Previous chapter
Baru saja Wonkyeong menyandarkan bahunya yang penat, seseorang duduk di kursi sebelahnya. Wonkyeong membuka matanya kembali dan menemukan Taekwoon yang sedang mengulurkan sekaleng kopi padanya.
-
Writer's POV
"Dokter Jung?"
Taekwoon mengangguk dan menyodorkan kaleng kopinya lebih dekat ke Wonkyeong. "Ambillah."
"Terima kasih," Wonkyeong tersenyum dan membuka segel kaleng.
"Jam kerjamu sudah habis?"
"Masih ada sepuluh menit. Tapi karena tidak ada pasien, saya beristirahat di sini," Wonkyeong menatap Taekwoon. "Apa tidak apa-apa kalau saya duduk di sini?" tanyanya hati-hati.
"Boleh-boleh saja," jawab Taekwoon dengan suara halusnya. "Karena aku juga melakukan hal yang sama."
Wonkyeong memainkan kalengnya. "Kalau dipikir-pikir... sepertinya jam kerja kita selalu berbarengan, ya? Padahal ada tiga konsulen gawat darurat baru yang masuknya sama dengan saya, dan dua dokter senior. Tetapi saya jarang sekali bertemu dengan mereka. Saya malah terus melihat Dokter Jung."
Taekwoon menyesap kopinya sebelum menjawab. "Entahlah? Aku tidak terlalu memperhatikan itu. Dan juga bukan aku yang menentukan jam kerja ini."
"Iya juga. Saya hanya berharap Anda tidak bosan melihat saya." Mata Wonkyeong berbinar-binar saat dirinya tertawa kecil. Taekwoon tersenyum simpul.
"Minum kopimu."
"Baik."
Mereka sibuk mengobrol di detik berikutnya, hingga tidak ada yang menyadari, atasan keduanya turut menyimak dari samping mesin minuman tempat Taekwoon membeli kopi tadi.
Sanghyuk yang juga telah selesai bertugas, berniat ingin kembali ke ruangannya sebelum menemukan Wonkyeong dan Taekwoon di lorong. Dia segera menghentikan langkahnya, berlindung di balik badan besar milik mesin penjual minuman.
Melihat dua manusia yang duduk berdampingan di kursi tunggu itu membuat Sanghyuk menggigit lidahnya. Sanghyuk sama sekali tidak bisa membantah, bahwa mereka sangat serasi. Namun dia bersikeras berpendapat bahwa wanita itu miliknya, masih jadi miliknya. Sanghyuk belum sanggup menyerahkannya pada orang lain. Seberapapun Wonkyeong tidak peduli pada perasaannya.
Rasanya, Sanghyuk tak kuasa merelakan wanita yang dicintainya pergi lagi. Dia tidak bisa membiarkan hal itu terjadi lagi. Dia tidak mau Wonkyeong menjadi wanita ketiga yang meninggalkannya. Sambil menggumam, Sanghyuk menghembuskan napasnya perlahan.
"Tidak bisakah kau menjadi milikku saja? Do Wonkyeong..."
Sanghyuk berjalan ke meja jaga di depan instalasi gawat darurat. Di sana sekretarisnya sedang menunggu.
"Ketua, Lee Hongbin-sajangnim baru saja bilang akan menemui Anda. Beliau sudah di perjalanan."
"Aku mengerti. Kalau dia datang suruh langsung saja ke ruanganku."
"Baik."
Sekretaris itu pun berlalu. Karena suasana IGD sedang sepi, Sanghyuk hanya duduk di kursi jaga. Tak lama setelah sekretarisnya pergi, Wonkyeong muncul dan mendekati absensi yang ada di atas meja jaga. Wanita itu sudah mengganti pakaian kerjanya. Jas putihnya pun telah tergantikan dengan mantel. Sepertinya shift-nya sudah berakhir. Sanghyuk mengamati Wonkyeong yang berdiri di sampingnya.
Wonkyeong sadar pria itu menatapnya. Dia diam dan berpura-pura tidak melihat Sanghyuk.
"Shift-mu sudah habis?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Escapism vol. 3: Fascia
FanfictionDo Wonkyeong, asisten dokter yang mendadak punya hubungan aneh dengan Sanghyuk, tiba-tiba saja memutuskan kontak tanpa sebab. Saat itulah Sanghyuk tahu dirinya hanya menginginkan Wonkyeong. Namun ia sudah terlambat. Hari-hari dilaluinya dengan upaya...