Tiga puluh dua : Waktunya

1K 35 2
                                    

Grea sampai di rumah besar milik Roger hampir tengah malam, ia melihat rumah besar itu sudah dalam keadaan sunyi. Hari ini pikiran dan tubuhnya sangat lelah.

Sebelum pulang ke rumah ini, Grea memutuskan untuk mampir ke panti asuhan tempat Ben berada sembari memberikan sebuah buku rekening yang sengaja ia persiapkan untuk adik laki-lakinya itu.

Saat berjalan melewati ruang tamu untuk menuju tangga rasa sakit tiba-tiba menyerang kepalanya. Jika diingat kembali beberapa hari terakhir ini, ia terus mengalami hal seperti ini selama beberapa menit dan setelahnya akan normal kembali tapi entah kenapa kali ini terasa berbeda tak sama seperti yang sebelum-sebelumnya.

Sakit kepalanya yang tak kunjung menghilang, Grea menarik rambutnya sendiri berharap sakit di kepalanya berkurang. Ia tidak berhasil meredakan sakit kepalanya malahan sekarang sakit itu semakin meradang dan pandangannya mulai menjadi buram akhirnya semuanya gelap.

Roger yang terbangun ingin mengambil air minum terkejut bukan main menemukan Grea yang sudah terjatuh di atas lantai dan ia langsung bergegas mengangkat Grea sambil berteriak memanggil sopirnya untuk membantunya membawa Grea ke rumah sakit.

Saat sampai Grea langsung ditangani oleh dokter yang berjaga. Penanganan Grea sudah berlangsung satu jam lebih tapi belum ada tanda-tanda dokter akan keluar.

Roger menunggu seorang diri dengan gelisah di depan ruang itu sementara Agra, Rega dan Mike masih menjalankan tugas mereka pergi ke lokasi tempat di mana mereka melakukan pekerjaan mereka.

Kegelisahan Roger sangat kontras dengan tampangnya yang dapat dikatakan sangat seram itu. Matanya yang tajam terus menatap pintu kaca di depannya berharap segera terbuka.

Harapannya terkabul. Selang 5 menit pintu itu terbuka muncul seorang dokter dan dua suster. Sang dokter berbicara dengan dua suster di depannya memberi arahan lalu setelah kedua suster itu mengangguk dan permisi pergi barulah sang dokter menatap Roger yang sudah berdiri di hadapannya.

"Jadi bagaiamana keadaan Grea?" tanya Roger tidak sabaran.

Dokter yang mendengar itu pertanyaan itu menghembuskan napasnya. "Aku akan menjelaskan di ruangkanku, ayo Georgio." ujar dokter itu berjalan terlebih dahulu yang diikuti oleh Roger di belakangnya.

Setelah mempersilakan Roger duduk, sang dokter mulai berbicara. "Aku langsung saja. Kemungkinan dia sembuh itu... tidak ada dan aku sebagai dokter juga tidak bisa menjamin apa-apa, hanya mukjizat dari tuhan yang bisa menyembuhkannya ah... Tidak, maksudku membuatnya sadar sekarang." ujar dokter itu menatap ekspresi pria di depannya dengan prihatin.

"Karena sepertinya rencananya berhasil membuat ginjalnya yang tersisa rusak dan hal itu tentu saja sangat merusak keseimbangan yang ada di dalam tubuhnya. Jika kau tanya apakah ginjal transplantasi kemarin berguna? Jawabannya tidak, karena itu ginjal sambungan bukan pengganti. Tak hanya itu, kemarin hasil lab tubuhnya keluar dan itu tentu saja sangat-sangat mengejutkan bagiku yang seorang dokter." tambah dokter itu lagi membuat Roger mendongak.

"Apa maksudmu?" tanya Roger.

"Manusia terbuat dari apa dia sudah terserang banyak penyakit masih bisa bertahan sampai sekarang. Dan aku hanya ingin berpesan satu hal. Ikhlaskan dia jika memang dia harus pergi karena sepertinya ia sudah lelah dengan hidupnya sendiri dan lagi salah satu hasil lab pemeriksaan lanjutan menyatakan bahwa ada kanker di bagian kepalanya yang sudah memasuki stadium lanjut."

Kalimat terakhir yang Roger dengar dari dokter yang ada di depannya membuatnya terkejut bukan main. Kanker dibagian kepala? Stadium lanjut?  "Jadi bagaimana keadaannya sekarang?" tanya Roger mengendalikan emosinya yang mulai bercampur aduk.

GTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang