Chapter 14: In One Touch

109 4 18
                                    


Writer's POV

'Seandainya, bukan hanya leherku yang bisa merasakan pergerakan tadi.'

Jantungnya langsung berdetak sangat cepat karena pikiran tadi. Sanghyuk mulai merasakan celananya mengetat. Sesuatu telah bangun dan menjerit marah. Cepat-cepat ia meletakkan kedua telapak tangan di atas area risleting celananya, tidak ingin Wonkyeong menyadari reaksi alami yang sedang terjadi pada tubuhnya.

Bahkan, suara napas wanita itu bisa terdengar sangat sensual. Wajah Wonkyeong yang berada tepat di samping telinganya, bernapas dengan teratur, fokus pada suatu titik... Sanghyuk ingin wajah itu hanya fokus padanya. Pada kedua mata Sanghyuk. Seperti saat pria itu menindihnya di atas tempat tidur.

'Sial, sial! Ayo Han Sanghyuk, pikirkan hal lain. Pikirkan matematika. Pikirkan saham. Tapi, aku tidak banyak tahu tentang saham. Baiklah, pikirkan hal yang lain. Pikirkan mekanisme pertolongan pertama. Ya. Saat kau sedang dalam panggilan ambulans. Seorang pasien wanita menerima resusitasi dalam keadaan telanjang bulat. Rupanya dia habis terjatuh di kamar mandi. Pasien itu adalah Do Wonkyeong...'

"Hei, apa yang kau lakukan?" Wonkyeong tersentak ketika Sanghyuk menekan dadanya dengan kepala.

"Wanita ini.... Dasar. Pagi-pagi sudah merepotkan orang."

Wonkyeong mencoba mundur satu langkah. Sayangnya, Sanghyuk buru-buru mencengkeram kedua tangannya, dan memaksanya agar terus menempel dengan pria itu.

Sanghyuk kembali menggunakan kepala bagian belakangnya untuk memberi gesekan di dada Wonkyeong. Ia menciumi lengan Wonkyeong yang terulur, mengalung di sisinya. Ciumannya dimulai dari lengan bagian atas hingga telapak tangannya.

"A...akh, geli..." Wonkyeong tanpa sadar merintih. "Sebenarnya, apa yang sedang kau coba lakukan ini?"

"Wonkyeong," Sanghyuk memanggilnya satu kali. Suaranya terdengar berat dan menuntut. Wonkyeong pun tak kuasa menjawab. "Sudah lama aku ingin mencoba tits-job dengan seorang wanita." Sanghyuk menirukan gaya bicara Wonkyeong saat akan mengikat dasi tadi.

"A-apa..."

"Sebagai temanku, kau mau mewujudkan keinginan kecilku ini, kan?"

Sanghyuk sadar, seluruh kata-katanya barusan benar-benar membuatnya seperti pria brengsek. Tentu saja permintaannya sangat jauh berbeda kelas dengan permintaan memasangkan dasi oleh Wonkyeong. Sanghyuk pun mempersiapkan dirinya untuk menerima amarah dari wanita itu. Setidaknya, ia akan ditampar atau dimaki.

Akan tetapi, Wonkyeong membisikkan sesuatu yang tidak pernah diduganya.

"A...aku tidak tahu bagaimana caranya..."

Mendengarnya, darah Sanghyuk mengalir lebih cepat. Sanghyuk kembali dapat merasakan dada wanita itu di sekitar tengkuknya. Tangan Wonkyeong bermain-main di kancing bajunya. Sanghyuk tidak menyangka bahwa tidak ada penolakan sama sekali seperti ini. Malah, Wonkyeong terlihat mengirimkan sinyal kalau dia juga menginginkannya. Apakah ini efek karena sudah berbaring bersama semalaman?

Wonkyeong terus menggoda Sanghyuk yang melamun sendiri. "Ya Tuhan. Kemarilah, Wonkyeong." ujar Sanghyuk akhirnya. Ia pun memilih mengikuti insting tubuhnya.

Dengan patuh, Wonkyeong berjalan memutari sofa dan berdiri di depan Sanghyuk. Sanghyuk ikut berdiri. Ia merengkuh wanita itu lalu menciumnya sekilas, sebelum merebahkannya di sofa.

Hanya butuh waktu lima detik bagi Sanghyuk untuk melepaskan total tiga lembar pakaian yang melekat di tubuh Wonkyeong. Pada detik keenam, kaus, celana pendek, serta bra sudah berserakan di sekitar sofa. Wonkyeong terdiam. Alih-alih merasa dingin karena bertelanjang di tengah-tengah ruangan, ia justru kepanasan karena ada pria yang berlutut di antara kedua pahanya.

Escapism vol. 3: FasciaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang