04 || Sorry

33 10 2
                                        

Holaa!☃️
Klik ⭐ dulu yuuk :)
Maaf typo(s) bertebaran.

- Lelaki menangis? Tidak salah karena itu bukan sebuah kejahan, mereka juga punya hati untuk merasa sakit -

👑

Di sebuah ruang ICU rumah sakit, Renal berdiri di samping wanita yang amat dicintainya. Sedangkan orang tua dan kakak Kia menunggu di depan ruang ICU.

Tangannya gemetar saat dia menggenggam tangan sang istri. Renal terdiam tanpa kata menatap wanita yang kini menjadi istrinya. Terbaring kaku tak sadarkan diri dengan selang-selang yang terpasang ditubuhnya.

Tak disangka air mata keluar membasahi pipi lelaki yang dikenal memiliki sifat dingin. Lelaki menangis? tidak salah karena itu bukan sebuah kejahatan, mereka juga punya hati untuk merasa sakit. Dan.. dan sekrang hati lelaki itu merasa sakit melihat keadaan Kia.

"Kiaa..." Ucap Renal lembut, memanggil mantan pacarnya itu. Renal mengusap rambut Kiana, secara perlahan ia mulai terisak tanpa suara.

Yang dipanggil hanya diam, diam, dan diam. Tak ada respon, tak bergerak.

"Maafin aku, maaf! Aku belum sehari jadi suami kamu tapi udah gak becus jagaain kamu. Maaf, aku memang gak guna!"

Air mata Renal semakin menetes membasahi wajah Kiana. Bukan lemah, tapi lelaki mana yang tidak terpukul melihat seorang istri yang amat sangat dicintainya terbaring tak berdaya. Jadi air mata Renal wajar bukan? Itu karena dia sangat mencintai wanitanya!

Kiana adalah hidupnya,
Kiana adalah kebahagiaannya,
Kiana adalah senyumnya,
Kiana adalah segalanya.

👑

"Kenapa Tuhan memberi ujian ini kepada kita? Apa aku salah mencintaimu? Atau takdir kita berdua yang salah alamat" tanya Renal entah kepada siapa. Dirinya masih setia menemani Kia di ruang ICU, sesekali dia mencium punggung tangan sang istri.

Air matanya tak sadar terus menetes. Hatinya benar-benar hancur!

"Kenapa bukan aku saja yang terbaring menggantikanmu, aku benar-benar hancur melihatmu seperti ini Kiaa.."

Sepanjang hari ini gadis di sampingnya terus tersenyum, seakan ingin memberitahukan kepada dunia bahwa dirinya sedang bahagia.

Tapi sekarang? Dia bahkan tidak dapat menggerakkan jarinya. Dia lemah tak sadarkan diri!

"Tuhan aku mohon selamatkan dia, aku tidak bisa hidup tanpa Kiana"

👑

"Dokter bilang keadaannya sudah stabil, jadi kamu tenang saja." Ucap sang Mama untuk sekedar menenangkan anaknya.

Renal dan Ibunya duduk di depan pintu ruangan ICU. Kini orang tua dan Kakak Kia yang berada di dalam ruang ICU. Memberi kesempatan untuk orang lain yang juga menyanyangi Kia, walau sebenarnya Renal tidak mau meninggalkan wanitanya.

"Tapi Mah kenapa Kia belum bangun juga?" Kata Renal serak. Dirinya tak tahan menahan kesedihan, memeluk sang Ibu erat berharap menemukan kekuatan.

"Dia pasti bangun. Kiana sangat mencintai kamu, dia gak bakal ninggalin kamu. Mama percaya Kia pasti bangun, jadi kamu juga harus percaya." Ucap Mama Renal sembari menepuk-nepuk pelan punggung anaknya.

👑


Sudah lima hari lamanya kondisi Kia semakin membaik, tapi belum ada tanda-tanda sadarkan diri. Tidak ada kemajuan. Renal selalu setia menemani sang istri yang kini sudah di pindahkan ke ruang VIP. Dia sengaja memindahkannya, supaya Kiana tidak terganggu oleh pasien lainnya.

Renal selalu menemaninya. Dia bahkan sampai kurang tidur dan tidak makan tepat waktu. Kiana benar-benar mengacaukan pikirannya.

"Kia.. tadi pagi aku nyicipin kue kesukaan kamu. Bunda yang buatin buat aku, kayaknya Bunda bakal lebih sayang sama menantunya dari pada anaknya deh" Ucap Renal sembari tersenyum tipis, sangat tipis.

Walaupun tak ada respon dari Kia, Renal terus saja mengajaknya mengobrol. Terkadang dia membacakan novel kesukaan Kiana, walau Renal tidak suka. Atau dia juga menonton drama Korea disamping Kiana. Berharap sang wanita disampingnya merespon jika ada hal-hal kesukaan didekatnya.

"Lo belum makan kan?" suara dari arah pintu membuyarkan lamunan Renal. Ternyata Kai temannya yang kini sekaligus menjadi kakak iparnya.

"Gue belum laper" jawab Renal singkat.

"Asal lo tau adek gue cinta banget sama lo!" Timpal Kai yang tak tega melihat Renal yang terus memasang topeng tegarnya itu.

"Gue tau".

"Kalau lo udah tau ngapain masih kaya gini? Gak berangkat kerja, gak mau kemana-kemana, mungkin itu masih Kia maklumi! Tapi si ceret bakal sedih kalau liat suaminya jarang makan dan gak peduli sama kesehatannya sendiri." Kata Kai tegas. Dia menatap adik tercintanya dan tersenyum tipis. "Kamu pasti sembuh ceret, gue tau lo kuat"

Sontak saja kata-kara Kai menusuk Renal. Memang betul, semenjak kecelakaan itu Renal jarang sekali makan. Kia pasti sedih melihatnya seperti ini. Apalagi seorang Kia sangat cerewet tentang hal apapun.

"Lo mau kemana?" Tanya Kai yang melihat Renal bangun dari posisi duduknya.

"Makan" Renal melanjutkan langkahnya sebelum berhenti senjenak, "Lo jagain Kia sebentar, kalau ada apa-apa hubungin gue."

"Siap bro!"

Kini di rungan yang beraroma khas obat-obatan rumah sakit itu hanya ada sepasang saudara kembar. Sang adik yang tak berdaya dan sang Kakak yang menatap iba.

"Renal kayaknya sayang banget sama lo, buktinya dia langsung pergi makan pas gue sebut nama lo" Ucap Kai tersenyum, tanpa ragu dia mendekatkan wajahnya dan mencium kening Kiana.

"Cepet sembuh dek." ucap Kai pelan.

06 Maret 2019,
To be continued.

👑

Terima kasih sudah membaca.

Hope you like it?!
MOHON VOTE KOMEN

Salam sayang,
T a n ☃️

Untuk info go follow instagram:

intansriya
__________

K I A N A , remember me!
copyright © 2019
___________
💙

Fate Of MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang