Writer's POV
The next day
"Meski terlihat biasa saja, potongan kaleng memang berbahaya. Telapak kaki Anda bahkan sampai harus dijahit. Sesampainya di rumah tolong segera ganti perbannya dengan yang baru. Cobalah menggantinya setidaknya dua hari sekali." Sanghyuk menjelaskan panjang-lebar pada seorang pasien yang duduk di depannya.
"Baik, Dokter."
Pasien itu pun beranjak, merasa urusannya di IGD sudah selesai. Ia dengan dibantu walinya, segera meninggalkan bilik periksa, sementara Sanghyuk mengakhiri tugasnya dengan mencoba tersenyum ramah.
IGD hampir kosong, menandakan bahwa laki-laki yang menginjak tutup kaleng tadi adalah pasien terakhirnya. Mungkin sekarang waktu yang tepat untuk Sanghyuk kembali ke ruangannya. Ia duduk bersandar dan mengambil napas sebentar.
Tak lama matanya menangkap sosok Wonkyeong sedang berjalan tak jauh dari tempatnya. Melihat itu, Sanghyuk kembali menegakkan punggungnya. Setelah menimbang-nimbang, ia pun berdiri.
Dilihatnya Wonkyeong melangkah menuju pintu keluar belakang IGD. Sanghyuk mengikutinya. Ketika dirinya dan Wonkyeong sudah sama-sama berada di lorong rumah sakit, Sanghyuk mempercepat langkahnya dan menarik tangan Wonkyeong.
"Apa-apaan ini?!"
Sanghyuk tidak menghiraukannya dan terus menarik tangannya ke bagian ekor rumah sakit. Wonkyeong memutar bola matanya begitu mereka berhenti di belakang ruang jenazah.
Tempat yang sunyi dan sepertinya jarang tersentuh manusia, kecuali para petugas kebersihan. Wonkyeong mendecak, menyadari bahkan cctv saja tidak dipasang di area ini.
"Baiklah." Sanghyuk berdiri di depannya. "Karena kita sudah di sini, ayo saling bersikap santai satu sama lain."
"Anda bisa berbicara informal kepada saya, tapi saya tidak akan melakukan itu. Di manapun di dunia ini, saya tetaplah hanya seorang karyawan. Bukankah benar begitu, Ketua?"
Sanghyuk langsung merengut. Padahal, wanita itu hampir saja mengumpat ketika Sanghyuk tiba-tiba menarik tangannya.
"Sekarang, apa yang membuat Anda sampai membawa saya ke sini?" Wonkyeong yang sudah jenuh, ingin Sanghyuk langsung saja mengatakan apa yang ingin dikatakannya. Wonkyeong ingin sesegeranya mengakhiri pembicaraan ini.
"Aku memang ingin mengatakan sesuatu padamu, tapi kau harus benar-benar mendengarkanku!" Sanghyuk melengos, "dan berbicara informal padaku! Aku mohon!"
"Baiklah, baiklah. Bicara informal, kan? Oke." Wonkyeong terpaksa menuruti kemauannya, sebelum Sanghyuk mulai merengek-rengek seperti anak kecil. "Dan kapan aku tidak pernah mendengarkanmu? Memangnya aku pernah mengabaikanmu?"
'Sangat sering,' jawab Sanghyuk di dalam hati. Ia menatap Wonkyeong gemas. Sepertinya wanita ini telah kehilangan seluruh ingatannya tentang Sanghyuk, sebagai seorang pria yang bukan atasannya.
"Ayo berteman denganku," cetus Sanghyuk begitu saja.
"Ck... kemarin di lift, aku nyaris saja diancam menulis surat resign. Sekarang kau malah menawarkan pertemanan? Apa aku tidak salah dengar?"
"Kau tidak salah dengar. Ayo kita berteman. Jangan menjadi canggung dengan membuat hubungan rumit seperti ini."
"Rumit? Apanya yang rumit dari hubungan antara atasan dan bawahan?"
"Aku tidak bisa melakukan itu lebih lama lagi," ujar Sanghyuk, diiringi helaan napas.
"Kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Escapism vol. 3: Fascia
FanfictionDo Wonkyeong, asisten dokter yang mendadak punya hubungan aneh dengan Sanghyuk, tiba-tiba saja memutuskan kontak tanpa sebab. Saat itulah Sanghyuk tahu dirinya hanya menginginkan Wonkyeong. Namun ia sudah terlambat. Hari-hari dilaluinya dengan upaya...