi meninggalkan Lura yang masih tersenyum di depan kelasnya. Duh kak Robi makin makin aja. batin Lura tersenyum lalu berjalan masuk kembali ke dalam kelasnya.

Kabar tentang tawuran itu sampai terdengar Gavian. "Seriusan tuh? Siapa aja yang ikut?" tanya Gavian kepo.

"Yaaa mana kita tau bego. Tapi sebegonya elo, kenapa lo tiba-tiba kepo? Nggak biasanya?" tanya Farhan aneh melihat Gavian.

"Yaa gue pingin tau aja." jawab Gavian acuh tak acuh.

"Ikutan yukk." ucap Tama tiba-tiba sambil menaikkan turunkan alisnya.

"Gue bilang jangan. Bahaya apalagi kalau sampai polisi tau." ucap Zidan yang sedang duduk di kursi membaca buku.

"Iyasih, tapi kira-kira siapa aja dari sekolah kita yang ikut tawuran?" tanya Farhan mendadak penasaran.

"Gue denger denger sih, cuma angkatan kita sama adik kelas aja. Senior nggak ikut karena mereka ujian." ucap Tama.

"Tadi gue liat temen sekelas lo yang kembar itu pergi ke belakang sekolah sama Grea." ucap Farhan. "Mereka mau ikut tawuran?" tanya Farhan lagi.

Gavian dan Zidan melihat ke arah Farhan secara bersamaan. "Lo serius?" tanya Gavian.

"Gue pernah bercanda menyangkut hal kayak gini?" tanya Farhan balik.

Gavian terdiam tak lama senyum tiba-tiba muncul. "Et dah lu kenapa kerasukan ya?" tanya Farhan aneh melihat Gavian.

"Ayo kita ikut tawuran." ucap Gavian masih dengan senyumnya.

"Lo yakin?" tanya Tama.

"Iya lah." jawab Gavian pasti.

"Ayok lah." ucap Farhan.

"Lo gimana Dan ikut?" tanya Tama melihat ke arah Zidan yang masih sibuk dengan bukunya.

Zidan mendongak. "Gue nonton aja bukan nggak setia kawan atau apa gue males berurusan sama yang kayak gituan."

Ketiganya mengangguk-angguk paham betul dengan sifat Zidan yang satu ini, cowok itu tipikal orang yang lebih baik mengalah dari pada harus menambah atau membuat masalah.

Di waktu yang sama dan di tempat yang berbeda, Grea dan anak Walandika lainnya sedanh duduk di markas mereka yang ada di luar sekolah.

"Kita mulai sesudah pulang sekolah aja, tunggu semuanya pulang." ucap Rafi.

"Serius? Lama amat. Belum tuh guru gurunya." balas salah satu juniornya.

"Soal guru guru tenang, mereka semua untuk hari ini akan buru-buru pulang." ucap Reno menampilkan senyumannya.

"Kenapa kak?" tanya salah satu juniornya yang lain karena penasaran apa kali ini yang dilakukan oleh si kembar. Apakah sama seperti yang lalu? Atau rencana baru?

"Ada lah. Lo pada besok akan tau sendiri." jawab Rafi lalu bertos ria dengan kembarannya.

Grea hanya geleng kepala melihat kelakuan sahabat kembarnya itu. Bodoh jika ia tidak tau apa yang telah Reno dan Rafi lakukan kepada para guru-guru.

"Bentar lagi." ucap Grea melirik jam yang ada di dinding markas mereka.

"Ayo siap-siap." ucap Reno bangkit dari duduknya begitu juga dengan yang lainnya.

Mereka berjumlah kurang lebih 20 orang keluar dari markas. "Ingat strategi sama rencana awal walau sekalipun kita nanti kalah jumlah." ucap Grea mengingatkan yang dibalas anggukan oleh yang lainnya.

Mereka sudah sampai di salah satu tempat terbengkalai, tempat yang bekas pabrik itu sudah lama tidak terpakai. Terlihat di sana sudah ada banyak anak Nusantara yang berkumpul seperti dugaan Grea mereka akan kalah jumlah.

"Eh pacar udah dateng. Lama banget sih kan aku kangen." ucap seorang cowok yang berdiri paling depan. Dia Rangga, cowok bangsat yang sayangnya jatuh cinta sama Grea yang cuek bebek terhadapnya.

"Astagfirullah, inget mas udah mau UN masih aja bego." balas Grea membuat Rafi dan Reno terkekeh.

"Begonya kan karena elo." ucap Rangga terkekeh lalu berjalan ke arah Grea. "Kesayangannya abang apa kabar?" tanya Rangga lagi dengan pd-nya.

"Sekarang buruk karena ketemu sama elo." jawab Grea enteng.

"Kok galak ya kan abang jadi sedih ni." ucap Rangga terkekeh.

"Bang kalau kepalanya kebentur di obati jangan makin di bentur. Oke?"

"Iya. Kamu perhatian banget sih, makin cinta."

"Najis besar et dah. Udah basa basinya gue sibuk langsung aja deh. Gue mau nanyak apa maksud kalian malakin siswa sekolah WaLes?" tanya Grea berubah menjadi serius kalau terus dibiarkan Rangga mengoceh, ini semua akan memakan waktu lama belum lagi dengan kebaperan cowok itu yang parah sekalipun Grea mengeluarkan kata-katanya yang kasar.

"Enggak ada maksud apa-apa kok cuma nyarik perhatian elo aja." jawab Rangga terkekeh setelah kembali ke tempatnya semula.

"Bacrit." ucap Grea.

"Ck. Grea kesayangannya gue, gue bukan guru sejarah apalagi pendongeng jadi nggak mungkin gue banyak cerita." balas Rangga.

Grea mengorek telinganya dengan gaya tengil. "Udah? Gue bosen, sampek panas ni telinga gue denger ocehan elo mulu. Langsung aja ya kalau entar gue yang menang jangan pernah munculin wajah anak Nusantara di depan gue apalagi sampek terdengar isu yang buat gue jengkel. Gue bunuh lo semua."

Rangga terkekeh. "Serem banget sih pacar."

"Langsung aja gue udah males banget berurusan sama lo dan tolong hilangkan kata pacar pacar itu dari mulut lo untuk gue karena itu buat gue jijik plus enek." ucap Grea menatap Rangga tak suka.

"Yahhh jangan gitu dong gue kan sayang sama elo kenapa gue nggak boleh manggil lo pacar?" tanya Rangga masih dengan gayanya yang buat Grea bergidik jijik plus ngeri.

"Ya karena... "

"Karena Grea udah punya pacar dan gue pacarnya." ucap seseorang yang baru datang dari arah yang berbeda dan berhasil mengambil seluruh perhatian orang yang berada di situ.

✴✴✴

See you next post 👋

GTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang