Sepuluh : Permainan atau Kenyataan?

977 39 1
                                    

Gue terima,
Karena gue juga punya sesuatu untuk lo.

❇❇❇

"Hah?" kaget Grea bingung mendengar ucapan Gavian yang ada di sampingnya.

"Kenapa lo?" tanya Gavian. Grea hanya menggeleng.

"Jadi gimana?" tanya Gavian lagi.

Grea berpikir. "Alesan lo ngajak gue apa? Bukannya sedengernya pendengaran gue yang tajem ini, Tessa suka ya sama lo? Kenapa enggak tembak dia aja kan enggak ribet?" tanya Grea.

Sebenarnya Grea tidak masalah dengan permainan yang ditawarkan Gavian kepadanya tapi ia ingin memastikan sesuatu agar tidak salah langkah karena yang ia tahu Gavian itu seseorang yang lumayan sulit untuk dimengerti dan hasil analisisnya terhadap sifat Tessa, adik kelasnya itu cukup berbahaya ketika terobsesi oleh sesuatu yang seperti menyukai Gavian misalnya.

"Itu orang yang coba gue hindarin makanya gue ngajak elo karena yang gue denger dari gosipnya dia paling males kalau udah berurusan sama elo." jawab Gavian.

Nah. batin Grea tersenyum, tebakan gue bener.

"Okelah." ucap Grea tersenyum lalu melanjutkan sarapannya sebelum Arif datang dan mencurigai dirinya.

"Lo terima?"

Grea hanya berdeham karena Arif sudah datang membawa dua mangkuk batagor dari arah depan mereka sementara Gavian tersenyum. Kena lo.

"Gre, gue lupa kemarin waktu pulang fans lo ngasih gue soal lo disuruh buat KJ-nya." ucap Arif.

Grea yang sedang menikmati kunyahanya mendadak berhenti lalu segera menelan. "Ck. Heran gue ngeliat tuh guru ngerusuhin hidup gue mulu." decak Grea hilang nafsu makannya. "Oh ya hari ini pelajarannya apa aja?" tambahnya bertanya.

Nah kan bener dugaan gue, nih anak kalau makan gratisan aja inget tapi kalau jadwal pelajaran. Ck. batin Arif. "Biologi, Bahasa Inggris terus yang terakhir Matematika." jawab Arif.

"Oke gue kerjain aja waktu Biologi." ucap Grea tersenyum.

"Enggak di jam matematika aja Gre." ucap Arif berpendapat.

"Itu jam tidur gue mana bisa digunakan untuk hal lain." balas Grea nyengir. "Makasih ya ketua batagornya, yuk ah balik." tambah Grea bangkit dari duduknya.

"Bentar gue mau balikin nih mangkuknya kalo elo kan taunya makan aja." ucap Arif memutar bola matanya lalu pergi. Sementara Grea hanya tertawa melihat Arif yang sering darah tinggi dibuatnya.

"Oh ya, gue minta nomor hp lo dong." ucap Gavian yang belum menyelesaikan sarapannya.

Grea mengangkat alis. "Gue mana punya hp." ucap Grea.

"Hehh? Serius lo?" tanya Gavian. Grea mengangguk.

"Terus kalau gue mau ngehubungi elo gimana?" tanya Gavian lagi.

"Ck. Apaan deh lu, kita kan dramanya di sekolah lo tinggal cari gue di rooftop atau taman belakang sekolah atau kalau enggak di sini itupun kalau emang gue enggak di kelas tapi kalau emang misalnya gue udah cabut jangan dicari ya entar lu capek." ucap Grea setelah itu pergi meninggalkan Gavian yang belum menanggapi ucapannya.

Kebetulan atau tidak jadwal pelajaran penjas kelas Gavian dengan Tessa itu di jam yang sama, kini kedua kelas itu sedang berkumpul dan mendengarkan pengarahan dari guru olahraga masing-masing.

"Yasudah silahkan kerjakan." ucap guru olahraga kelas Gavian.

Kedua kelas itu memulai olahraganya masing-masing. Tessa menghampiri Gavian yang ingin bermain basket bersama dengan teman cowok itu.

"Kak Gavian?" panggil Tessa tersenyum.

Gavian hanya menoleh sekilas lalu menganggukan kepalanya sekali tanda ia merespons panggilan tersebut lalu melanjutkan kegiatan yang akan dimulai bersama teman-temannya yang lain.

Tessa menghembuskan napasnya untuk mengumpulkan keberaniannya lalu dirasa cukup ia menghampiri Gavian lantas menarik tangan cowok itu.

Gavian mengangkat alisnya bingung melihat tingkah adik kelasnya ini. "Maksud lo apa?" tanya Gavian.

"Kak, gue suka sama lo." ucap Tessa tidak menjawab pertanyaan Gavian malah menyatakan perasaannya kepada Gavian.

Ekspresi Gavian tidak terkejut sama sekali setelah mendengar ucapan Tessa malah sekarang tangannya bersedekap. "Sori ya, gue udah punya pacar." ucap Gavian enteng terkesan santai.

Tessa membeo mendengar itu lalu matanya mengerjap-ngerjap melihat Gavian yang berdiri di hadapannya. "Pacar kak?" tanya Tessa memastikan.

Gavian mengangguk. "Iya, gue udah punya pacar." ucap Gavian lalu matanya menatap keliling lapangan berharap menemukan si biang rusuh yang sudah terikat permainan dengannya dan ketemu, ia melihat Grea yang sedang berjalan bersama Reno dan Rafi.

"Grea, sini!" Teriak Gavian memanggil Grea berharap cewek itu mendengar panggilannya.

Grea yang memang mendengar pun menghampiri Gavian. Saat sampai cewek itu mengangkat alisnya sebagai tanda ia bertanya dengan Gavian.

"Nah ini pacar gue." ucap Gavian tersenyum memandang Grea sambil memberikan kode kepada cewek itu agar menjalankan perannya.

"Enggak mungkin. Enggak mungkin banget." ucap Tessa yang tidak percaya.

"Kenapa enggak mungkin?" tanya Gavian mengernyit bingung.

"Yakan secara kakak enggak suka ngeliat dia yang notabenenya biang rusuh sekolah, suka cari masalah terus selalu buat susah kakak." jawab Tessa.

"Bilang aja lo enggak terima karena kenyataannya Gavian milih gue bukannya elo." akhirnya Grea angkat bicara, bosen juga mendengar ocehan adik kelasnya ini.

"Gue mau kantin, mau nitip air?" tanya Grea menjalankan perannya.

Gavian menggeleng mengikuti permainan Grea. "Nanti gue nyusul, duluan aja." ucap Gavian mengacak rambut Grea sambil tersenyum membuat cewek itu hanya mengangguk lalu pergi.

Bagus bukan akting mereka, tidak terlalu dibuat-buat.

"Dan sekarang untuk lo, gue minta jangan deket-deket sama gue ataupun yang masuk kategori caper ke gue. Sori ya bukannya ge-er tapi itu yang gue tangkep dari sikap elo ke gue selama ini." ucap Gavian lalu pergi meninggalkan Tessa yang masih terdiam di tempatnya.

Setelah selesai bermain basket dengan teman-teman sekelasnya, Gavian pergi ke kantin bersama Tama. Matanya yang tajam bak elang itu menangkap keberadaan Grea yang duduk di antara Reno dan Rafi.

Sontak Gavian berjalan menghampiri meja itu tapi sebelumnya ia berpesan kepada Tama untuk memesan makanan mereka.

"Eh elo." ucap Grea saat melihat Gavian sudah duduk di hadapannya. "Lo bayar ya." tambah Grea menghabiskan makanannya mengabaikan Gavian yang sedang melihatnya.

Gavian hanya mengangguk. "Pindah sini samping gue, jangan di tengah-tengah mereka entar kalau mereka lihat gimana." ucap Gavian.

Grea mengangkat alisnya. "Biasa dong. Satu sekolah juga tahu kali kalau gue kakak-adik sama ni orang berdua." balas Grea.

Mulut Gavian terhenti terbuka karena mendapatkan tatapan kurang menyenangkan dari Rafi dan Reno. "Lo diem jangan banyak ngatur, gue tau kalau kalian berdua terikat oleh sebuah permainankan? Tapi gue cuma mau bilang sama lo jangan banyak ngatur Grea atau lo yang akan tau akan gimana ke depannya." ucap Rafi menatap Gavian tak suka.

"Cepet makanya Gre, lo kan harus nyelesain tuh soal MM." ucap Reno mengingatkan Grea padahal sebentar lagi jam istirahat kedua akan tiba.

"Iya." balas Grea lalu mendekati Reno yang ada di kanannya, ia mencondongkan tubuhnya seakan memeluk Reno padahal tangan cewek itu sedang meraih map yang ada di samping Reno.

Mata Gavian yang melihat itu pun mendadak membuat suasana hatinya tidak senang, ia sadari atau tidak ada sesuatu yang tumbuh dan ada perasaan aneh yang sedang ia rasakan sekarang.

✴✴✴

See you next post 👋

GTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang