Writer's POV
"Karena tahap perkenalan sudah selesai, kalian bisa berganti baju lalu kembali ke sini. Gunakanlah seragam yang sudah diberikan. Kuberi waktu sepuluh menit," titah Dokter Baek.
Para pegawai baru segera bubar. Wonkyeong bersama dokter-dokter lainnya langsung menuju bangsal istirahat khusus pegawai dan berganti pakaian.
Selesai berganti pakaian, Wonkyeong berhenti di lorong menuju pintu IGD. Wonkyeong mengamati pantulan dirinya di pintu yang terbuat dari kaca gelap.
Setelan khusus dokter sudah menempel rapi di balik jas putihnya. Warnanya ungu gelap dan terlihat sederhana. Meski begitu, Wonkyeong sangat senang mengamati seragam barunya. Pandangan Wonkyeong teralih pada nametag-nya. Bahkan nametag persegi panjang itu nampak sangat keren sekarang. Memang biasanya beginilah reaksi orang-orang yang berhasil mendapatkan seragam baru.
'Aku seorang dokter. Dokter sungguhan. Setelah bertahun-tahun belajar dan mengasah kemampuan, akhirnya aku ada di sini. Mengenakan setelan rumah sakit dan jas putih. Mengalungkan stetoskop dan membawa bolpoin tiga warna di kantong jasku. Mem-follow up keadaan pasien, mendiagnosis penyakit...'
Seulas senyum terukir di bibirnya. Mulai dari sekarang, akhirnya dia bisa melakukan pekerjaan yang sedari dulu hanya sanggup dilakukannya dalam lamunan saja.
Ponselnya tiba-tiba berdering. Wonkyeong merogoh saku jasnya. Ternyata nomor tidak dikenal. Wonkyeong berpikir, mungkin saja itu salah satu staf rumah sakit ini.
"Yeoboseyo?" Wonkyeong menjawab teleponnya.
Tidak ada sahutan. Wonkyeong mengulang sapaannya. "Halo? Silakan berbicara."
"Apa kau yakin ingin mendengarku berbicara?" terdengar suara dari belakangnya. Wonkyeong tersentak lalu menoleh.
Han Sanghyuk. Pria itulah yang bertanya barusan. Wonkyeong membulatkan matanya. Ponsel yang menggantung di telinganya perlahan turun.
Pria itu juga menggenggam ponsel. Wonkyeong menatap layar ponselnya sendiri, yang menunjukkan panggilan masih tersambung. Wonkyeong pun menyadari, Sanghyuk-lah yang sedang meneleponnya.
"Ternyata ini benar nomormu."
Sanghyuk melangkah mendekat. Tangannya bergerak untuk menurunkan ponsel. Ia memencet sebuah tombol pada benda tipis itu. Di saat hampir bersamaan, menu panggil pada ponsel Wonkyeong menghilang.
Di tangannya yang satu lagi, Sanghyuk membawa sebuah map berwarna cokelat. Wonkyeong segera tahu kalau itu CV-nya. CV yang memuat seluruh informasi pribadinya, termasuk nomor telepon.
Langkah Sanghyuk pelan tapi pasti. Sedikit demi sedikit, ia akhirnya sudah berdiri di hadapan Wonkyeong. Diam-diam, Wonkyeong mengamati keadaan di sekitarnya. Lorong yang lengang. Ia juga masih punya waktu beberapa menit lagi sebelum harus kembali ke IGD, jadi Wonkyeong memilih untuk menghadapi Sanghyuk.
Tatapan tajam dari pria itu nyaris saja meruntuhkan niatnya. Saat Sanghyuk menaikkan kedua sudut bibirnya dengan dingin, Wonkyeong tidak bisa menahan dirinya untuk tidak menunduk.
"Melihat kau tanpa ragu mengangkat teleponku, kuasumsikan bahwa kau telah menghapus nomorku, Do Wonkyeong."
Wonkyeong menahan napas.
"Dan kau mengganti nomormu." Sanghyuk menambahkan.
"Jinjja... Le... Han Sanghyuk." Wonkyeong mendecak tak percaya. Tidak mengira jika Sanghyuk akan sangat memedulikan masalah sepele seperti nomor telepon.
Sanghyuk hampir saja tersenyum geli mendengar wanita itu nyaris salah menyebutkan namanya.
"Kupikir kau akan lari lagi begitu melihatku di ruang wawancara," kata Sanghyuk, nadanya meremehkan.
"Bukankah sudah kukatakan dengan jelas padamu," Wonkyeong menelan ludah, "aku di sini siap untuk bekerja tanpa memedulikan hal pribadi yang telah terjadi di antara kita."
"Benarkah begitu?" Sanghyuk mengangkat sebelah alisnya. "Aku akan pegang kata-katamu."
Wonkyeong bergeming. Suasana hening sesaat.
"Katakan sejujurnya. Apa yang membuatmu tergerak untuk menerima pekerjaan di sini?"
"Aku sudah bilang semuanya padamu di ruang wawancara."
"Kau belum menjelaskan bagian alasan personal."
"Kenapa aku harus mengatakannya padamu?" Wonkyeong bersedekap. "Bukankah kita sudah berjanji untuk tidak lagi mencampuri urusan pribadi masing-masing?"
Sanghyuk memberinya tatapan tajam.
"Jika sudah tidak ada yang ingin kau katakan lagi, aku permisi. Masih banyak yang harus kulakukan," ujar Wonkyeong. "Sampai jumpa, Ketua."
Wanita itu benar-benar berlalu, meninggalkan Sanghyuk. Sanghyuk mendelik, tidak percaya Wonkyeong sama sekali tidak gentar menghadapinya.
Sanghyuk pun menyadari keteguhan hati Wonkyeong.
"Bekerja bersamamu, tanpa memedulikan apa saja yang sudah terjadi pada kita, huh?" Sanghyuk menggigit bibir, menahan seringainya. "Sepertinya, mulai sekarang akan jadi menarik, Wonkyeong-sshi."
--
19-02-15
KAMU SEDANG MEMBACA
Escapism vol. 3: Fascia
FanficDo Wonkyeong, asisten dokter yang mendadak punya hubungan aneh dengan Sanghyuk, tiba-tiba saja memutuskan kontak tanpa sebab. Saat itulah Sanghyuk tahu dirinya hanya menginginkan Wonkyeong. Namun ia sudah terlambat. Hari-hari dilaluinya dengan upaya...